Gus Nadir: Kok Merasa Bisa Pengaruhi Netanyahu, Banyakin Ngaca Mas, Mbak

Program kunjungan ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan selalu picu kontroversi.

Wisnu Aji Prasetiyo/RepublikaTV
Cendikiawan Muslim Nahdlatul Ulama, Nadirsyah Hosen.
Rep: Fuji Eka Permana Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah penjajahan dan genosida oleh Israel terhadap Palestina, sejumlah intelektual muda Nahdliyin diam-diam berkunjung ke Israel bertemu Presiden Israel, Isaac Herzog.

Baca Juga


Cendekiawan Muslim Nahdlatul Ulama (NU), Prof Nadirsyah Hosen yang akrab disapa Gus Nadir menyampaikan pernyataan terbuka terhadap peristiwa tersebut.

"Saya mengenal beberapa nama yang berangkat menemui Presiden Israel itu, bahkan saya sudah tabayun dengan salah satunya melalui Whatsapp, pengakuannya undangan diatur lewat jaringan alumni Harvard, dan berkenaan dengan akademik dan start up," kata Gus Nadir melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Senin (15/7/2024).

Gus Nadir mengatakan, program kunjungan seperti itu sudah lama berjalan bertahun-tahun dan selalu memicu kontroversi. Dia menyarankan, mereka yang merasa tokoh, aktivis dan ulama sebaiknya menolak undangan semacam itu selama konflik belum usai. Menurut dia, pihak yang menuai untung cuma Israel dengan kunjungan dari NU sementara mudharatnya lebih banyak.

Gus Nadir menegaskan, Presiden Israel itu hanya simbol seremonial belaka, tidak menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Dia menegaskan, alasan mau berdiskusi soal konflik dengan Presiden Isaac Herzog menunjukkan ketidakpahaman soal struktur pemerintahan Israel. 

"Lagipula seruan damai Sekjen PBB dan Paus Fransiskus saja dicuekin (oleh Israel), mereka ini siapa kok merasa bisa mempengaruhi kebijakan Netanyahu, banyakin ngaca mas, mbak," ujar Gus Nadir.

 

Gus Nadir mengatakan, orang yang bersangkutan beralasan kunjungan tersebut sifatnya sebagai kunjungan pribadi, bukan atas nama NU. Akan tetapi, menurut Gus Nadir, kalau mereka cuma aktivis dan cendekiawan saja, dia yakin mereka tidak akan masuk radar untuk diundang bertemu presiden. Justru karena ada embel-embel NU-nya, makanya mereka diundang.

"Jadi enggak bisa ngeles dengan mengatakan ini atas nama pribadi, mohon maaf atas keterusterangan saya ini, tanpa NU mereka bukan siapa-siapa dan tidak bakal masuk radar Israel," ujar Gus Nadir.

Postingan akun Zenmaarif - (Zainul Maarif)

Gus Nadir menerangkan, NU itu bertindak bukan hanya atas pilar tasamuh (toleransi) dan tawasuth (moderasi), tapi juga tawazun dan itidal. Tawazun artinya seimbang. Itu sebabnya mereka saat mendapat undangan harus menimbang banyak hal terlebih dahulu, termasuk geopolitik dan konflik yang terjadi saat ini.

Menurut dia,  i'tidal artinya tegak lurus pada aturan main, keadilan dan kebenaran. Dia mengatakan, mereka tentu tahu bagaimana Mahkamah Internasional sudah bersikap. Begitu juga kebijakan pemerintah Indonesia soal Israel. "Jadi yang dilakukan kelima orang itu (Nahdliyin yang menemui Presiden Israel) jauh dari prinsip NU, yakni tawazun dan i'tidal," ujar Gus Nadir.

Dalam foto yang diterima Republika.co.id, para intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) tersebut di antaranya, Gus Syukron, Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Mereka bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.

Sebuah postingan pada akun Istagram bernama zenmaarif yang diduga milik Zainul Maarif,  menuliskan penjelasannya berkunjung ke Israel menemui presiden Israel."Berbincang langsung dengan Presiden Israel," tulis akun IG Zenmaarif.

"Saya bukan demonstran melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan."

"Terkait konflik antara Hamas-Israel dan relasi Indonesia-Israel, saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog (yang duduk dengan dasi biru) di istana sang presiden. Semoga hasil terbaik yang dianugerahkan untuk kita semua."

Demikian penjelasan akun IG Zenmaarif terkait kunjungan ke Israel dan pertemuannya dengan presiden Israel.

 

 

Menanggapi kunjungan tersebut, Ketua PBNU, KH Ahmad Fahrur Rozi atau yang akrab disapa Gus Fahrur menyatakan PBNU tidak mengetahui kunjungan tersebut dan sama sekali tidak mewakili institusi PBNU. Dia menegaskan delegasi tersebut tidak ada kaitannya dengan NU. “Saya tidak kenal, jelas liar sekali (kunjungan mereka),” kata dia, kepada Republika, Ahad (14/7/2024).

Gus Fahrur menegaskan, PBNU terlepas sama sekali dengan kunjungan tersebut. “Ya, saya tidak kenal dan tidak tahu sama sekali,” ujarnya.

Dia mengingatkan semua pihak untuk tidak mengatasnamakan NU tanpa ada surat tugas dari Ketua Umum PBNU terkait dengan dinas resmi. “Harus dibuktikan, dia datang sebagai apa dan siapa yang memberikan mandat,” ujarnya.

Petugas medis menangani korban anak yang diserang di Al-Muwaisi, Gaza. - (Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler