8 Fakta Ini Buktikan Keonaran Yahudi di Bumi Palestina Hingga Berdirinya Israel
Yahudi tak henti melakukan keonaran di bumi Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Klaim Zionis Israel atas tanah Palestina memicu perang terlama di Dunia Arab. Namun justru, klaim tersebut terbantahkan dengan fakta-fakta sejarah yang dituliskan secara apik oleh para sejarawan.
Berikut ini, sejumlah fakta sejarah yang mematahkan klaim Zionis Israel atas tanah Palestina:
1. Sejatinya, Israel bukanlah penduduk asli Palestina. Jauh sebelum kedatangan mereka, Palestina telah dihuni oleh suku bangsa Kanaan. Mereka datang ke Palestina setelah mereka selalu dizalimi oleh Firaun. Namun, sepeninggal Musa, mereka berbuat keonaran. Bahkan, utusan Allah yang datang kepada mereka, yakni Zakaria dan Yahya, mereka dustakan dan bahkan dibunuh. Nabi Isa AS mereka kejar-kejar untuk disalib. Maka, Allah SWT menyelamatkan Nabi Isa (QS An-Nisa [5]: 157-158). Sebelum masuk Palestina, mereka ketakutan saat berhadapan dengan bangsa Kanaan.
2. Kedatangan imigran Yahudi secara besar-besaran, menyebabkan eksistensi bangsa Palestina sebagai pemilik tanah tersebut yang telah mereka tempati ratusan tahun—menjadi terdesak. Akibatnya, timbullah bentrokan antara kaum pendatang (Israel) dan penduduk asli Palestina.
3. Sementara itu, kepentingan atas minyak dunia Arab membuat Inggris berpikir ulang mengenai Zionisme. Pada 1939, Inggris mengeluarkan ''buku putih'' yang menyebutkan bahwa kebijakan Inggris bukanlah menjadikan Palestina sebagai negara bagi kaum Yahudi.
Langkah ini mengundang reaksi baru dari kaum Zionis. Aksi lewat jalan teror pun dilakukan. Mengutip tulisan Ritchie Ovendale (2002) dalam jurnal akademis yang beredar di AS dan Inggris, Historian, disebutkan bahwa Zionis mendirikan Irgun Zvai Leumi yang bertujuan ''melancarkan kampanye teror terhadap populasi Arab''.
4. Pada 1942, Irgun dipimpin Manachem Begin kelak ia mendapat posisi terhormat sebagai perdana menteri Israel. Serangan pun mulai diarahkan pula kepada lambang-lambang kekuasaan Inggris di Timur Tengah. Inggris pun makin terdesak karena dukungannya pada Zionisme menjadi bumerang.
Puncaknya adalah Resolusi PBB yang dikeluarkan pada 29 November 1947, mengakhiri mandat Inggris terhadap Palestina. Resolusi tersebut juga menegaskan soal pembagian wilayah Palestina menjadi tiga, yaitu wilayah Arab, wilayah Yahudi, dan status Yerusalem di bawah pengawasan internasional.
5. Dengan dukungan resolusi PBB tahun 1947 ini, kaum Zionis pun mendeklarasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948. Setelah negara Israel resmi berdiri, Yahudi terus melakukan pembersihan wilayahnya dari rakyat Palestina.
Pemimpin Zionis ketika itu, David Ben Gurion, mulai membuka front permusuhan dengan negara-negara Arab tetangganya. Sementara lobi Zionis terhadap Pemerintah Amerika Serikat semakin ditingkatkan, misalnya electoral punishment yang mengancam akan menarik dukungan mereka pada pemilu.
6. Rencana Israel untuk berperang, seperti ditulis Adian Husaini dalam bukunya yang berjudul, Mau Menang Sendiri; Israel Sang Teroris yang Pragmatis, telah dilakukan secara sungguh-sungguh, sejak dikeluarkannya rencana pembagian wilayah oleh PBB pada 19 November 1947.
Semua Yahudi yang berumur 17-25 tahun diperintahkan mendaftar pada dinas militer. Pada 5 Desember 1947, Ben Gurion memerintahkan aksi cepat untuk memperluas permukiman Yahudi di tiga daerah yang diberikan oleh PBB kepada Palestina.
7. Kemudian pada 9 Desember, Ben Gurion memerintahkan agar pasukan Yahudi menyerang dengan agresif. Serangan besar Yahudi pertama terjadi pada 18 Desember 1947, ketika pasukan Palmach, pasukan penggempur dari angkatan bersenjata bawah tanah Yahudi, Haganah, menyerang desa Palestina, Khissas, di bagian utara Galilee dalam suatu serangan malam.
Baca juga: Yahudi Termasuk Kaum yang Dimurkai Allah SWT, 3 Buktinya Disebutkan dalam Alquran
8, Sementara Roger Garaudy dalam bukunya, Israel dan Praktik-praktik Zionisme, mencatat bahwa dalam periode antara pemisahan wilayah Palestina 29 November 1947 dan berakhirnya mandat Inggris 15 Mei 1948, tentara Israel telah menduduki daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang Arab, misalnya Jaffa dan Acre.
Dalam menguasai Palestina, bangsa Yahudi tidak hanya menerapkan kolonialisme klasik yang memandang bumi putra sebagai tenaga kerja murah, tetapi kolonisasi pemukiman, di mana kaum imigran mengusir bumi putra dan mengambil alih tempat tinggal mereka.