Orang Tua Ceritakan Aktivitas Afif dari Sore Hingga Dini Hari, Bantah Tudingan Kapolda

Kapolda Sumbar Suharyono menyebut Afif anak kurang baik.

Republika/ Febrian Fachri
Kapolda Sumatra Barat, Irjen Suharyono.
Rep: Bambang Noroyono Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ayah korban Afif Maulana (13 tahun), Afrinaldi mengingatkan agar Kapolda Sumbar Irjen Suharyono tak asal menuduh anaknya akan tawuran. Sebagai ayah, kata Afrinaldi, tak pernah sekalipun mendengar anaknya terlibat dalam kenakalan remaja di jalanan.

Baca Juga


“Afif anak saya, dia anak yang masih manja. Masih suka nangis, kalau sakit, dan dia juga nggak suka keluyuran,” begitu kata ayah 34 tahun itu, di Jakarta, Rabu (3/7/2024).

Kata dia, anak AM memang punya aktivitas luar rumah. Tetapi, kegiatan luar ruang itu pun masih dalam taraf bocah 13 tahun umumnya yang jauh dari bentuk kriminalitas seperti perkelahian maupun tawuran. “Kalau dia keluar rumah, itu karena dia memang suka main bola, main futsal, atau main layang-layang sama anak-anak sebayanya,” begitu kata Afrinaldi.

Namun, kata Afrinaldi meyakinkan, tak pernah sekalipun dirinya sebagai ayah pernah mendengar atau mendapat laporan, atau informasi dari manapun tentang kenakalan fisik yang dilakukan anak AM. “Anak saya (AM) tidak bandel. Tidak pernah saya sekalipun mendengar dia bertengkar dengan teman-temannya. Nggak ada pernah saya mendengar, atau berpikiran dia (anak AM) ikut-ikut tawuran,” ujar Afrinaldi.

Sebab itu, Afrinaldi menegaskan, permintaan keluar rumah anak AM pada Sabtu (8/6/2024) malam untuk bermain futsal dan nonton bareng sepak bola bersama teman-temannya sampai Ahad (9/6/2024) dini hari itu, dia izinkan. “Kalau anak saya pernah saya dengar berkelahi, tawuran, nggak mungkin saya mengizinkan dia (keluar rumah). Makanya saya kasih izin nonton bola malam itu, karena itu juga di dekat rumah neneknya di Cengkeh,” begitu kata Afrinaldi.

Anggun Anggraini, ibu anak AM, juga tak terima tudingan-tudingan dari Kapolda Sumbar Irjen Suharyono yang selama ini kerap menyampaikan putranya itu akan terlibat tawuran sebelum ditemukan tewas. Karena kata ibu 32 tahun itu, putra sulungnya itu tak pernah sekalipun terlibat dalam aksi-aksi kenakalan remaja. “Anak saya tidak tawuran. Tidak pernah tawuran. Anak saya (anak) baik-baik,” kata dia.

Anggun menceritakan, sehari sebelum menerima kabar duka, pada Sabtu (8/6/2024) malam, anak AM memang sempat pamit kepada Afrinaldi, bapaknya, untuk bermain bola sepak mini. “Dia (anak AM) memang suka main futsal sama teman-temannya,” ujar Anggun. Lepas main futsal, sekitar jam 10-an malam, anak AM menyampaikan kabar kepada bapaknya karena belum bisa langsung pulang. “Dia video call dan kirim foto lagi masak-masak makan mie sama teman-temannya,” kata Anggun.

Komunikasi itu berlanjut dengan permintaan izin AM kepada Afrinaldi untuk nonton bareng pertandingan sepak bola, Sabtu (8/6/2024) tengah malam bersama teman-temannya. Pada Ahad (9/6/2024) dini hari, sekira pukul setengah dua, anak AM belum pulang. Sebab itu, Anggun meminta suaminya menelepon anak AM. Dan anak AM mengabarkan masih nonton sepak bola bersama teman-temannya. Karena sudah hampir subuh, kata Anggun, suaminya menyampaikan agar anak AM jangan pulang ke rumah.

“Bapaknya telepon, nggak usah pulang karena sudah malam. Bapaknya bilang, nginap saja nak di rumah teman, atau tidur di pos ronda tempat nenek,” kata Anggun.

Pos ronda tempat nenek itu, kata Anggun, adalah tempat anak AM bersama teman-temannya menggelar nonton bareng sepak bola. “Karena sudah malam, jadi disuruh nginap saja di rumah teman, atau di tempat neneknya di Cengkeh. Takut nanti kalau ada begal,” ujar Anggun. Sudah memastikan keberadaan anak pertamanya itu, Anggun dan suaminya Afrinaldi tenang. Namun keesokannya, Ahad (9/6/2024) sore, Anggun dan Afrinaldi meratapi kabar anaknya yang ditemukan sudah tak bernyawa di aliran Sungai Batang di bawah Jembatan Kuranji.

Meningkatnya Kekerasan Terhadap Anak - (Republika)

Tudingan Kapolda Sumbar Irjen Suharyono. Baca di halaman selanjutnya.

Suharyono menegaskan, penyelidikan yang dilakukan kepolisian meyakini bocah kelas-1 SMP Muhammadiyah-5 Kota Padang itu diduga meninggal dunia karena melompat dari Jembatan Kuranji. Namun, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang juga menguatkan putra sulung suami-istri Afrinaldi (34) dan Anggun Anggraini (32) itu tewas lantaran disika oleh kepolisian. Suharyono, melalui pesan singkat kepada para wartawan di Jakarta menyampaikan bertanggung jawab atas kesimpulan sebab matinya anak AM itu.

“Kami (Polda Sumbar) bertanggung jawab bahwa kami yakini, berdasarkan kesaksian dan barang bukti yang kuat, Afif Maulana (AM), melompat ke sungai untuk mengamankan diri, sebagaimana ajakannya ke Adhitya (A). Bukan dianiaya polisi. Itu keyakinan kami,” kata Suharyono, Rabu (3/7/2024) malam.

Polisi bintang dua itu pun meyakini konklusi penyidiknya tentang anak AM yang akan melakukan aksi tawuran sebelum ditemukan mengambang tak bernyawa di aliran sungai dangkal di bawah jembatan. “Percakapan AM dengan saksi kunci jelas, bahwa AM mengajak meloncat (dari jembatan) untuk melarikan diri,” kata Suharyono.

Kata dia, kepolisian menyimpan bukti anak AM mengajak tawuran. Bahkan Kapolda juga menyampaikan adanya temuan tim penyidiknya tentang anak AM membawa senjata tajam (sajam). “Buktinya dia yang mengajak tawuran dengan videonya yang diunggah di HP-nya, membawa pedang panjang di tangannya,” kata Suharyono.

Kapolda melanjutkan penjelasannya tentang anak AM yang baru berusia bocah remaja, keluyuran di jalanan sampai subuh hari. “Kalau anak keluar rumah jam dua, jam tiga dini hari mau tawuran, ya pastinya anak yang kurang baik,” ujar Kapolda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler