Kena Long Covid, Mengapa Orang Ada yang Alami Brain Fog?
Kena brain fog, orang kesulitan untuk mengingat, berpikir, atau berkonsentrasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brain fog atau kesulitan berkonsentrasi dan berpikir merupakan salah satu gejala long Covid yang cukup umum dialami oleh penyintas Covid-19. Akan tetapi, penyebab timbulnya gejala brain fog pada penderita long Covid sempat menjadi tanda tanya besar.
Sejak pandemi Covid-19 terjadi, orang masih harus bergelut dengan gejala-gejala Covid-19 meski sudah dinyatakan sembuh. Beragam gejala ini biasanya bertahan selama lebih dari 12 pekan setelah pasien terkena Covid-19. Kondisi ini dikenal sebagai long Covid.
Gejala long Covid yang dikeluhkan oleh penderitanya sangat beragam. Sebagian di antaranya adalah nyeri sendi, lelah, sesak napas, hingga nyeri otot. Keluhan lain yang juga kerap ditemukan adalah brain fog atau kesulitan untuk mengingat, berpikir, atau berkonsentrasi.
Tim peneliti Trinity College Dublin dan investigator dari pusat penelitian FutureNeuro di Irlandia lalu melakukan studi untuk mengetahui pemicu timbulnya keluhan brain fog pada orang yang mengalami long Covid. Melalui studi ini, tim peneliti menemukan bahwa kemunculan brain fog pada long Covid disebabkan oleh adanya kebocoran pada pembuluh darah di otak dan sistem imun yang hiperaktif.
Tim peneliti mengungkapkan bahwa keluhan brain fog hanya ditemukan pada penderita long Covid yang memiliki kebocoran pembuluh darah. Sebaliknya, pada orang yang tak memiliki kebocoran pembuluh darah, gejala brain fog tidak muncul.
"Untuk pertama kalinya, kami berhasil menemukan bahwa kebocoran pembuluh darah di otak manusia, yang disertai dengan sistem imun hiperaktif, bisa menjadi kunci utama dari timbulnya brain fog terkait long Covid," ungkap profesor di bidang genetika dari Trinity College Dublin sekaligus investigator utama FutureNeuro, Matthew Campbell, seperti dilansir Independent pada Senin (26/2/2024).
Menurut Campbell, menemukan penyebab yang mendasari timbulnya keluhan brain fog pada penderita long Covid adalah langkah yang sangat penting. Alasannya, temuan ini bisa membantu para dokter dan peneliti untuk mengembangkan terapi yang lebih spesifik untuk para pasien di masa mendatang.
"Temuan ini kemungkinan akan mengubah cara kita memahami dan mengobati masalah neurologis pascainfeksi virus," kata profesor di bidang neurologi dari Trinity College Dublin dan investigator utama FutureNeuro, Colin Doherty.
Selain itu, Doherty juga menilai temuan terbaru ini turut mengonfirmasi bahwa gejala-gejala saraf yang muncul pada long Covid bisa diukur secara ilmiah. Pengukuran ini bisa dilakukan melalui perubahan metabolisme dan pembuluh darah yang nyata dan bisa terlihat di otak.