Iran Janjikan Perang Pemusnahan Israel Jika Lebanon Diserang
Liga Arab mencabut status Hizbullah sebagai kelompok teroris.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Potensi konflik terbuka antara Israel dan Kelompok Hizbullah di Lebanon masih terus meningkat. Dalam perkembangan terbaru, Iran mengancam akan mengerahkan semua front perlawanan di bawah pengaruhnya untuk melancarkan perang penghancuran Israel jika hal itu terjadi.
Iran melayangkan peringatan terhadap “agresi militer skala penuh” di Lebanon itu melalui misi republik Islam tersebut di PBB. “Perang pemusnahan akan menyusul (agresi militer penuh Israel ke Lebanon). Semua opsi, [termasuk] keterlibatan penuh semua Front Perlawanan, ada di meja,” tulis misi tersebut dalam sebuah postingan di X pada Jumat malam, merujuk pada kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran di seluruh wilayah.
Mereka menyebut ancaman Israel untuk menyerang Hizbullah di Lebanon sebagai “perang psikologis” dan “propaganda”. Kelompok-kelompok poros perlawanan yang dimaksud Iran itu tersebar di sejumlah wilayah di Timur Tengah. Selain Hizbullah di Lebanon, ada kelompok Houthi di Yaman, serta kelompok-kelompok lainnya di Irak dan Surian.
Perbatasan antara kedua negara telah menjadi saksi baku tembak setiap hari antara pasukan Israel dan Hizbullah sejak konflik saat ini di Gaza pecah pada 7 Oktober. Kelompok Hizbullah melancarkan serangan ke utara Israel untuk menekan militer negara itu menyudahi serangan brutal mereka ke Jalur Gaza.
Kekhawatiran akan perang besar-besaran meningkat bulan ini setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sedang mempersiapkan “ operasi yang sangat ketat” di perbatasan dengan Lebanon. Hal ini setelah meningkatnya bombardir Hizbullah yang menimbulkan kebakaran besar di utara Israel. Drone Hudhud Hizbullah juga telah berhasil menerobos Israel dan memetakan objek-objek vital untuk diserang.
Sementara, pasukan Israel kembali melakukan serangkaian serangan terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon selatan, kata juru bicara militer Israel pada Sabtu pagi. “Dalam beberapa jam terakhir, pesawat-pesawat tempur menyerang beberapa sasaran Hizbullah, termasuk sebuah situs militer organisasi tersebut di wilayah Zabqin, dua lokasi infrastruktur operasional di wilayah Khiam, dan sebuah gedung Hizbullah di wilayah al-Adissa [Odaisseh],” menurut kepada surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, kemarin.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada pasukan yang ditempatkan di Israel utara bahwa meskipun pemerintah lebih memilih untuk mencapai resolusi politik dengan Hizbullah, Israel siap berperang jika kelompok bersenjata Lebanon menginginkannya.
“Alternatif kami sangat penting, dan kami siap untuk keduanya. Kami mempersiapkan pertahanan dan serangan, dan semua ini bisa terjadi dengan sangat cepat,” kata Gallant kepada pasukan, seperti yang dilaporkan surat kabar Haaretz.
“Di sisi lain… kami sedang mencari alternatif politik. Itu selalu lebih baik. Kami tidak menginginkan perang, tapi kami siap untuk perang”, lanjutnya. “[Jika Hizbullah memilih perang], kami akan tahu apa yang harus dilakukan. Jika mereka memilih perdamaian, kami akan meresponsnya.”
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengancam akan melancarkan perang “tanpa batasan, tanpa aturan, dan tanpa batasan” jika terjadi serangan besar-besaran Israel terhadap Lebanon.
Di tengah meningkatnya ketegangan, beberapa negara, termasuk Jerman, Kanada, Belanda, dan Amerika Serikat, mendesak warga negaranya untuk meninggalkan atau menghindari perjalanan ke Lebanon.
Bukan lagi organisasi teroris... baca halaman selanjutnya
Asisten sekretaris jenderal Liga Arab mengatakan organisasi tersebut tidak lagi menyebut Hizbullah sebagai “organisasi teroris,” lapor Anadolu Agency.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi di Saluran Berita Al-Qahirah Mesir sehari setelah ia mengakhiri kunjungannya ke Beirut, Hossam Zaki berkata, “Negara-negara anggota liga sepakat bahwa label Hizbullah sebagai organisasi teroris tidak boleh lagi digunakan.”
Pada 11 Maret 2016, Liga Arab mengklasifikasikan Hizbullah sebagai “organisasi teroris,” dengan keberatan dari Lebanon dan Irak, dan menyerukan agar mereka “berhenti mempromosikan ekstremisme dan sektarianisme, menahan diri untuk tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri suatu negara, dan menahan segala bentuk tindakan yang melanggar hukum.” dukungan terhadap terorisme dan teroris di wilayah ini”.
Klasifikasi tersebut terjadi tak lama setelah negara-negara Dewan Kerjasama Teluk menetapkan Hizbullah Lebanon sebagai organisasi teroris pada 2 Maret 2016.
Pada Jumat, harian Lebanon Al-Akhbar melaporkan bahwa Zaki mengunjungi Beirut dan mengadakan pertemuan dengan Muhammad Raad, kepala blok Loyalitas kepada Perlawanan yang berafiliasi dengan Hizbullah. Ini menandai kontak pertama antara Liga Arab dan Hizbullah dalam lebih dari satu dekade.
Kunjungan dan pernyataan Zaki bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran tentang potensi eskalasi antara Hizbullah dan Israel terkait perang di Gaza. Pengakuan ini bisa berdampak panjang saat terjadi perang terbuka nantinya. Negara-negara Arab tak lagi dilarang membantu Hizbullah karena entitas itu bukan lagi berstatus sebagai kelompok teror.
Sementara Arab Saudi telah meminta warganya di Lebanon untuk meninggalkan negara itu di tengah meningkatnya kekhawatiran atas perang habis-habisan antara Hizbullah dan Israel, menurut kantor berita Saudi SPA.
Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi telah mendesak warga Saudi untuk segera meninggalkan Lebanon, lapor kantor berita tersebut. Beberapa negara, baik di kawasan maupun di Barat, dalam beberapa hari terakhir telah menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon.