Ayat Alquran dan Hadits Ini Ungkap Mengapa Tahajud Paling Utama Setelah Sholat 5 Waktu
Sholat tahajud mempunyai sejumlah keutamaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Surat Al-Isra ayat 79 dan tafsirnya menjelaskan keutamaan sholat tahajud yang biasa dikerjakan Rasulullah SAW.
Salah satu tujuan Rasulullah SAW rajin tahajud agar beliau diangkat Allah SWT ke tempat terpuji sehingga bisa memberikan syafaat kepada umatnya.
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا
Pada sebagian malam lakukanlah sholat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (QS Al-Isra ayat 79)
Tafsir Kementerian Agama menerangkan, ayat ini memerintahkan Rasulullah SAW dan kaum Muslimin agar bangun di malam hari untuk mengerjakan sholat tahajud.
Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali memerintahkan Rasulullah SAW mengerjakan sholat malam sebagai tambahan atas sholat yang wajib.
Sholat malam ini diterangkan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Bahwasanya Nabi SAW ditanya orang: "Sholat manakah yang paling utama setelah sholat yang diwajibkan (sholat lima waktu)." Rasulullah SAW menjawab:
أفضل الصلاة بعد المكتوبة قيام الليل “Sholat paling utama setelah sholat lima waktu adalah tahajud." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Dari hadits-hadits Nabi yang sahih, yang diriwayatkan dari ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW bangun untuk mengerjakan sholat tahajud, setelah beliau tidur.
Kebiasaan Nabi Muhammad SAW ini dapat dijadikan dasar hukum bahwa sholat tahajud itu sunat dikerjakan oleh seseorang, setelah tidur beberapa saat di malam hari, kemudian pada pertengahan malam hari beliau bangun untuk sholat tahajud.
Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa hukum sholat tahajud itu adalah sebagai ibadah tambahan bagi Rasulullah di samping sholat lima waktu. Oleh karena itu, hukumnya bagi Rasulullah SAW adalah wajib, sedang bagi umatnya adalah sunat.
Dalam ayat ini, diterangkan tujuan sholat tahajud bagi Nabi Muhammad adalah agar Allah SWT dapat menempatkannya pada tempat yang terpuji (maqaman mahmudan).
Yang dimaksud dengan maqaman mahmudan adalah syafaat Rasulullah SAW pada hari kiamat. Pada hari itu manusia mengalami keadaan yang sangat susah yang tiada taranya.
Yang dapat melapangkan dan meringankan manusia dari keadaan yang sangat susah itu hanyalah permohonan Nabi Muhammad SAW kepada Tuhannya, agar orang itu dilapangkan dan diringankan dari penderitaannya.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW berkata, "Maksud maqaman mahmudan dalam ayat ini adalah syafaatku." (hadis Hasan Sahih)
Kebanyakan para ahli berkata, "Yang dimaksud dengan maqaman mahmudan itu adalah suatu kedudukan yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada manusia, agar Allah SWT meringankan kesusahan dan kesulitan yang mereka alami pada hari itu."
Diriwayatkan oleh An-Nasai, Al-Hakim, dan segolongan ahli hadis, "Allah mengumpulkan manusia pada suatu daratan yang luas pada hari kiamat, mereka semua berdiri dan tidak seorang pun yang berbicara pada hari itu kecuali dengan izin-Nya.
Orang-orang yang mula-mula diseru namanya adalah Muhammad, maka Muhammad berdoa kepada-Nya. Inilah yang dimaksud dengan maqaman mahmudan dalam ayat ini. Terdapat sejumlah riwayat tentang pemberian tempat terpuji itu antara lain sebagai berikut:
Pertama,
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Jabir bin ‘Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
جابر رضي الله عنه مرفوعًا: «من قال حين يَسْمَع النِّدَاء: اللَّهُم ربِّ هذه الدَّعْوَة التَّامة، والصَّلاة القَائمة، آتِ محمدا الوَسِيلَة والفَضِيلة، وابْعَثْه مَقَامًا محمودًا الَّذي وعَدْتَه، حلَّت له شَفَاعَتِي يوم القيامة
"Barang siapa yang membaca doa setelah selesai mendengar adzan, 'Wahai Tuhanku, Tuhan Yang memiliki seruan yang sempurna dan sholat yang dikerjakan ini, berilah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan dan angkatlah ia kepada maqaman mahmudan (kedudukan yang terpuji) yang telah Engkau janjikan kepadanya,' maka dia memperoleh syafaatku."
Kedua,
Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi, Ahmad, dan Nasai dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW berkata:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آَدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِيْ لِوَاءُ اْلحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آَدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَاءِيْ وَ أَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ
"Aku adalah pemimpin anak cucu Adam pada hari kiamat. Aku tidak membanggakan diri, dan di tanganku lah terpegang liwa'ul hamdi (bendera pujian) aku tidak membanggakan diri. Tidak ada seorang nabi pun pada hari itu, sejak dari Adam sampai nabi-nabi yang lain, kecuali berada di bawah benderaku itu, aku adalah orang yang pertama kali keluar dari bumi, dan aku tidak membanggakan diri.
Ketiga,
Dalam riwayat dari at-Tirmidzi dijelaskan sebagai berikut:
Manusia saat itu ditakutkan oleh tiga hal yang menakutkan. Kemudian mereka mendatangi Adam. Mereka berkata, “Kamu adalah bapak kami, tolonglah kami kepada Tuhanmu.” Adam menjawab, “Saya punya dosa yang menyebabkan saya diturunkan ke bumi. Datanglah kepada Nuh!” maka mereka mendatangi Nuh. (setelah mereka mengadukan masalahnya kepada Nuh), Nuh berkata, “Saya telah mendoakan penghuni bumi sehingga mereka dihancurkan. Tetapi datanglah kepada Ibrahim. Maka mereka mendatangi Ibrahim. Ibrahim kemudian menyuruh mereka mendatangi Musa. Musa berkata, “Saya pernah membunuh orang. Datanglah kepada Isa.” Isa kemudian berkata, “Saya pernah disembah selain Allah. Datang sajalah kepada Muhammad.”
Maka mereka mendatangi aku. Aku kemudian pergi bersama mereka, lalu aku pegang lingkaran pintu surga, kemudian aku tarik. Kemudian aku ditanya, “Siapa itu?” aku menjawab, “Muhammad.” Kemudian mereka membukakan pintu untukku, dan berkata, “Selamat datang.” Lalu aku tersungkur bersujud. Kemudian Allah mengilhami aku untuk memuji, bertahmid, dan mengagungkan-Nya. Lalu aku diperintah, “Angkatlah kepalamu, mintalah! Kamu akan diberi. Mintalah hak syafaat, maka kamu akan diizinkan untuk memberi syafaat. Dan berkatalah, akan didengar perkataanmu. Itulah maqam yang terpuji, yang difirmankah Allah, "Semoga Tuhanmu memberikan maqam yang terpuji kepadamu." (Riwayat at-Tirmidzi)
Dari ayat dan hadits-hadits di atas dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW dengan mengerjakan sholat tahajud akan diangkat oleh Allah SWT ke tempat dan kedudukan yang dipuji oleh umat manusia, para malaikat, dan Allah SWT, yaitu kedudukan untuk memintakan syafaat bagi umat manusia pada waktu berada di Padang Mahsyar dengan izin Allah SWT.
Umat manusia memang berhak mendapat syafaat karena amal saleh dan budi pekerti mereka semasa di dunia, yaitu diampuni dosanya oleh Tuhan atau dinaikkan derajatnya.
Pada firman Allah SWT yang lain diterangkan bahwa bangun di tengah malam untuk sholat tahajud dan membaca Alquran dengan khusyuk akan dapat membuat iman jadi kuat dan membina diri pribadi. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
"Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk sholat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (Yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Alqur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa), dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan." (QS Al-Muzzammil: 1-6)