Kalender Hijriyah Bermula dari Abu Musa al-Asy'ari yang Bingung akan Surat dari Umar

Abu Musa menyarankan agar Umar melakukan penanggalan.

Iman Firmansyah
Pawai Obor. Anak-anak mengikuti pawai obor dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1439 H di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/09). Tanggal 21 September menjadi awal tahun bagi penanggalan kalender 1439 Hijriah.
Rep: Fuji Eka Permana Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Ahad (7/7/2024), umat Islam memperingati tahun baru Hijriah yang bertepatan dengan 1 Muharram 1446 H (versi Kementerian Agama RI). Penanggalan Hijriyah yang dikenal oleh kaum Muslimin saat ini merupakan  produk politik pada zaman Sayidina Umar bin Khattab Radhyalahu anhu menjabat khalifah. Umar termotivasi ingin membuat penanggalan Islam  untuk kelancaran sistem kenegaraan ketika itu.
 
Dalam sejarahnya, penentuan awal tahun Hijriyah dan penentuan bulan pertama di tahun Hijriyah diwarnai perdebatan. Ustaz Ahmad Zarkasih Lc dalam buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan sejarahnya.

Dikisahkan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, setelah dua tahun setengah menjabat sebagai khalifah tepatnya pada tahun ke-17 Hijriyah, Sayidina Umar mendapat kiriman surat dari salah satu gubernurnya, yaitu Abu Musa al Asy'ari yang mengadu bahwa dia kebingungan. Sebab banyak surat dari Sayidina Umar yang datang ke beliau tapi tidak ada tanggalnya.

Dalam rak gubernur terdapat banyak surat yang membuat Abu Musa al Asy'ari bingung untuk menentukan surat mana yang baru dan mana surat yang lama, mana perintah terbaru dan mana perintah sudah usang. Karena itu, dia menyarankan kepada Sayidina Umar untuk membuat sebuah penanggalan agar tidak terjadi lagi kebingungan di antara gubernur-gubernurnya.

Baca Juga


Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara. - (Republika)


Mendapat aduan tersebut, akhirnya Sayydina Umar memanggil semua staf dan orang pentingnya untuk berdiskusi merumuskan dan memformulasikan sebuah penanggalan agar tidak lagi ada yang kebingungan. Selain itu, penanggalan pastinya akan sangat membantu kinerja para staf dan gubernur serta masyarakat luas.

Surat yang dikirimkan oleh Abu Musa al Asy'ariy terbukti bisa mengambil perhatian para pejabat istana. Akhirnya mereka berkumpul di hadapan khalifah untuk membahas persoalan kalender ini. Mereka juga bersepakat dengan usulan gubernur untuk membuat kalender.

Empat opsi waktu dimulainya kalender hijriyah..

 

 

Setelah berdiskusi, mereka sepakat harus memiliki standarisasi penanggalan demi kemaslahatan. Meski demikian, mereka masih berselisih dalam menentukan kapan tahun pertama itu dimulai dalam penanggalan mereka.

Ada yang mengusulkan tahun pertama dimulai pada Tahun Gajah, yakni tahun Nabi Muhammad SAW lahir. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ada banyak yang mengusulkan di tahun Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul saat wahyu pertama turun. Selain itu, ada yang mengusulkan pada tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Dari empat opsi ini, akhirnya Sayidina Umar memutuskan untuk memulai tahun Hijriyah pada tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah atas usulan dan rekomendasi Sayidina Utsman dan Ali bin Abi Thalib.

Umar tidak memilih tahun kelahiran dan tahun diangkatnya Nabi menjadi Rasul. Karena memang ketika itu juga mereka masih berselisih tentang waktu kapan tepatnya Nabi lahir dan kapan wahyu pertama turun.

Mengenai usulan agar dimulai pada tahun wafatnya Nabi, Sayidina Umar menolak menjadikannya permulaan tahun karena di tahun tersebut banyak kesedihan. Akhirnya, Umar memilih tahun hijrahnya Nabi. Selain karena jelasnya waktu tersebut, hijrah juga dianggap menjadi pembeda antara yang haqq dan yang bathil ketika itu.

Hijrah Nabi juga menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah sebelumnya hanya berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Karena itulah kalender ini dinamakan kalender Hijriyah. Sebab yang menjadi acuan awalnya ialah hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Padahal orang-orang terdahulu menamakannya at-Taqwim al-Qamari (Kalender Bulan). Dinamakan Qamar (bulan) karena hitungan harinya berdasarkan putaran bulan, dan itu yang dilakukan oleh para bangsa Arab sejak ratusan dekade.

Setelah mereka sepakat untuk menggunakan momentum hijrah Nabi sebagai awal penanggalan, para sahabat kemudian berdiskusi mana bulan yang akan dipakai. Ada yang mengusulkan untuk menggunakan Rabiul Awal mengingat momentum tersebut merupakan tanggal dimana Nabi memulai hijrah dari Makkah. 

Meski demikian, Umar memilih Muharram sebagai bulan untuk hijrah. Menurut Umar, hijrah terjadi setelah adanya ba'iat para sahabat pada akhir bulan Dzulhijjah. Semangat itu yang mengantar kaum Muslimin untuk berhijrah. Sementara, bulan setelah Dzulhijjah adalah bulan Muharram. Setelah bermusyawarah, para sahabat pun menyepakati usulan Umar dan para sahabat lainnya tersebut.



BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler