Penjelasan Stafsus Erick soal Kondisi Kinerja Wijaya Karya

Wika telah memiliki sejumlah strategi dalam memperbaiki kondisi keuangan.

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Mahendra Sinulingga mengatakan infrastruktur merupakan proyek yang memerlukan waktu untuk dapat balik modal, (ilustrasi)
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Mahendra Sinulingga mengatakan infrastruktur merupakan proyek yang memerlukan waktu untuk dapat balik modal atau untung. Hal ini biasanya terjadi pada sejumlah BUMN karya yang menjalankan penugasan proyek infrastruktur dari pemerintah, termasuk PT Wijaya Karya (Wika) dalam membangun kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. 

Baca Juga


"Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana ada investasi dulu," ujar Arya usai meresmikan vending machine dan UMKM Corner Perum Perhutani di Graha Perhutani, Jakarta, Senin (15/7/2024).

Arya mengatakan operasional Whoosh saat ini berjalan dengan baik bahkan tingkat okupansinya terus meningkat. Arya menilai hal tersebut merupakan indikator potensi bisnis kereta cepat yang menjanjikan. 

"Bikin rugi kalau misalnya perusahaannya kereta cepatnya nggak jalan, kalau sekarang masih menuju target," ucap Arya. 

Arya menyampaikan frekuensi perjalanan Whoosh dalam beberapa waktu terakhir terus mengalami peningkatan dari 30 perjalanan pulang-pergi menjadi 40 perjalanan PP. Arya mengatakan frekuensi perjalanan Whoosh ditargetkan mampu mencapai 60 perjalanan PP.

"(Jumlah penumpang) sekarang sudah 21 ribu orang per hari. Jadi ya tidak mungkin tiba-tiba (untung), kan orang jualan masa langsung tercapai, dia bertahap, tapi sekarang sudah bagus," sambung Arya. 

Arya menyampaikan Wika telah memiliki sejumlah strategi dalam memperbaiki kondisi keuangan. Salah satunya dengan melepas kepemilikan saham atau divestasi tiga ruas tol yakni Manado-Bitung, Balikpapan-Samarinda, dan Soreang-Pasir Koja.

"Yang pasti kita rencanakan, mudah-mudahan semua jalan. Itu kan membantu arus kasnya," lanjut Arya. 

Arya menyampaikan BUMN karya seperti Wika merupakan kontraktor dan bukan pengelola jalan tol. Arya menyebut divestasi merupakan langkah perusahaan dalam meningkatkan pendapatan dari hasil investasi pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya. 

"Kalau divestasi tidak akan rugi, rata-rata jalan tol yang kita divestasi selama lima tahun ini tidak ada investasinya rugi. Artinya apa yang kita investasikan kemudian kita ambil dari hasil penjualannya itu, sahamnya itu, semuanya menguntungkan, tak ada yang merugikan," sambung Arya. 

Arya menyampaikan BUMN karya terbuka kepada semua pihak yang hendak mengambil alih kepemilikan saham ruas tol. Arya menyebut peluang ini tak hanya ditujukan kepada sesama BUMN, melainkan juga swasta. 

"Belum tahu (untuk INA), nanti kita lihat saja, seperti jalan tol yang kemarin, Jasa Marga itu kan ke grupnya Salim kan. Kalau swasta masuk bagus dong, kita kan pengen seperti itu juga investasinya masuk, pas mereka sudah mulai masuk, berarti mereka lihat ini mulai menguntungkan," kata Arya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler