Ini Manfaat Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan, Terutama Bagi Generasi Emas

Pemberlakuan cukai minuman berpemanis akan menurunkan tingkat diabetes dan obesitas.

www.freepik.com
Anak mengonsumsi minuman manis (ilustrasi). Ini Manfaat diterapkannya cukai minuman berpemanis.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset terbaru Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) menunjukkan, pemberlakuan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) sebesar 20 persen dapat memulihkan kasus overweight dan obesitas. Jika kondisi memprihatinkan yang ada saat ini tak disikapi secara serius, maka pada 2033 diprediksi akan ada sekitar 9 juta kasus baru diabetes tipe 2 di Indonesia.

Baca Juga


“Temuan utama kami yang pertama, yaitu cukai MBDK dapat memulihkan kasus overweight dan obesitas. Jadi dengan adanya cukai yang mengakibatkan kenaikan harga jual produk-produk MBDK di pasar sebesar 20 persen secara rata-rata, diestimasikan akan menurunkan konsumsi MBDK sebesar 17,5 persen di masyarakat,” ucap Health Economics Research Associate CISDI Muhammad Zulfiqar Firdaus dalam diseminasi hasil risetnya di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Zulfiqar mengatakan, hal tersebut akan berdampak pada penurunan konsumsi kalori harian, berat badan, dan indeks masa tubuh pada populasi sampel yang pihaknya ambil. Berdasarkan penurunan indeks masa tubuh tersebut, terhitung jumlah kasus berat badan berlebih yang bisa dikurangi mencapai sebesar 253 ribu dan kasus obesitas yang bisa dikurangi sebesar 520 ribu kasus dalam setahun.

Temuan berikutnya terkait proyeksi estimasi jumlah kasus baru atau insidensi diabetes tipe 2 pada tahun 2024 sampai 2033. Dari hasil riset yang dilakukan, jumlah estimasi kasus baru diabetes tipe 2 setiap tahunnya yang diprediksi akan terus meningkat apabila tidak ada intervensi secara perlahan hingga 2033 mendatang, yakni mencapai sekitar 9 juta kasus baru.

Riset itu juga menunjukkan hasil perhitungan apabila intervensi melalui cukai MBDK yang meningkatkan harga jual sebesar 20 persen dilakukan. Di mana, langkah invervensi tersebut akan mampu menjegah hingga 3,1 juta kasus baru diabetes pada tahun 2033 secara akumulatif.

Kemudian, riset itu juga menunjukkan hasil proyeksi penurunan angka kematian akibat diabetes. Jika intervensi tidak dilakukan, kata dia, maka angka kematian yang disebabkan oleh diabetes diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya. Apabila intervensi dilakukan, maka akan ada sekitar 450 ribu jiwa yang bisa diselamatkan pada tahun 2033 secara akumulatif.

Terkait estimasi manfaat ekonomi yang didapatkan, menurut Zulfiqar, cukai MBDK dapat meningkatkan produktivitas dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Pihaknya menghitung matriks  berupa disability adjusted life years, yang merepresentasikan potensi kerugian tahun hidup yang hilang akibat suatu kondisi medis tertentu, dalam hal ini diabetes tipe 2.

“Jadi apabila kita kuantifikasi pada tahun 2033 kita mendapatkan bahwa sebenarnya Indonesia bisa menghemat hingga Rp 40,6 triliun dalam hal biaya yang dikeluarkan untuk merawat penyakit diabetes dan juga termasuk kehilangan produktivitas akibat penyakit diabetes,” jelas dia.

Indonesia masuk ke dalam lima besar....

 

 

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengatakan, Indonesia masuk ke dalam lima besar prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah China, India, Pakistan, dan Amerika. Saat ini sudah sekitar 19,5 juta penduduk di Indonesia menderita diabetes dan diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai 28,5 juta penderita diabetes pada 2045 mendatang.

“Salah satu penyebab adalah konsumsi minuman manis dalam kemasan yang telah terbukti meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit tidak menular lainnya,” ucap Dante pada kegiatan yang sama.

Dante mengatakan, hasil studi Global Burden of Disease pada 2019 juga menunjukkan, gaya hidup dan pola makanan buruk, termasuk konsumsi berlebihan MBDK, berkontribusi pada setengah dari faktor risiko penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di Indonesia. Penelitian juga menunjukkan angka kematian global akibat konsumsi sugar-sweetened beverage (SSB) mencapai 184.000 dengan 133.000 di antaranya disebabkan oleh diabetes.

“Di Indonesia sendiri data Suskesnas menunjukkan rumah tangga diperkirakan mengeluarkan Rp 90 triliun untuk MBDK pada tahun 2022. Tumbuh sekitar 9 persen dari estimasi nilai belanja nasional MBDK di tahun 2017,” terang Dante.

Dante menyebutkan, melihat kontribusi dan peningkatan beban kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular, dan mempertimbangkan beban biaya kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit yang terkait konsumsi MBDK, langkah serius perlu dilakukan. 

 

“Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan cukai MBDK menjadi salah satu strategi yang dia sebut efektif dalam mengurangi risiko penyakit tidak menular dan beban biaya kesehatan,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler