Survei BRI: Inklusi Keuangan Nasional Naik Jadi 87,30 Persen
Literasi keuangan yang baik dapat membuat para pelaku usaha ultramikro naik kelas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui BRI Research Institute menyebutkan posisi inklusi keuangan nasional tercatat meningkat menjadi 87,30 persen pada 2023 atau naik 3,3 persen dari sebelumnya 84 persen pada 2022.
Di sisi yang lain, tingkat kedalaman inklusi keuangan tercatat naik 3,9 persen menjadi 27,7 persen pada 2023. BRI menyampaikan, hal ini diukur berdasarkan kepemilikan investasi, pinjaman, asuransi dan dana pensiun (dapen) serta kepemilikan dan penggunaan tabungan.
Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Ahad (12/5/2024), Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan jika penggunaan produk atau layanan keuangan merupakan parameter utama pembentuk Indeks Inklusi Keuangan, maka peran Holding Ultra Mikro (UMi) telah memberikan dampak bagi pertumbuhan inklusi keuangan nasional.
Adapun Holding UMi, yang terdiri dari BRI sebagai induk bersama PT PNM dan PT Pegadaian, telah menyalurkan total pinjaman sebesar Rp 617 triliun kepada pelaku usaha mikro dan ultra mikro pada kuartal I 2024. BRI menyalurkan Rp 500,7 triliun dari total penyaluran pinjaman UMi tersebut.
“Tren peningkatan yang terjadi mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia mulai mengalami peningkatan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk mengambil keputusan dan pengelolaan keuangan dalam mencapai kesejahteraan,” kata Supari.
Sementara itu dari sisi literasi keuangan, BRI juga mencatat peningkatan sebesar 3 persen secara nasional menjadi 42,7 persen pada 2023.
Hal ini dikontribusikan oleh peningkatan di indeks pengetahuan produk keuangan, pemahaman aspek keuangan, kemampuan berhitung dan tujuan pengelolaan keuangan. Supari menekankan, literasi keuangan menjadi kunci utama dalam mendorong pertumbuhan industri keuangan, terutama perbankan.
Literasi keuangan yang baik dapat membuat para pelaku usaha ultramikro naik kelas ke segmen mikro, kemudian segmen mikro naik ke segmen kecil, dan seterusnya.
"Literasi ini yang sesungguhnya akan meningkatkan kontribusi UMKM kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Kalau diakselerasi di momentum-momentum yang sulit seperti ini mereka akan bisa berkontribusi. Justru kontribusinya akan semakin naik," kata dia.
Oleh karena itu, imbuh Supari, BRI terus memperkuat literasi keuangan masyarakat Indonesia dengan berbagai inovasi dan inisiatif. Di tahun kedua Holding UMi terbentuk, terdapat tiga platform layanan yang sudah terintegrasi.
"BRI punya BRISPOT. Kemudian Pegadaian punya SELENA dan PNM punya PNM Digi. Semua diintegrasikan. Maka tiga entitas tenaga pemasarannya yang hampir 77.000 itu tidak usah harus diakses di kantor. Tenaga pemasaran kita bertiga yang mendatangi mereka. Itu kira-kira gambarannya di tahun kedua kemarin,” jelas dia.
Selain itu, Holding UMi juga melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan literasi keuangan salah satunya dengan mengadakani pelatihan dan pemberdayaan langsung ke daerah-daerah melalui agen BRILink-Mekaar. Menurut BRI, agen dari Holding UMi juga didorong untuk menjadi marketplace lokal di daerahnya.
Hal ini bertujuan mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi melayani kebutuhan transaksi dari masyarakat sekitar seperti beli pulsa, listrik, bayar BPJS, hingga membeli kebutuhan pokok.
Dengan menjadi marketplace lokal, BRI memandang langkah tersebut dapat turut meningkatkan pendapatan pribadi agen-agen dan membuat masyarakat lain tertarik untuk ikut mendaftar menjadi agen.
“Kalau nanti satu agen bisa punya kapabilitas sebagai marketplace, satu desa satu orang, bayangkan bagaimana dahsyatnya. Dahsyatnya bukan ke bisnis, tapi ke masyarakat yang akan mendapatkan efisiensi luar biasa,” kata Supari.