AS: Hampir tak Mungkin Menyalurkan Bantuan di Gaza Tanpa Pengawalan Polisi
Kelompok kriminal menyerang konvoi bantuan di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus bidang Kemanusiaan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah David Satterfield mengatakan "hampir tidak mungkin" menyalurkan bantuan ke Gaza. Hal ini ia sampaikan setelah mengkonfirmasi Israel menyerang polisi yang mengawal distribusi bantuan di Rafah.
"Dengan kepergiaan pengawalan polisi, hampir tidak mungkin bagi PBB atau siapa pun, Yordania, Uni Emirat Arab atau penyalur lainnya untuk memindahkan bantuan dengan aman di Gaza," kata Satterfield seperti dikutip Aljazirah, Sabtu (17/2/2024).
Satterfield mengatakan "kelompok kriminal" menyerang konvoi bantuan di Gaza. Namun menurut perkembangan terbaru badan kemanusiaan PBB (OCHA) orang-orang di Rafah sangat putus asa sehingga mereka langsung memakan makanan setelah mengambilnya dari truk.
“Kami dapat memindahkan ratusan truk berisi bantuan setiap hari melewati perbatasan ke gudang,” kata Satterfield.
Namun menurut OCHA rata-rata setiap hari kurang dari 43 truk yang masuk ke Gaza dari 9 sampai 15 Februari lalu. Jauh lebih rendah dari rata-rata truk yang masuk sebelumnya.
Sebelumnya Satterfield mengkonfirmasi pasukan Israel menyerang polisi yang mengawal bantuan di Rafah.
"Tentara [Israel] sekitar 10 hari sampai dua minggu yang lalu, memang menyerang tujuh, delapan atau sembilan polisi, termasuk seorang komandan, yang unit-unitnya terlibat dalam memberikan pengawalan terhadap konvoi PBB yang membawa bantuan," kata Satterfield dalam acara yang disiarkan langsung untuk Carnegie Endowment.
"Mari kami perjelas, ketika kami mengatakan polisi, yang kami maksud adalah polisi de-facto, yang tentu saja termasuk elemen-elemen Hamas. Mereka juga termasuk individu-individu yang tidak memiliki afiliasi langsung dengan Hamas," tambah Satterfield.
Delapan orang dilaporkan tewas dalam dua serangan terpisah Israel terhadap kendaraan polisi di Rafah pada tanggal 6 Februari dan 10 Februari.