Raihan Suara PSI Terus Merangkak Naik di Sirekap, Kini Sudah Tembus Angka 3 Persen
Sementara itu, persentase suara PPP dalam tren penurunan berdasarkan data Sirekap.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri, Febryan A, Antara
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) secara perlahan mulai mengalami kenaikan perolehan suara bila dilihat pada laman real count KPU. Pantauan Republika, Jumat (1/3/2024) hingga pukul 13.17 WIB, PSI sudah mendapatkan 2.300.600 suara atau 3,0 persen. Saat ini persentase suara yang masuk ke real count KPU adalah 65,64 persen atau 540.351 TPS dari total 823.236 TPS di Indonesia.
Perolehan suara PSI ini mulai membayang-bayangi suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di mana PPP yang sempat menyentuh angka 4 persen suara justru turun lagi menjadi 3,97 persen.
Raihan suara PSI berdasarkan hitungan Sirekap bisa dibilang tengah merangkak naik. Sebelumnya, hasil real count per Kamis (29/2/2024) pukul 14.00 WIB, menunjukkan bahwa PSI mendapatkan 2.201.952 suara atau setara 2,89 persen.
Jika dibandingkan dengan hasil real count terhadap data dari 64,92 persen TPS per Selasa (27/2/2029) pukul 06.00 WIB, maka tampak terjadi kenaikan suara PSI cukup signifikan. Ketika itu, PSI tercacat meraih 2.085.130 suara atau 2,75 persen.
Adapun untuk PPP pada Selasa (27/2/2024), raihan suaranya mencapai 3.057.943 suara atau 4,03 persen. Namun, saat ini raihan suara PPP dalam tren penurunan dan terancam tak bisa memenuhi parliamentary threshold atau ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Sebagai catatan, apabila persentase raihan suara partai tak mencapai ambang batas parlemen 4 persen, maka partai itu tidak mendapatkan kursi DPR. Meski caleg-caleg yang diusung partai yang tak melampaui ambang batas parlemen itu mendapatkan suara tertinggi di daerah pemilihan (dapil), tapi semua itu percuma karena tak dihitung dalam pembagian kursi.
Adapun, untuk partai yang memimpin perolehan suara tertinggi di Pileg DPR RI masih PDIP. Partai berlambang banteng itu kini tercatat memperoleh 12.570.625 suara atau 16,44 persen. Di belakang PDIP, adalah Partai Golkar yang mendapatkan 11.544.074 suara atau 15,1 persen.
Di urutan tiga adalah Partai Gerindra yang mendapatkan 10.198.118 suara atau 13,34 persen. Setelah itu ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sementara mendapatkan 8.860.000 suara atau 11,59 persen.
Selanjutnya Partai Nasdem terpantau sudah memperoleh 7.219.187 suara atau 9,44 persen. Setelahnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memperoleh 5.751.099 suara atau 7,52 persen.
Pada peringkat tujuh adalah Partai Demokrat yang mendapatkan 5.683.011 suara atau 7,43 persen. Satu lagi partai yang berada di ambang batas parlemen adalah Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendapatkan 5.329.942 suara atau 6,97 persen.
Sementara untuk update real count Pilpres masih belum ada perubahan signifikan. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih memimpin dengan perolehan 75.369.616 suara atau 58,83 persen.
Di urutan kedua adalah pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang memperoleh 31.376.021 suara atau 24,49 persen. Di urutan tiga adalah pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang memperoleh 21.372.479 suara atau 16,68 persen.
Elite PSI beberapa hari lalu mengaku masih optimistis partainya bakal lolos ke parlemen. Anggota Dewan Pembina PSI, Ratu Isyana Bagoes Oka menyebut, partainya sudah meraih 4,2 persen suara dalam Pileg DPR 2024 berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count internal.
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep pun menyatakan, kepastian partainya melaju ke Senayan akan diketahui setelah KPU selesai melakukan penghitungan suara secara manual berjenjang. Karena itu, dia meminta seluruh kader PSI untuk mengawal proses rekapitulasi suara yang dilakukan KPU.
"Saya instruksikan kepada teman-teman semua untuk mengawal proses suara karena rekapitulasi suara yang dilakukan KPU belum rampung," kata putra bungsu Presiden Jokowi itu, Jumat (16/2/2024).
Ketua DPP PSI Cheryl Tanzil menyebut pengerahan pengurus, caleg, dan kader partai efektif untuk mengawal proses penghitungan suara di setiap tingkatan dan melaporkan semua temuan di lapangan.
“Kalau teman-teman pengurus, caleg, dan kader tidak mengawal dan mengawasi, mustahil temuan-temuan itu sampai ke DPP,” kata Cheryl dalam keterangan tertulis Ahad (25/2/2024).
Beberapa temuan oleh PSI antara lain adalah kesalahan pencatatan suara dan temuan itu diperoleh sebagai hasil pengawasan yang dilakukan para pengurus, caleg, dan kader PSI.
“Saya sendiri sudah turun ke berbagai kecamatan dan menemukan kesalahan input. Misalnya di sebuah TPS di Jakarta Utara. Batang lidi mencatat 35 tapi di kolom angka ditulis 25. Ada pengurangan 10 suara. Itu baru satu caleg PSI dan satu TPS. Terbayang kalau dikalikan 12 ribuan TPS di satu dapil,” ujarnya.
PSI juga menginstruksikan temuan kesalahan itu untuk segera dikoreksi dan hasilnya juga harus disepakati seluruh saksi partai-partai lain di berbagai tingkatan. Menurutnya, mengawal suara adalah hak konstitusional seluruh peserta pemilu. Setiap suara adalah amanat rakyat yang tidak boleh disia-siakan.
“PSI menggunakan hak itu untuk memastikan tidak ada satu pun suara rakyat yang hilang. PSI sendiri tetap optimis bisa melewati parliamentary threshold 4 persen dan lolos ke Senayan,” kata Cheryl.
Peneliti Economics & Political Insight (EPI) Center Mursalin mengatakan PSI masih berpeluang menembus ambang batas parlemen 4 persen. "PSI masih memiliki peluang untuk bisa lolos ke parlemen," kata Mursalin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad (25/2/2024).
Mursalin mengatakan, rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2024 di KPU masih berjalan dan masih ada peluang PSI mendapatkan tambahan suara. "Rekapitulasi di KPU masih terus berlangsung, sementara Sirekap baru mencakup 62,09 persen dari total TPS yang jumlahnya mencapai 823.236," ujarnya.
Sebelumnya, survei yang dilakukan EPI Center pada 9 hingga 15 Januari 2024 atau sebulan sebelum pencoblosan memprediksi elektabilitas PSI mencapai 4,2 persen, dengan margin of error sekitar 2,89 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Seperti halnya survei sebelum pencoblosan, hasil quick count sesaat setelah pencoblosan pun memiliki margin of error, dengan kisaran paling tidak sebesar 1 persen," jelas Mursalin.
Dengan asumsi optimis PSI meraih 3 persen pada hitung cepat maka masih ada peluang tipis PSI untuk bisa menembus hingga 4 persen. Di sisi lain, Mursalin menyoroti soal masih cukup rendahnya perolehan suara PSI, meskipun telah mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo.
Hal itu berbeda dengan hasil Pilpres 2024 yang menempatkan pasangan Prabowo-Gibran meraih hingga 58 persen suara, melebihi perkiraan survei. Sejumlah lembaga survei juga menemukan perolehan suara PSI masih berada di bawah 1 persen sebelum bergabungnya Kaesang Pangarep.
Putra Jokowi itu bergabung dengan PSI dan dilantik sebagai ketua umum pada akhir September 2023 atau hanya sekitar empat bulan sebelum pencoblosan. Setelah Kaesang memimpin PSI, elektabilitas partai itu mulai pulih menyamai perolehan suara pada Pemilu 2019 yang hampir 2 persen.
"Artinya ada kenaikan meskipun tidak terlalu besar yang diperoleh dari dukungan Jokowi melalui bergabungnya Kaesang sebagai kader PSI," tutur Mursalin.
Direktur Eksekutif Data Riset Analitika Nana Kardina juga menilai PSI masih berpeluang meraih 4 persen suara dan menembus ambang batas parlemen atau parliamentary threshold. Menurut data miliknya, sejak dua pekan menjelang pencoblosan elektabilitas partai pimpinan Kaesang Pangarep itu sudah memenuhi 4 persen suara.
"Survei Data Riset Analitika pada 2-3 minggu menjelang pencoblosan mencatat elektabilitas PSI berada di atas ambang batas (parliamentary threshold) 4 persen," kata Nana dalam keterangan tertulis, Ahad (25/2/2024).
Nana mengatakan, hasil quick count dari sejumlah lembaga survei, menempatkan PSI pada kisaran 2,62-2,90 persen, atau mendekati 3 persen. Kemudian, dengan memperhitungkan margin of error di atas 1 persen, PSI masih memiliki peluang untuk meraih suara total 4 persen.
Nana menambahkan, di sejumlah daerah juga masih berlangsung pemilu ulang (PSU), pemilu lanjutan, dan pemilu susulan karena berbagai penyebab. Selain itu PSI, menengarai adanya surat suara yang rusak atau tidak sah mencapai 10 persen pada Pemilu Legislatif 2024, melonjak dari sebelumnya rata-rata 3-4 persen.
Nana melanjutkan, jika dilihat dari dapil-dapil di mana PSI memperoleh suara yang cukup signifikan, perolehan suara organisasi politik itu memang lebih banyak diperoleh dari mencoblos partai dibanding suara caleg. Menurutnya, harus diakui bahwa PSI masih belum memiliki tokoh-tokoh yang populer sebagai vote getter, berbeda dari partai-partai besar yang sudah mapan di Senayan.
"Beberapa nama yang cukup akrab dikenal publik seperti mantan ketua umum Grace Natalie dan Giring Ganesha, atau selebritis Helmi Yahya, yang relatif bisa mendulang suara melampaui suara partai," katanya.
Meski demikian, menurutnya penting bagi PSI untuk membesarkan tokoh-tokoh yang berasal dari kader untuk menghadapi pemilu selanjutnya. "Hal ini sekaligus menjadi catatan bagi PSI untuk bisa merekrut tokoh-tokoh potensial dan membesarkan kader-kader internal jika ingin meraih suara lebih besar lagi dalam pemilu berikutnya," tuturnya.