Korea Selatan Lirik 'Birunya' Industri Halal Global
Pemerintah Korsel mendorong dunia usaha untuk memanfaatkan tren industri halal.
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Setelah menggemparkan dunia film, tv, dan musik pop, Korea Selatan kini mengarahkan perhatiannya pada industri halal global. Industri halal tentunya memenuhi aturan pola makan dan persyaratan gaya hidup sekitar 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia.
Hal tersebut terlihat dalam Malaysia International Halal Showcase pada September 2023, sebuah pemandangan tak terduga menarik perhatian banyak pengunjung. Terletak di antara stan-stan dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Kuwait, sebuah kios yang mewakili Korea Selatan mengundang pengunjung untuk melihat produk-produk halal mulai dari bejana rumput laut hingga pembalut wanita.
"Pasar makanan halal adalah samudera biru dengan potensi pertumbuhan yang besar," kata Kepala Divisi Ekspor Pangan Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korea Selatan, Lee Yong Jik mengatakan kepada Al Jazeera.
Halal tidak mudah dikaitkan dengan Korea Selatan yang secara tradisional homogen. Komunitas Muslim diperkirakan berjumlah kurang dari 200 ribu orang, atau kurang dari 0,4 persen populasi di Korea Selatan.
Hanya saja, dengan meningkatnya permintaan akan masakan dan makanan ringan Korea di Asia Tenggara saat budaya pop Korea memiliki basis penggemar yang setia dan terus bertambah, telah menciptakan peluang keuntungan bagi para eksportir Korea. Terlebih, firma riset DinarStandard mengungkapkan, pengeluaran umat Islam untuk makanan halal mencapai 1,27 triliun dolar AS (sekitar Rp 20 ribu triliun) pada 2021 dan diproyeksikan mencapai 1,67 triliun dolar AS (sekitar Rp 26 triliun) pada 2025.
Pemerintah Korea Selatan berupaya mendorong dunia usaha untuk memanfaatkan tren tersebut. Hal itu dilakukan dengan memberikan bantuan mulai dari analisis bahan makanan hingga subsidi biaya sertifikasi dan acara promosi untuk menghubungkan pembeli dan pemasok.
Pada 2015, Presiden Park Geun-hye menandatangani perjanjian dengan Uni Emirat Arab untuk mempromosikan bisnis di pasar baru, termasuk makanan halal. Lalu di Daegu, kota terbesar keempat di Korea Selatan, pemerintah daerah telah mempelopori proyek aktivasi makanan halal yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah perusahaan bersertifikat halal di kota tersebut sepuluh kali lipat dan melipatgandakan ekspor menjadi 200 juta dolar AS pada 2028.