Alquran Ungkap Sifat Yahudi Suka Buat Onar, 3 Fakta Era Rasulullah SAW Ini Jadi Bukti
Bangsa Yahudi kerap membuat fitnah di kalangan masyarakat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu karakter Yahudi adalah suka merusak dan mengobarkan fitnah serta peperangan. Mereka juga suka memecah-belah dan licik demi keuntungan kaum mereka, dan hal tersebut sudah mereka lakukan ribuan tahun yang lalu sebelum Islam datang.
Bahkan telah disebutkan dalam Alquran bahwa Yahudi merupakan kaum yang dilaknat Allah SWT karena kejelekan perbuatan mereka yang suka mengadu domba, berbuata kerusakan, perbuatan kotor, keji, hingga peperangan.
Alquran juga telah menyampaikan sifat-sifat orang Yahudi, salah satunya dalam surat Al-Maidah ayat 64.
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰننِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
“Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki, Dan (Alquran) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka.
Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Maidah ayat 64).
Berikut ini daftar peperangan yang dipicu oleh kelicikan kaum Yahudi di zaman Rasulullah SAW.
Pertama, Perang Bu’ats (Suku Auz dan Suku Khazraj yang diadudomba oleh Yahudi)
Sebelum Rasulullah SAW Hijrah, di madinah terdapat dua suku yang tidak pernah berdamai selama 120 tabun lamanya.
Dua suku ini yakni suku Auz dan suku Khazraj dan masing-masing memiliki jumlah kelompok yang sama banyaknya. Keduanya memegang kekuasaan di Madinah, namun situasi berbeda ketika bangsa Yahudi datang.
Dipimpin oleh tetua Yahudi Syasy bin Qais yang selalu menghembuskan angin kebencian di antara kedua suku, mengaku domba keduanya, hingga meletusnya Perang Bu'ats.
Suku Auz didukung oleh kaum Yahudi dari Bani Nadhir dan Bani Qainuqoh, sedangkan suku Khazraj dibantu oleh yahudi dari Bani Quraizhah.
Dari peperangan tersebut, kedua belah pihak banyak jatuh korban jiwa termsuk sebagian pemimpin mereka.
Mereka kemudian sadar dan lelah dengan permusuhan yang tanpa henti yang diakibatkan oleh fitnah kaum Yahudi. Sehingga keduanya sepakat untuk mencari pemimpin yang dapat mewujudkan perdamaian dan keharmonisan di Madinah.
Hampir saja mereka menunjuk Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai raja mereka, namun hidayah Allah SWT datang dan kedua suku tersebut sepakat menjadikan Rasulullah saw menjadi pemimpin mereka.
Tetapi fitnah Yahudi tidak berhenti begitu saja. Ketika Rasulullah saw sudah berhijrah ke Madinah, dan kedua suku sudah berdamai, tetua Yahudi Syasy bin Qais tak pernah senang melihat kedamaian itu. Hingga dia mencoba menghembuskan kembali fitnah di antara kedua suku itu.
Ia memerintahkan seorang pemuda yahudi untuk ikut menimbrung pada obrolan santai kedua suku itu, dengan sedikit-sedikit menyebut tentang kehebatan Khazraj atas Aus dalam Perang Bu'ats.
Ia terus mengungkit-ungkit kembali hari kemenangan Suku Khazraj dan kekalahan memalukan dari suku Aus. Pemuda yahudi itu bahkan menyanyikan lagu-lagu permusuhan yang sudah biasa dilantunkan prajurit Khazraj saat memerangi Aus.
Maka dari obrolan santai yang mengalir itu terjadilah saling adu mulut. Keduanya menyatakan siap berkelahi, sementara pendukung masing-masing berupaya mengumpulkan kekuatan. Seorang sahabat kemudian melaporkan kejadian itu kepada Rasulullah SAW dan Nabi SAW segera mendatangi dan mendamaikan mereka.
Perang
Kedua, Perang Ahzab (khandaq)
Kaum Yahudi yang terusir dari Madinah karena pengkhianatan dan permusuhan mereka, kini telah mantap menghancurkan Muhammad dan risalahnya.
Mereka pun mendorong kaum Quraisy dan berbagai kabilah Arab lainnya untuk menyerang Madinah serta menjanjikan mereka bantuan-bantuan yang besar.
Dengan demikian, terbentuklah front besar penentang Islam yang terhimpun di bawah bendera kaum Yahudi, terdiri dari kabilah-kabilah Arab, kelompok munafik, dan kaum Yahudi sendiri.
Pada Syawal tahun kelima Hijriah, pasukan Ahzab (koalisi), yang terdiri atas 10 ribu prajurit, menyerbu Madinah di bawah pimpinan Abu Sufyan.
Berita-berita pergerakan pasukan Ahzab mencapai kota Rasul dibawa oleh para penunggang kuda dari Khuza'ah. Maka Rasulullah saw. mengumumkan kondisi siaga dan usulan Salman untuk membuat parit pun diterima sebagai strategi perang kaum Muslimin.
Pasukan penyerbu dikejutkan dengan parit yang mustahil mereka tembus. Maka terhentilah pergerakan pasukan musyrikin. Abu Sufyan ingin mengakhiri kondisi menunggu, maka ia mengutus Hayy bin Akhthab, pemimpin Yahudi bani Nadhir, untuk berbicara dengan Ka'b bin Asad, pemimpin Yahudi bani Quraidhah, dalam rangka menyerang kaum Muslim dari dalam kota Madinah dan membuka jalan bagi pasukan koalisi.
Rasulullah saw. memahami karakter khianat kaum Yahudi, maka beliau menyiapkan 500 orang pejuang bersenjata untuk melaksanakan tugas patroli dan mengawasi pergerakan-pergerakan bani Quraidhah. Demikianlah cara Rasulullah mengamankan Madinah dari dalam.
Adapun di sisi lain dari parit, kekuatan musyrikin telah melemah, ditambah dengan taipan angin yang sangat kencang merobohkan tenda-tenda kaum musyrikin. Akhirnya Abu Sofyan memutuskan untuk menarik pasukannya pada malam itu sebelium keadaan semakin memburuk.
Ketiga, Perang Khaibar
Peperangan Khaibar ini merupakan salah satu pertempuran kaum Muslim yang paling sengit, karena kondisi pasukan Yahudi saat itu sangat kuat, dengan pasukan sebanyak 10 ribu orang.
Kaum Yahudi...
Kaum Yahudi Khaibar belum memperlihatkan permusuhannya kepada kaum muslimin hingga menetapnya para pemuka bani Nadhir di tengah-tengah mereka, yang merasa sakit hati dengan pengusiran mereka dari kampung halamannya.
Namun, ternyata pengusiran tersebut tidaklah cukup untuk menghancurkan kekuatan mereka. Sebab, mereka meninggalkan Madinah dengan membawa serta kaum wanita, anak-anak serta harta benda mereka, sementara di belakang mereka ada para biduanita yang menabuh rebana dan meniup seruling dengan penuh kesombongan, kebanggaan dan keberanian, yang biasa ditunjukkan oleh sebagian orang di zaman mereka.
Di antara para pemimpin terkemuka bani Nadhir yang tinggal (menetap) di Khaibar adalah Sallam bin Abi Al Huqaiq, Kinanah bin Abi Al Huqaiq dan Huyai bin Akhthab. Tatkala menetap di Khaibar, mereka melakukan berbagai cara untuk menghxasut klan yahudi lainnya untuk membenci Muhammad dan kaum muslimin.
Keinginan mereka yang sangat kuat untuk kembali ke perkampungan mereka di Madinah itulah yang telah mendorong mereka menghasut klan Yahudi lainnya untuk menentang dan membalas kaum Muslimin.
Pada permulaan bulan Rabiulawal tahun ketujuh Hijriah, Nabi Muhammad saw. bergerak menuju Khaibar bersama 1.600 pejuang Muslim. Rasulullah benar-benar merahasiakan pergerakan pasukannya untuk mengagetkan kaum Yahudi dan mencegah bantuan-bantuan militer yang terkadang datang dari kabilah-kabilah Ghathfan.
Nabi Muhammad pun mencapai wilayah yang dinamakan Rajiy' yang memisahkan antara Khaibar dan Ghathfan. Di bawah lindungan kegelapan malam, kaum Muslim mengepung benteng-benteng Khaibar dan mengambil posisi di antara pepohonan kurma.
Pada pagi hari pertempuran pun pecah dan jatuhlah benteng-benteng itu satu demi satu. Namun kaum Muslim kesulitan menaklukkan dua benteng lainnya, di mana kaum Yahudi telah berkumpul di dalam kedua benteng itu untuk melakukan perlawanan dan menghujani kaum Muslim dengan anak panah.
Rasulullah SAW mengutus Abu Bakar memimpin sebagian kekuatan pasukan Muslimin, namun betapa cepat ia kembali dan menelan kekalahan. Maka Rasulullah SAW pun mengutus Umar bin Khattab, namun ia kembali membawa kekalahan. Kaum Yahudi pun mengolok-olok kaum Muslim.
Kaum Yahudi telah terlena oleh sebagian kemenangan mereka. Hingga kemudian Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib dan Ali berhasil menghancurkan Pertahanan Yahudi dan membunuh Marab dan Al Harits yang keduanya merupakan pahlawan Yahudi, sehingga menimbulkan ketakutan dalam barisan Yahudi, dan mereka pun menarik diri ke dalam benteng serta mengunci seluruh pintunya.
Kaum Muslim menghalau pasukan Yahudi yang melarikan diri, namun ketika mereka mencapai pintu benteng yang telah terkunci, mereka tak mampu mendobraknya.
Ali lalu menjulurkan tangannya ke pintu benteng dan menggoyangnya dengan kuat, kemudian mencabutnya dan menjadikannya sebagai jembatan penyeberangan pasukan Muslimin.
Kaum Yahudi menjadi terkejut dengan kekuatan Ali dan keberaniannya, hingga akhirnya mereka menyatakan menyerah.
Sumber: Sirah Nabawiyah karya Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dan Kisah-Kisah Manusia Suci karya Sayyid Mahdi Ayatullah