Akibat Gelombang Panas, Yunani Tutup Semakin Banyak Destinasi Wisata

Musim panas di Yunani sebelumnya dikenal indah dan cuaca yang hangat.

AP
Suasana kuil kuno Poseidon di Tanjung Sounion, sekitar 70 kilometer (45 mil) selatan Athena, Yunani, pada Kamis, (23/5/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani menambah jumlah destinasi wisata arkeologis di Athena yang ditutup karena gelombang panas pertama pada musim panas tahun. Kelompok orang lanjut usia juga dipindahkan ke tempat-tempat yang memiliki pendingin udara (AC).


Destinasi wisata arkeologis Akropolis di ibukota Yunani dan tempat-tempat wisata lainnya di dekatnya ditutup pada Kamis (13/6/2024) sore waktu setempat. Angin dari Afrika Utara bergerak dengan suhu udara mencapai 43 derajat Celsius.

Sekolah-sekolah dasar dan tempat penitipan anak di seluruh negeri sudah ditutup sejak Sabtu (8/6/2024) lalu untuk melindungi anak-anak dari cuaca panas. Para turis di Athena meminum air dari air mancur untuk mendinginkan kepala dan leher mereka.

Warga lokal berkumpul di ruang ber-AC yang didirikan di kota itu. Mereka juga memegang kipas untuk mendinginkan dir. 

Sementara itu, pemadam kebakaran berjibaku memadamkan sejumlah kebakaran hutan pada Rabu (12/6/2024). Risiko kebakaran hutan di Yunani masih tinggi karena angin kencang diperkirakan akan melanda beberapa wilayah di negara itu.

Yunani salah satu negara yang paling terdampak pemanasan global di Eropa. Beberapa tahun terakhir, kenaikan suhu udara mengakibatkan kebakaran hutan mematikan dan hujan yang tidak pasti.

Athena, kota lima juta orang di pesisir pantai yang penuh dengan blok apartemen dan diapit pegunungan merupakan salah satu kota terpanas di Eropa. Ilmuwan memperingatkan suhu musim panas di kota itu bisa naik rata-rata 2 derajat Celsius pada tahun 2040.

Walikota Athena Haris Doukas mencoba meredakan panasnya terik matahari dengan menanam 2.000 pohon. "Tujuan utama kami adalah menurunkan median suhu udara, jalan-jalan semen atau jalan kota di beberapa daerah 15 sampai 20 derajat lebih tinggi dibandingkan daerah yang teduh," katanya.

Musim panas di Yunani sebelumnya dikenal indah, dengan sinar matahari yang hangat dan angin malam yang sejuk. Tapi, pemanasan global membuat negara itu menjadi membara. Peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan cuaca ekstrem semuanya membebani sumber daya alam, infrastruktur, dan bahkan industri pariwisata ikonik negara itu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler