Pancaran Akhlak dari Ibadah Kurban
Kurban pada hari raya Idul Adha dapat memperbagus akhlak kita.
Oleh: Moch Hisyam
Kembali kita berjumpa dengan Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan insya Allah hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Ibadah tahunan pada rentang waktu tersebut bukan hanya shalat sunah hari raya, melainkan juga kurban. Khususnya bagi saudara-saudara kita yang kini berada di Tanah Suci, mereka pun telah menyempurnakan haji dengan wukuf di Padang Arafah.
Ibadah kurban merupakan ibadah utama yang di dalamnya tersimpan akhlak-akhlak mulia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan akhlak yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS yang menjadi awal disyariatkannya ibadah kurban.
Para sahabat Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?” Beliau bersabda: “Ini merupakan sunah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim.” (HR Ibnu Majah No 3.127).
Karena itu, ketika kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah kurban, sesungguhnya Allah SWT sedang mendidik kita untuk memiliki akhlak-akhlak mulia yang tersimpan di dalamnya. Akhlak mulia itu tecermin terutama setelah yang bersangkutan terbiasa melakukan ibadah kurban.
Adapun akhlak yang terpancar dari orang yang berkurban adalah keikhlasan. Ikhlas artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas.
Dalam sejarah telah dikisahkan bagaimana Nabi Ibrahim AS mengikhlaskan anaknya, Ismail AS, untuk disembelih atas perintah Tuhan, yang kemudian menjadi asal mula hukum berkurban. Begitu juga dengan Nabi Ismail AS yang mengikhlaskan dirinya untuk disembelih oleh tangan ayahnya sendiri.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu." (QS al-Hajj: 37).
Selain itu, akhlak syukur. Syukur adalah mempergunakan nikmat-nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita kepada sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT. Memiliki harta yang cukup pada Hari Raya Idul Adha salah satu bentuk syukurnya adalah dengan menyembelih hewan kurban.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus." (QS al-Kautsar: 1-3).
Selain itu, akhlak kasih sayang. Melalui ibadah kurban akan terhubung rasa kasih sayang dan kepedulian antara fakir miskin dan golongan orang yang mampu. Kurban menjadi salah satu cara agar setiap umat dapat merasakan kenikmatan rezeki yang senantiasa diberikan Allah kepada setiap hambanya. Karena itu, orang yang berkurban memiliki akhlak kasih sayang.
Bila akhlak-akhlak itu terpatri dan terpancar dari diri kita sebagai buah dari pelaksanaan ibadah kurban, niscaya kita akan diberi kelapangan, tambahan nikmat dan mendapat kasih sayang dari Allah SWT sebagai buah dari keikhlasan, rasa syukur, dan kasih sayang terhadap sesama.
Wallahu a'lam.