Dokter: Rajin Olahraga Tekan Risiko Fatal Saat Serangan Jantung Pertama
Olahraga pada masa muda telah membiasakan jantung untuk memompa darah lebih cepat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah sekaligus Ahli Ilmu Faal Olahraga Siloam Hospitals Lippo Village Vito Damay mengatakan, rajin berolahraga di usia muda justru dapat menekan risiko fatal saat individu mengalami serangan jantung yang pertama. Ia menyampaikan penegasan tersebut guna mengoreksi kesalahpahaman masyarakat yang menyimpulkan kasus-kasus atlet meninggal saat berolahraga adalah akibat dari serangan jantung.
“Orang-orang yang tidak olahraga sama sekali biasanya serangan pertama langsung lebih fatal akibatnya dibandingkan dengan mereka yang rajin olahraga,” kata Vito dalam gelar wicara daring Kementerian Kesehatan bertajuk "FOMO Olahraga, Boleh. Asal Perhatikan Kondisi Jantungmu!” di Jakarta pada Jumat (7/6/2024).
Individu yang rajin berolahraga pada masa muda, lanjutnya, memiliki jantung dengan banyak serabut pembuluh darah yang nantinya tetap dapat berfungsi mengalirkan darah ketika pembuluh darah besar mengalami penyumbatan akibat penebalan dinding.
Aktivitas olahraga pada masa muda telah membiasakan jantung untuk memompa darah lebih cepat. Ini membuat jantung lebih sigap ketika mengalami tekanan darah tinggi akibat pola gaya hidup atau kondisi lanjut usia, yang membuat organ dalam tubuh tidak lagi elastis dan mulai kaku.
“Jadi jantung bisa menghemat tenaga. Itulah maksudnya manfaat olahraga. Jadi olahraga membuat jantung lebih tahan seandainya pun terjadi serangan, karena punya banyak serabut pembuluh darah kecil yang bisa membantu mengalirkan oksigen di daerah yang terjadi penyumbatan,” kata dia.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat yang belum memasuki lanjut usia agar rajin menjaga gaya hidup, berolahraga setiap hari, mulai dari jalan kaki, lari, dan kegiatan aktif lainnya sekaligus rutin memeriksakan kesehatan jantung.
“Penyakit jantung koroner yang kita tahu serangan jantung justru penyakit yang bisa dicegah. Itu makanya sangat ironis, kok bisa penyakit yang bisa dicegah dan dideteksi sebelumnya, malah sering sekali menyebabkan seorang kolaps. Kuncinya olahraga, pencegahan, sama pemeriksaan medisnya,” tegasnya.