Kisah Samson dalam Islam
Samson adalah Syam'un al-Ghazi, seorang nabi Allah pada masa Bani Israil.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khazanah sejarah Islam mengenal sosok Syam'un al-Ghozi atau yang biasa disebut Samson oleh para penulis di era modern. Lelaki tersebut merupakan seorang nabi Allah. Salah satu mukjizat yang Allah karuniakan kepadanya adalah kemampuan melunakkan besi dan merobohkan istana.
Sebagaimana cerita Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis, Nabi Syam'un pernah merobohkan pilar-pilar istana yang kokoh dengan hanya kedua tangannya. Dengan senjata berupa tulang rahang hewan, ia banyak menewaskan musuh-musuh Allah. Selanjutnya, nabiyullah ini bernazar untuk beribadah selama seribu bulan hingga ajalnya tiba.
Saat Rasulullah SAW menceritakan kisah Nabi Syam'un kepada para sahabatnya, turunlah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu, yakni surah al-Qadr ayat 1-5. Dalam kalam-Nya itu, Allah menjelaskan tentang keutamaan malam kemuliaan yang hanya bisa didapatkan pada bulan Ramadhan. Pahala bagi Muslim yang beribadah pada malam itu lebih baik daripada ibadah yang dilakukan Nabi Syam'un seribu bulan.
Dikisahkan dalah Qishashul Anbiyya, pada suatu malam Ramadhan, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Tiba-tiba, Nabi SAW tersenyum sendiri.
“Wahai Rasulullah, mengapa engkau tersenyum sendiri?” tanya seorang dari mereka.
Rasulullah SAW menjawab, “Telah diperlihatkan kepadaku bahwa pada hari kiamat, ketika seluruh manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar, ada seorang nabi yang membawa pedang, dan tidak mempunyai umat atau pengikut satu pun. Ia adalah Syam’un al-Ghazi.”
Nabi Syam’un al-Ghazi berasal dari kalangan Bani Israil yang kemudian diutus oleh Allah di tanah Romawi. Ia memiliki rambut yang sangat panjang. Bilamana ia berdiri, rambutnya sampai menyentuh tanah.
Nabi Syam’un al-Ghazi selalu menyampaikan risalah dari Allah SWT. Kepada umatnya, ia selalu mengingatkan bahwa “Laa ilaaha illa Allah”, tiada yang berhak disembah selain Allah. Sementara itu, pengaruh kebudayaan pagan Romawi menyebabkan banyak orang menyembah berhala.
Allah mengaruniakan nabi-Nya ini mukjizat seperti Nabi Daud, yakni mampu melunakkan besi. Ia juga dimampukan untuk merobohkan bangunan tinggi. Namun, tidak ada orang yang menjadi pengikutnya, termasuk dari kalangan Bani Israil. Sebab, pada waktu itu orang-orang hanya mau mengikuti sosok yang kaya raya, bukan kuat perkasa.
Nabi Syam'un tidak menyerah. Ia pun terus berdakwah. Akhirnya, para petinggi Bani Israil mulai resah. Mereka sepakat untuk tidak melawan Nabi Syam'un secara langsung, apalagi dengan kekerasan, karena sudah pasti akan kalah.
Kemudian, mereka mendekati istri Nabi Syam'un secara diam-diam. Wanita ini terkenal gemar berfoya-foya sehingga mudah disuap dengan harta yang banyak.
"Wahai perempuan, apakah kamu tahu bahwa suamimu telah membuat kami khawatir?" tanya seorang tokoh Bani Israil yang biasa dipanggil 'raja.'
“Tahu, Raja,” jawabnya
“Aku ada tawaran untuk kamu. Jika kamu bisa tahu kelemahan suamimu, dan berhasil membuatnya lemah, kami akan beri kamu banyak perhiasan, emas, dan permata untukmu,” kata Raja
“Iya Raja, saya siap,” jawab istri Syam’un.
Mereka memberikan kepadanya sebuah tali pengikat yang kuat. Pada malam pertama, istri Nabi Syam’un melihat suaminya shalat sampai malam sekali. Wanita tersebut pun mengantuk karena kelamaan menunggu. Ia pun gagal melaksanakan misinya.
Pada malam kedua, sang istri berhasil mengikat Nabi Syam’un yang masih tidur. Begitu bangun, sang suami heran dan bertanya, “Apakah engkau yang mengikat aku, wahai istriku?”
“Aku hanya ingin menguji seberapa kuat engkau, wahai suamiku,” jawab istrinya.
Namun, dengan mudah Nabi Syam'un membebaskan dirinya.
Pada malam berikutnya, sang istri memakai trik lain. Ia merayu Nabi Syam'un agar mau memberitahukannya, apa sesungguhnya yang dapat membuatnya lemah. Akhirnya, sang nabi mengungkapkan, kelemahannya adalah jika dirinya diikat dengan rambutnya.
Keesokan harinya, istri Nabi Syam’un mengikatnya dengan ikatan empat helai rambut di kedua tangan dan kaki sang nabi. Ternyata benar. Suaminya itu tidak bisa menghancurkan ikatan tesebut.
Kemudian, wanita ini melapor kepada petinggi Bani Israil. Nabi Syam’un pun digotong ke istana. Masih dalam keadaan terikat rambutnya sendiri, ia pun disiksa dengan cara dipotong kaki dan tangannya.
Malaikat Jibril turun dan bertanaya kepada Nabi Syam’un. “Apa yang engkau minta, wahai nabiyullah?”
“Saya ingin minta ampun kepada Allah atas kesalahan yang seharusnya tidak saya lakukan, yakni memberitahukan kelemahan saya kepada siapa pun, termasuk istri saya."
Maka Syam'un bertobat kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Jibril lalu memberitahukannya bahwa Allah telah mengembalikan kekuatannya.
Seketika, kedua kaki dan tangan Syam'un yang tadinya terpotong-potong, kini pulih seperti sedia kala. Sang nabi juga diberi kekuatan untuk bisa merobohkan istana tempatnya disiksa.
Semua orang yang menyerangnya dapat ditumpas hingga tewas. Adapun istrinya mati karena tertimpa pilar-pilar istana yang roboh.
Sesudah itu, Nabi Syam'un pun bernazar bahwa dirinya akan beribadah kepada Allah secara tak putus-putus selama seribu tahun.