Usai Gaza Dihabisi, Menteri Israel: Yerusalem, Masjid Al Aqsa Milik Kami
Ben Gvir menyatakan bahwa Hamas dan Hizbullah harus dikalahkan.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ratusan warga Israel dari kelompok garis kanan melakukan aksi provokasi dengan menggeruduk kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Rabu (6/6/2024). Seorang politikus yang juga pejabat Israel dalam aksi itu menyatakan bahwa 'Yerusalem' adalah milik mereka.
"Di setiap rumah di Gaza dan Utara ada foto Temple Mount (Masjid Al Aqsa) dan ada foto Yerusalem, kami beritahu mereka, Yerusalem adalah milik kami,” ujar Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir mengutip MEE.
Dalam wawancara pada hari 'Parade Bendera' di Yerusalem, Ben Gvir mengatakan bahwa dia ingin menyampaikan pesan kepada Hamas dan masyarakat Gaza utara bahwa Yerusalem adalah milik Israel. Ben Gvir juga menyatakan bahwa Hamas dan Hizbullah harus dikalahkan melalui perang saja.
Pada Rabu sore Ben Gvir bergabung dengan ribuan nasionalis Israel dalam “pawai bendera” tahunan di Yerusalem, yang memperingati pendudukan kota tersebut oleh Israel pada 1967. Mereka melewati lingkungan mayoritas Muslim di Kota Tua Yerusalem Timur. Bagi sebagian Israel, di kompleks Masjidil Aqsa terdapat Kuil Sulaiman.
Padahal Sejarawan kelahiran Mesir, Profesor Mansour Abdel Hakim, mengatakan, para arkeolog Yahudi, Eropa dan Amerika yang melakukan penggalian dan mengerjakan penggalian dan terowongan di bawah Masjid Al Aqsa telah membuktikan bahwa tidak ada satu pun jejak Kuil Sulaiman di bawah Masjid Al Aqsa ataupun di bawah Kubah Shakhrah.
Sementara itu, bersamaan dengan perayaan 'Para Bendera', Israel Kembali melanjutkan aksi barbarnya. Tentara Zionis mengebom sekolah yang menjadi tempat berlindung pengungsi.
Setidaknya 32 orang terbunuh dalam serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di Nuseirat di Gaza tengah. Perempuan serta anak-anak termasuk di antara korban yang gugur. Demikian dilaporkan kantor berita Wafa seperti dikutip Aljazirah, Senin (6/6/2024).
Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah mengebom sebuah sekolah PBB, UNRWA, yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi ribuan pengungsi di Nuseirat. Militer Israel mengeklaim pihaknya menargetkan pejuang Hamas yang berlindung di gedung tersebut.
Kantor Media Pemerintah Gaza menggambarkan serangan Israel yang menewaskan puluhan orang Nuseirat sebagai bukti nyata dari “genosida dan pembersihan etnis”.
Ismail al-Thawabta, juru bicara kantor media, menggambarkan serangan itu sebagai pembantaian yang mengerikan. Perempuan dan anak-anak, kata ia, termasuk di antara mereka yang terbunuh. “Sejumlah besar korban tewas dan terluka masih tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, yang dipenuhi pasien terluka tiga kali lipat melebihi kapasitas klinisnya,” tambah al-Thawabta.
Perluas serangan
Tentara Israel pada Rabu memperluas serangannya ke Rafah di bagian paling selatan Jalur Gaza, bersamaan dengan pergerakan mereka ke daerah timur kamp pengungsian Bureij dan Maghazi, di bagian tengah Jalur Gaza.
Seorang koresponden Anadolu mengutip saksi mata membenarkan pergerakan kendaraan militer Israel menuju wilayah "Eastern Garage" dan di sekitar Masjid Al-Awda di Rafah tengah.
Para saksi menambahkan bahwa pergerakan tentara Israel tersebut terjadi di tengah penembakan artileri berat Israel di Rafah. Di Khan Younis, tentara Israel melancarkan serangan ke Kota Qarara, bagian timur Kota Khan Younis, menurut reporter Anadolu.
Di Jalur Gaza tengah, tentara Israel juga melancarkan serangan ke wilayah timur kamp pengungsi Bureij dan Maghazi dengan penembakan artileri berat sehingga mengakibatkan jatuhnya korban di kalangan warga Palestina. Kementerian Kesehatan belum mengonfirmasi jumlah korban di daerah itu.
Israel melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera.
Lebih dari 36.500 warga Palestina di Gaza, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas, dan hampir 83 ribu lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum mereka diserang pada 6 Mei.