Makna Idul Fitri Sebenarnya Bukan Kembali Suci Justru Hari Makan-Makan?
Idul Fitri pada dasarnya adalah hari berbuka dari puasa
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Makna lafaz Idul Fitri memang bukan kembali menjadi suci. Meskipun memang ada sedikit kemiripan dari dua kata itu, namun sebenarnya keduanya punya makna yang lain.
Justru karena kemiripan inilah makanya banyak orang silap dan keliru memaknainya. Bahkan para reporter televisi nasional kita pun latah ikut-ikutan keliru juga. Malah tidak sedikit para ustaz dan penceramah yang ikut-ikutan menyebarkan kekeliruan massal ini tanpa tahu ilmu dan sumbernya.
Demikian dijelaskan KH Ahmad Sarwat Lc dalam laman Rumah Fiqih. KH Ahmad Sarwat menjelaskan bahwa makna 'Ied' bukan kembali.
Kata 'Ied' (عيد) dalam Iedul Fithri sama sekali bukan kembali. Dalam bahasa Arab, Ied (عيد) berarti hari raya. Bentuk jamaknya a'yad (أعياد). Maka setiap agama punya Ied atau hari raya sendiri-sendiri.
Dalam bahasa Arab, hari Natal yang dirayakan umat Nasrani disebut dengan Iedul Milad (عيد الميلاد), yang artinya hari raya kelahiran. Maksudnya kelahiran Nabi Isa alaihissalam. Mereka merayakan hari itu sebagai hari raya resmi agama mereka.
Hari-hari kemerdekaan suatu negeri dalam bahasa Arab sering disebut dengan Iedul Wathan (عيد الوطن). Memang tidak harus selalu hari kemerdekaan, tetapi maksudnya itu adalah hari besar alias hari raya untuk negara tersebut.
Lalu mengapa banyak orang mengartikan Ied sebagai 'kembali'?
Nah itulah masalahnya. Banyak orang kurang mengerti bahasa Arab, sehingga bentuk sharf dari suatu kata sering terpelintir dan terbolak-balik tidak karuan.
Dalam bahasa Arab, kata kembali adalah 'aada - ya'uudu -'audatan (عاد - يعود - عودة). Memang sekilas hurufnya agak mirip, tetapi tentu saja berbeda jauh maknanya dari 'ied'. Jadi kalau maksudnya mau bilang kembali, jangan sebut 'ied tetapi sebutlah 'audah.
Sayangnya, banyak ustaz, kiai dan penceramah yang rada gegabah dalam masalah ini. Sudah salah dan keliru, bicaranya di layar kaca pula, ditonton jutaan pasang mata orang awam. Maka kekeliruan itu pun terjadi secara masif, terstruktur dan sistematis.
Kata fithr bukan suci
Dalam bahasa Arab kita mengenal dua kata yang nyaris mirip tetapi berbeda, yaitu fithrah (فطرة) dan fithr (فطر).
1. Makna Fithrah
Yang pertama adalah kata fithrah (فطرة). Jumlah hurufnya ada empat yaitu fa', tha', ra' dan ta' marbuthah. Umumnya fithrah diartikan oleh para ulama sebagai kesucian atau juga bermakna agama Islam. Seperti hadits berikut ini :
عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصصُّ الأْظْفَارِ وَغَسْل الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإْبْطِ وَحَلْقُ الْعَاننَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ
"Ada sepuluh hal dari fitrah (kesucian), yaitu memangkas kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), potong kuku, membersihkan ruas jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukup bulu kemaluan dan istinjak (cebok) dengan air." (HR Imam Muslim). Dan juga bermakna agama Islam, sebagaimana hadits berikut ini :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ وُلِدَ عَلىَ الفِطْرَةِ أَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِه
Tidak ada kelahiran bayi kecuali lahir dalam keadaan fitrah (Muslim). Lalu kedua orang tuanya yang akan menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. (HR Imam Muslim)
2. Makna fithr...
2. Makna fithr
Sedangkan kata fithr (فطر) sangat berbeda maknnya dari kata fithrah. Memang sekilas keduanya punya kemiripan. Tetapi coba perhatikan baik-baik, ternyata kata fithr itu hurufnya cuma ada tiga saja, yaitu fa', tha' dan ra', tanpa tambahan huruf ta' marbuthah di belakangnya. Apakah perbedaan huruf ini mempengaruhi makna?
Jawabnya tentu saja mempengaruhi makna. Keduanya punya makna yang berbeda dan amat jauh perbedaannya.
Dalam bahasa Arab, kata fithr (فطر) bermakna makan atau makanan dan bukan suci ataupun keislaman. Pembentukan kata dasar ini bisa menjadi makan pagi, yaitu fathur (فطور), dan juga bermakna berbuka puasa, yaitu ifthar (إفطار).
Di sini banyak orang yang rancu dan kurang bisa membedakan makna. Dikiranya fithr itu sama saja dengan fithrah. Sehingga dengan ceroboh diartinya seenaknya menjadi kembali kepada fitrah.
Coba perhatikan, betapa banyak kita menyaksikan kekeliruan demi kekeliruan yang dipajang dengan bangga, padahal keliru. Baliho yang dipasang, kartu ucapan selamat, bahkan pesan yang dikirimkan, termasuk televisi nasional ramai-ramai menganut kekeliruan massal ini, tanpa pernah teliti dan bertanya kepada ahlinya.
Makna Idul Fithr
Kalau kita jujur dengan istilah aslinya, sesungguhnya kata 'Idul Fithri' itu bukan bermakna kembali kepada kesucian. Tetapi yang benar adalah Hari Raya Makanan.
Dan hari raya Islam yang satunya lagi adalah Idul Adha, tentu maknanya bukan kembali kepada Adha, sebab artinya akan jadi kacau balau. Masa kembali kepada hewan qurban? Idul Adha artinya adalah hari raya qurban (hewan sembelihan).
Bahwa setelah sebulan berpuasa kita harus kembali menjadi suci, mensucikan hati, mensucikan pikiran dan mensucikan semuanya, tentu memang harus. Cuma, jangan kemudian main paksa istilah yang kurang tepat. Mentang-mentang kita harus kembali suci, lalu ungkapan 'Idul Fitri' dipaksakan berubah makna menjadi 'kembali suci'.
Hari Raya Makan?
Ya memang sejatinya pada hari itu umat Islam diwajibkan untuk makan dan haram untuk berpuasa. Berpuasa para tanggal 1 Syawal justru haram dan berdosa bisa dilakukan.
Sunahnya, makan yang menjadi ritual itu dilakukan justru sebelum kita melaksanakan sholat Idul Fitri.
Oleh karena itulah kita mengenal syariat memberi zakat al-fithr, yang maknanya adalah zakat dalam bentuk makanan. Tujuannya sudah jelas, agar tidak ada yang tersisa dari orang miskin yang berpuasa hari itu dengan alasan tidak punya makanan. Dengan adanya zakat al-fithr, maka semua orang bisa makan di hari itu.
Hari raya umat Islam disebut dengan 'Iedul Fithr, yang secara harfiyah bermakna hari raya untuk makan. Wallahu a'lam bishshawab.