Populer Sepekan: Terungkap Sosok Saksi Kunci, Cerita Suroto, dan Kata Sutradara Film Vina
Pemberitaan pengusutan kasus pembunuhan Vina terpopuler di Republika pada pekan lalu.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Fauzi Ridwan, Lilis Sri Handayani
Sosok saksi kunci kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon pada 2016 pekan lalu akhirnya terungkap ke publik. Hal itu setelah seorang saksi bernama Liga Akbar memenuhi panggilan penyidik Polda Jawa Barat (Jabar) pada Selasa (4/6/2024).
Liga Akbar, mengakui dirinya adalah saksi yang meminta perlindungan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Komnas HAM. LPSK sebelumnya telah membenarkan menerima permohonan dari salah satu saksi kunci kasus Vina, tanpa menyebutkan identitas pemohon.
"Kami mengajukan (perlindungan) LPSK untuk saksi Liga dan ke Komnas HAM agar LPSK dan Komnas HAM membantu Liga. Liga saksi kunci kematian Eky dan Vina," ucap Bana kuasa hukum Liga Akbar di Mapolda Jabar, Selasa (4/6/2024).
Bana menerangkan, kliennya diperiksa di Mapolda Jabar atas pemanggilan yang dilakukan penyidik. Menurut Bana, penyidik mengulas berita acara pemeriksaan (BAP) pada 2016 dan dikonfirmasi kepada Liga, bahwa terdapat beberapa poin yang dicabut menyangkut peristiwa kejadian dan akan dilakukan pendalaman oleh aparat kepolisian serta 15 pertanyaan yang diajukan.
Selain itu, dari pihak Liga akan menghadirkan empat orang saksi terkait keterangannya saat peristiwa pembunuhan terjadi. Terkait keberadaan kliennya saat peristiwa pembunuhan terjadi, ia enggan berkomentar lebih jauh.
Saat ini, Bana berharap empat orang saksi yang akan dihadirkan nanti memberikan keterangan terlebih dahulu. Selanjutnya Liga akan memberikan keterangannya tersebut.
Bana mengatakan, Liga dan Ekky sudah saling kenal kurang lebih empat tahun yang lalu. Saat kejadian yang bersangkutan belum masuk ke geng motor.
"Kalau kejadian Liga saat itu berada di depan SMA 4, untuk penjelasan lebih lanjut mohon maaf belum," kata dia.
Bana mengatakan, saksi-saksi yang akan diperiksa nanti akan menguatkan keterangan Liga Akbar. Ia tidak ingin berbicara lebih jauh sebab berkaitan pokok perkara.
"Liga akan menghadirkan saksi menguatkan keterangan dia, apalagi pokok perkara sensitif khawatir Liga diancam jangan sampai terjadi," kata dia.
Liga sendiri mengaku sangat dekat dengan almarhum Ekky. Ia bahkan sering menginap di rumah almarhum. "Udah kaya adik-kakak saudara, papa-mamanya kenal saya. Curhat agak tertutup," kata dia.
Sosok saksi lain terkait kasus pembunuhan Vina yang pekan lalu muncul ke publik adalah Suroto. Ia adalah seorang perangkat Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, yang mengetahui peristiwa ditemukannya jasad Vina dan Eky di jembatan flyover Talun, Cirebon, pada 27 Agustus 2016.
Suroto menerangkan, saat ditemukan oleh warga, jasad Vina dan Eky tergeletak bersimbah darah. Keberadaan kedua korban saat itu diketahui oleh pengendara yang melintas dan disangka sebagai korban kecelakaan.
"Posisinya semuanya telentang di jalan," ujar Suroto, saat ditemui di jembatan flyover Talun, Kamis (6/6/2024).
Suroto pertama kali mendekati korban laki-laki, yang kemudian diketahui bernama Eky. Menurutnya, posisi tubuh Eky saat itu menempel di trotoar (median jalan). Suroto berusaha membangunkan Eky, namun, Eky saat itu tidak merespons dan diperkirakan sudah meninggal dunia.
Suroto lantas beralih pada Vina, yang jaraknya sekitar lima meter dari tubuh Eky. Berbeda dengan Eky yang tubuhnya menempel di trotoar, tubuh Vina saat itu berjarak sekitar dua meter dari trotoar sehingga agak ke tengah jalan. Di titik trotoar yang sejajar dengan tubuh Vina itu, terdapat sebuah tiang.
"Kalau bisa ngomong, tiang ini saksinya. Vina di situ (sambil menunjuk titik ditemukannya tubuh Vina). Tiang ini jadi saksi bisu," ungkap Suroto.
Selain kedua korban, lanjut Suroto, pada jarak sekitar enam meter dari tubuh Vina, juga tergeletak sebuah sepeda motor matic. Seperti Vina, sepeda motor itupun berjarak sekitar dua meter dari trotoar sehingga posisinya agak ke tengah jalan.
"Jadi antara dua korban dan sepeda motor jaraknya tidak saling berdekatan. Di sinilah saya menyampaikan, tidak ada rekayasa, asli sebenarnya di sini,’’ tegas Suroto.
Suroto mengungkapkan, di titik persis lokasi penemuan korban tidak terdapat CCTV. Menurutnya, letak CCTV posisinya agak ke tengah.
"Di sini nggak ada CCTV, adanya di tengah. Punya Jasa Marga. Itu nunjuknya ke jalan tol. Cuma nggak tahu bisa ngambil ke sini atau nggak,’’ ungkap Suroto.
Suroto mengungkapkan, kondisi Vina dan Eky saat itu dipenuhi luka-luka yang parah. Bahkan, darah mereka mengalir di jalanan yang posisinya menurun akibat terbawa aliran hujan gerimis.
"Kondisi dua-duanya parah, banyak luka. Mukanya sudah hancur, dalam arti lebam semua, udah nggak kelihatan muka, sudah penuh luka semua,’’ kata Suroto.
Menurut Suroto, saat itu Vina masih hidup. Vina pun meminta tolong kepadanya.
"Dia minta tolong, tolong, tolong. Saya bilang, iya De, sabar ya, mobilnya lagi meluncur ke sini. Nanti dibawa ke rumah sakit. Iya, tolong-tolong. Nggak lama kemudian mobil datang, baru kita evakuasi ke RS Gunung Jati," tutur Suroto.
Tak hanya dipenuhi luka, Suroto mengatakan, pakaian Vina juga sudah dalam kondisi yang tidak semestinya. "Saya datang ke situ, roknya nyilak, kemaluannya kelihatan. Celana dalamnya tidak sesuai yang kita pakai umumnya, melorot di paha. Terus celana itu saya naikin, tapi nggak pas. Terus langsung saya tutupin lagi pakai jaket,’’ ucap Suroto.
Saat itu, Suroto hanya mengetahui keduanya merupakan korban kecelakaan. Namun dalam hati kecilnya dia merasa heran karena kondisi keduanya sangat parah. Selain itu, sepeda motor mereka juga tidak mengalami kerusakan.
"Motor masih utuh, masih layak dipakai,’’ tutur Suroto.
Pertanyaan Suroto pun terjawab karena polisi kemudian menyatakan Vina dan Eky sebagai korban pembunuhan. Bahkan, sekitar dua hari setelah peristiwa terebut. dia dipanggil oleh polisi dan diajak ke lokasi di dekat SMPN 11 Kota Cirebon.
"Saya diajak ngikut untuk olah TKP di belakang showroom, di kebun," ucap Suroto.
Suroto mengatakan, di lokasi tersebut sudah ada dua orang yang dibawa oleh petugas. Namun, dia tidak mengetahui identitas kedua orang tersebut.
Suroto juga tidak mengenali wajah keduanya karena kondisi malam hari yang gelap dengan penerangan yang minim. Dia mengatakan, penerangan saat itu hanya bersumber dari lampu senter handphone.
"Cuma Saya dengar, (petugas tanya) 'kamu pukul pakai apa?' 'Kamu bacok pakai apa?'," kata Suroto, menirukan ucapan petugas.
Suroto menduga dua orang tersebut merupakan pelaku pembunuhan Vina dan Eky. Pasalnya, mereka menjawab pertanyaan petugas soal pemukulan kepada korban.
"(Petugas tanya) 'kamu pukul pakai apa?' (Dijawab) 'balok'. (Petugas tanya) 'baloknya dibuang ke mana?' Ya wis nyari-nyari di situ," ungkap Suroto.
Pada Kamis (6/6/2024), sutradara film 'Vina: Sebelum 7 Hari', Anggy Umbara mememnuhi panggilan penyidik Polda Jabar. Menurutnya seusai pemeriksaan, penyidik memberikan sejumlah pertanyaan kepada dirinya tentang proses pembuatan film tersebut. Ia pun sempat diperlihatkan tangkapan layar rekaman CCTV diduga terkait kasus pembunuhan Vina dan ditanya apakah benar.
"Tadi dikasih lihat (tangkapan layar) CCTV ternyata bukan CCTV tapi orang kita lagi syuting direkam. Nah itu jadi CCTV jadi hoaks, saya konfirmasi kita lagi syuting," ucap dia seusai menjalani pemeriksaan, Kamis.
Ia mengatakan, penyidik menanyakan tentang foto tangkapan layar rekaman CCTV yang viral di media sosial. Dengan tegas Anggy menyebut bahwa foto yang diperlihatkan kepadanya hoaks.
"Itu dari hasil syuting kita karena kelihatan jaketnya beda. Ada lampu pas syuting. Yang dikasih lihat ke saya nggak ada (yang beda foto) itu hasil syuting semua. Jadi dari orang nge-videoin," kata dia.
Selama diperiksa, ia mengaku diberi banyak pertanyaan mulai dari proses pembuatan film dan lainnya saat menjalani pemeriksaan. Kurang lebih 20 pertanyaan diajukan penyidik kepada dirinya.
"Mereka ingin tahu dapat ceritanya dari mana, dari versi mana segala macam. Ya detail pembuatan film yaudah sih ditanya itu," kata dia.
Terkait produser, ia mengaku pemeriksaan dilakukan oleh penyidik yang berbeda. Namun, diperkirakan pertanyaan kepada produser berkaitan sisi formalitas dan administrasi sedangkan dirinya ke sisi kreatif.
Ia menambahkan, pihaknya melakukan dramatisasi dalam film untuk memberikan kekuatan emosional. "Kita bikin produk komersil yang menghibur dan menyampaikan pesan," kata dia.