Kesombongan Netanyahu Serang Rafah tanpa Bantuan Amerika
Netanyahu tidak menyebutkan ancaman AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel siap untuk ‘berdiri sendiri’ dalam perang di Gaza, setelah Amerika Serikat berjanji untuk berhenti memasok sejumlah senjata jika ancaman serangan terhadap Rafah terus berlanjut.
“Jika kami harus berdiri sendiri, kami akan berdiri sendiri,” kata Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dilansir dari GulfNews, Jumat (10/05/2024).
Perdana Menteri Israel mengulangi komentar yang ia sampaikan beberapa kali dalam seminggu terakhir ketika menghadapi meningkatnya kritik internasional atas tindakannya dalam perang melawan Hamas. Komentar terbarunya muncul setelah Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa ia akan menghentikan sejumlah pasokan senjata AS ke Israel jika Israel terus melancarkan serangan di Rafah, sebuah kota yang menjadi tempat berlindung bagi sekitar 1,4 juta orang menurut PBB.
Netanyahu tidak menyebutkan ancaman AS, namun menekankan dalam komentar yang disampaikan pada malam Hari Kemerdekaan Israel, yang menandai berakhirnya perang Arab-Israel tahun 1948, yang pada saat itu mereka hanya memiliki sedikit kekuatan melawan banyak orang.
“Hari ini kami jauh lebih kuat. Kami bertekad dan bersatu untuk mengalahkan musuh-musuh kami dan mereka yang ingin menghancurkan kami. Kami akan berjuang dengan kuku jari kami. Namun kami memiliki lebih dari sekadar kuku jari dan dengan kekuatan semangat yang sama, dengan pertolongan Tuhan, bersama-sama kami akan menang,” kata Netanyahu.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari mengatakan bahwa tentara Israrel memiliki persenjataan yang cukup untuk menyelesaikan misi kami di Rafah dan menganggap Amerika Serikat telah melakukan negara mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
“Amerika Serikat telah membantu kami dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak dimulainya perang. Kami mempunyai kepentingan kami sendiri dan kami peka terhadap kepentingan AS,” kata Daniel Hagari, Juru Bicara Militer Israel.
Perang Gaza dimulai dengan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.170 orang yagn sebagian besar merupakan warga sipil, menurut angka resmi Israel. Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 34.904 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas.