Hangatnya Kebersamaan Buka Puasa di Lingkungan Lama Makkah
Berbagai kenangan dikenang serta udara dipenuhi aroma dupa selama Ramadhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Saat umat Islam dunia berbondong-bondong pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah umroh pada bulan Ramadhan, warga setempat justru asyik menikmati indahnya nuansa kebersamaan pada bulan suci Ramadhan.
Di jalan-jalan kuno Makkah, ramai dengan pertemuan penduduk antargenerasi. Berbagai kenangan dikenang serta udara dipenuhi oleh aroma dupa selama Ramadhan. Itu adalah cara penduduk Makkah merayakan bulan suci Ramadhan, dikutip dari Asharq Al-Awsat, Rabu (27/3/2024).
Di lingkungan lama Makkah ini, kenangan dari lintas generasi ditampilkan, di antaranya permainan tradisional yang dulunya membawa kegembiraan tersendiri dan pertemuan Ramadhan yang penuh kehangatan, kemurahan hati, dan kebaikan. Beberapa dari tradisi ini telah bertahan selama bertahun-tahun, seperti penduduk setempat yang membuka pintu bagi mereka yang membutuhkan.
Selain itu, dekorasi jalanan yang semarak hingga aroma dupa yang berhembus di gang-gang. Adat istiadat ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Makkah. Di beberapa lingkungan lama di Makkah, tradisi Ramadhan yang dijunjung tinggi bertahan dari tahun ke tahun.
Hadi Al-Omari, seorang warga berusia 30 tahun yang tinggal di dekat Masjidil Haram, mengenang bagaimana pertemuan komunitas ini menjadi bagian rutin Ramadhan, kecuali saat pandemi virus corona.
“Setelah pandemi, orang-orang terkasih dari semua generasi bersatu kembali untuk bernostalgia,” katanya kepada Asharq Al-Awsat, seraya menekankan Ramadhan adalah waktu khusus yang dirayakan di Makkah.
Jalan dan lingkungan sekitar Makkah diterangi dengan...
Pada awal bulan Ramadhan, jalan-jalan dan lingkungan sekitar Makkah diterangi dengan dekorasi warna-warni. Suasana semarak terutama saat jam sibuk memenuhi jalanan. Sedangkan area dekat Masjidil Haram bergema dengan suara sholat yang membawa rasa tenang.
Selama malam Ramadhan, Makkah bertransformasi dengan kios-kios yang menjual makanan tradisional, manisan populer, dan minuman yang cocok untuk pertemuan larut malam. Dan salah satu favoritnya adalah Soubiya, minuman berbahan dasar jelai, ditawarkan dalam variasi merah dan putih, dan beberapa dibuat menggunakan remah roti kering. Selama lebih dari 50 tahun, toko-toko seperti “Paman Saeed Khudari” telah menyajikan kelezatan ini di Makkah.
Ahmad Hawiyan, yang telah mengalami 70 musim Ramadhan di lingkungan Makkah, berbicara tentang aspek sosial bulan suci ini. Ia mengamati perubahan dalam kehidupan tradisional namun menekankan bahwa esensi Ramadhan tetap tidak berubah yakni membangkitkan semangat jiwa dengan kemegahannya.
“Makkah adalah pusat umat Islam, tempat di mana hati menemukan ketenangan,” katanya kepada Asharq Al-Awsat.
Ia mengatakan hidup di dekat tempat-tempat paling suci di dunia, Ramadhan memberikan kenangan yang tak terlupakan. Setiap generasi belajar cinta, kasih sayang, dan kemurahan hati selama bulan ramadhan.
Mengenai tamu yang menginap di hotel-hotel di lingkungan kuno Makkah, Hawiyan mengatakan mereka layaknya seperti tetangga dan keluarga. Penduduk Makkah bersukacita saat mereka berjalan ke masjid dan mengetahui bahwa mereka aman dan terlindungi di Arab Saudi.