Yaman Terus Serang Kapal di Laut Merah Sampai Perang Gaza Berhenti

Yaman sebut DK PBB telah tunduk pada kemauan Amerika Serikat dalam dukung kebrutalan.

EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Bendera Palestina dan Yaman berkibar di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kementerian Luar Negeri Yaman pada Selasa mengumumkan bahwa pihaknya akan terus melakukan operasi di Laut Merah sampai agresi terhadap Gaza dihentikan.

Pernyataan Kemlu Yaman tersebut sebagai tanggapan atas pernyataan Dewan Keamanan PBB mengenai operasi yang dilakukan oleh negara itu.

Dalam pernyataan tersebut tertulis bahwa Dewan Keamanan telah tunduk pada kemauan Amerika Serikat untuk mendukung kebrutalan rezim Israel di Gaza.

Memalukan bahwa Dewan Keamanan tidak dapat mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembantaian rezim Israel di Gaza setelah sekitar 200 hari, tetapi Dewan Keamanan mengecam gerakan Ansarullah Yaman atas tindakannya di Laut Merah untuk mendukung warga Palestina.

Dewan Keamanan PBB sebaiknya mencegah pengiriman fasilitas AS ke Israel sebab rezim Zionis telah membunuh kaum perempuan dan anak-anak di Gaza, kata kementerian Yaman itu.

Pihaknya juga menekankan bahwa operasi di Laut Merah dan Laut Arab saling berhubungan dengan perkembangan di Gaza.

Anggota delegasi perundingan pemerintah Yaman, Abdul Malik al-Ajri, mengomentari pernyataan Dewan Keamanan (DK) PBB dan menggambarkannya sebagai pernyataan tak berguna.

Dia mencatat bahwa DK PBB tidak berhak meminta negara lain untuk menghormati regulasi internasional sebab badan tersebut tidak mampu memaksa rezim Israel untuk mengikuti regulasi tersebut dan menghentikan genosida di Gaza.

Pada Senin (18/3/2024) DK PBB mengutuk serangan Ansarullah Yaman terhadap kapal komersial di Laut Merah. Pasukan Udara Yaman mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan berhenti melakukan operasi terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel sampai perang di Gaza berakhir.

Sejak awal perang 7 Oktober lalu, lebih dari 31.000 warga Palestina, kebanyakan anak-anak dan perempuan, terbunuh di Gaza.

Baca Juga


sumber : Antara/IRNA-OANA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler