Pahitnya Perayaan Idul Fitri di Tengah Perang Gaza

Persiapan Idul Fitri di Gaza biasanya selalu dilakukan jauh-jauh hari.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Suasana di Gaza saat ini.
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Idul Fitri di Gaza dulunya merupakan momen yang menggembirakan ketika keluarga berkumpul untuk merayakan akhir Ramadhan. Kini para keluarga di Gaza hanya bisa berkumpul untuk berduka atas keluarga ataupun saudara mereka yang telah meninggal dunia akibat serangan brutal Israel. 

Baca Juga


Aksi penghancuran yang dilakukan Israel tanpa henti telah membayangi suasana bulan suci Ramadhan yang tadinya semarak, kini hanya menyisakan kenangan pahit. Meskipun warga Gaza berharap adanya penangguhan sebelum Idul Fitri tiba, tampaknya serangan kejam pasukan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, dan terus merusak momen paling sakral umat Islam.
 
Ketika hari-hari terakhir Ramadhan semakin dekat, umat Islam di seluruh dunia dengan penuh semangat menantikan Idul Fitri yang semakin dekat, menghargai waktu yang dihabiskan bersama orang-orang terkasih dan menyambut semangat perayaan tersebut. Namun, bagi warga Muslim di Gaza yang terkepung, perayaan ini han6a dibayangi oleh kesedihan.
 
Banyak dari warga yang tahun ini merasa kesulitan untuk keluar rumah untuk mendekorasi dan berbelanja untuk Idul Fitri. Mereka hanya bisa mengenakan kehangatan perayaan Hari Raya Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya.
 
Selama lebih dari enam bulan yang penuh penderitaan, warga Gaza telah menanggung kengerian pembantaian, penyakit, kelaparan, dan rasa haus yang ditimbulkan oleh militer Israel. Kekerasan mereka yang tiada henti tidak mengenal batas, dan terus berlanjut sepanjang bulan suci Ramadhan hingga Idul Fitri.
 
Di tengah dengung drone Israel di atas kepala dan ledakan yang bergema di kejauhan, warga Gaza hanya bisa meluangkan waktu sejenak untuk mengenang kemegahan Idul Fitri masa lalu di Gaza.
 
Dilansir dari Mondoweiss, persiapan Idul Fitri di Gaza biasanya selalu dilakukan jauh-jauh hari. Dua minggu sebelumnya, banyak orang yang keluar untuk berbelanja, membeli semua kebutuhan untuk merayakan acara tersebut.
 
Setiap tempat kecil di Gaza akan didekorasi. Makanan dan makanan penutup tersedia, termasuk kurma kualitas terbaik untuk membuat Ka'ak atau kaak cookies, biskuit bundar kecil yang dimakan di seluruh dunia Arab untuk merayakan Idul Fitri. Biskuit ini biasanya ditaburi gula halus dan diisi dengan berbagai isian, termasuk pasta kurma, kacang-kacangan, kenari, pistachio, lokum, atau campuran segala sesuatu yang dimaniskan dengan madu. 
 
Biasanya ada juga sejenis ikan fermentasi yang dikenal sebagai fesikh yang berasal dari Mediterania dan Laut Merah, makanan Idul Fitri yang populer di Gaza. Aromanya yang asin dan asin akan memenuhi udara di pasar.
 
Saat Idul Fitri, warga Gaza juga banyak membeli pakaian baru. Toko-toko dan mal yang ramai di Gaza dulunya dipenuhi dengan beragam pakaian yang mempesona, mulai dari gaun kecil untuk anak perempuan hingga pakaian mini untuk anak laki-laki. Keluarga-keluarga di Gaza juga mendekorasi rumahnya untuk menyambut datangnya Idul Fitri. 
 
Biasanya, menjelang Idul Fitri, anak-anak  Gazq sangat menantikan manisan yang disiapkan oleh ibunya untuk siap disantap. Saat fajar menyingsing di hari pertama Idul Fitri, lingkungan sekitar Gaza bergema dengan lantunan sholat dan takbir. Suasana dipenuhi kemeriahan anak-anak yang mengenakan pakaian terbaiknya, mengumandangkan suara Allahu Akbar saat menemani orangtuanya sholat Idul Fitri. Untuk sarapan, setiap keluarga di Gaza senang menikmati fesikh .
 
Setelah itu, keluarga-keluarga berkumpul dengan mengenakan pakaian terbaik mereka dan berkeliling mengunjungi rumah kerabat, bertukar ucapan selamat. Sementara, anak-anak dengan penuh semangat menunggu untuk diberikan hadiah berupa uang yang biasa mereka terima dari bibi, paman, dan kerabat dewasa lainnya. Jalanan menjadi hidup dengan anak-anak bermain di jalan, bernyanyi, dan bersuka ria dalam suasana meriah yang diterangi oleh gemerlapnya kembang api.
 
Namun Idul Fitri kali ini, warga Gaza tidak bisa merayakan dan menikmati ibadah dengan tenang. Lampu dan dekorasi warna-warni digantikan dengan kilatan bom Israel dan suara ledakan. Suara anak-anak yang bermain di jalanan tergantikan dengan jeritan orang-orang yang terkubur di bawah reruntuhan. Lingkungan yang penuh dengan kehidupan telah diubah menjadi kuburan, masjid-masjid diratakan dan jalan-jalan dirobohkan.
 
Keluarga-keluarga di Gaza kini berkumpul bukan untuk saling menyapa, melainkan untuk berduka atas kematian mereka. Saat Idul Fitri tiba, warga Gaza mengucapkan selamat tinggal kepada satu demi satu syuhada.
 
Berdasarkan laporan Aljazeera pada Selasa (9/4/2024), tahun ininbayang-bayang serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza membayangi warga Palestina saat mereka bersiap menyambut hari raya Idul Fitri.
 
Pertumpahan darah di Jalur Gaza, meskipun ada permintaan dari Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata dan perintah Mahkamah Internasional agar Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan dan mencegah genosida, telah mengacaukan perayaan Idul Fitri.
 
Perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan sekitar 33.360 orang dan melukai 75.993 lainnya, menurut pihak berwenang Palestina, telah berdampak besar pada semangat lebaran Idul Fitri.
 
Meskipun terjadi kehancuran, sejumlah besar warga Palestina yang mengungsi dan kehilangan rumah serta orang-orang yang mereka cintai akibat perang selama enam bulan pergi berbelanja untuk Idul Fitri.
 
Berdasarkan foto-foto yang diunggah di laman Aljazeera, ribuan warga Palestina tampak memadati pasar di beberapa wilayah Gaza untuk mencoba merasakan nikmatnya Idul Fitri meski perang sedang berlangsung. 
 
 
 
 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler