ITB Ungkap Tiga Kemungkinan Penyebab Monyet Berkeliaran di Bandung, Ada Tanda Bahaya

Kelompok monyet itu merasakan ada tanda bahaya dari alam jadi menjauh dari habitat

Republika/Putra M. Akbar
Warga melihat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) (ilustrasi)
Rep: Muhammad Fauzi Ridwan Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) Ganjar Cahyadi mengungkapkan tiga kemungkinan penyebab monyet ekor panjang berkeliaran ke pemukiman warga di Kota Bandung pada Rabu (28/2/2024) kemarin. Bahkan beberapa hari kemudian masih didapati monyet ekor panjang berkeliaran di tempat lain.

Baca Juga


"Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya," ujar Ganjar melalui keterangan resmi yang diterima, Kamis (7/3/2024).

Ganjar mengatakan, jarak waktu terjadi bencana dari berpindahnya hewan tersebut relatif cepat. Hal ini itu terjadi karena primata monyet ekor panjang memiliki insting yang lebih kuat. "Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain," katanya.

Penyebab kedua, ia memperkirakan hewan tersebut mencari makan ke tempat lain. Sebab di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sementara populasinya banyak. Penyebab ketiga, ia memperkirakan adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Ganjar mengatakan hewan monyet ekor panjang membentuk kelompok-kelompok.

"Biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok. Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya," kata dia.

Hal tersebut, kata dia, dapat terjadi sebab monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman.

Ganjar mengatakan mereka dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya. Ia mengimbau masyarakat tidak menberi makan, menganggu atau hingga menyudutkan. "Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti 'mencuri'," kata dia.

Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti menyakar atau menggigit, ia mengimbau warga  untuk membiarkan saja hewan tersebut.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan sempat menyebut kehadiran monyet ekor panjang di pemukiman bukan karena adanya potensi bencana khususnya dari Tangkuban Parahu. Sebab jarak temuan monyet yang pertama kali terlihat di Coblong jauh dengan lokasi Tangkuban Parahu. "Saya kira dari lokasinya Dago dan Tangkuban sangat jauh ya," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler