Shamsi Ali: Tak Perlu Over Confident Merasa Mampu Bujuk Israel, Who Are You?
Perlu sikap tegas terhadap kekejaman Israel di jalur Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Nusantara Foundation Shamsi Ali Al-Kajangi mengungkapkan, perlunya untuk mengambil sikap tegas dan jelas terhadap kekejaman Israel di jalur Gaza. Meski pernah menjadi orang yang pertama menggagas dialog Yahudi-Muslim di Amerika, Shamsi Ali mengungkapkan, penjajahan terhadap bumi Al-Quds tak bisa ditolerir.
Shamsi Ali yang menulis buku bersama dengan seorang Rabi Yahudi berjudul “Anak-Anak Ibrahim: hal-hal yang menyatukan dan memisahkan Muslim dan Yahudi”. Tujuannya, murni untuk meredam kesalah pahaman dan kebencian kepada Islam dan masyarakat Muslim di Amerika. Di samping itu, Shamsi Ali mengungkapkan, anti Semitisme di Amerika cukup tinggi sehingga merasa penting jika kedua komunitas ini bisa bekerjasama menghadapi musuh bersama.
"Akan tetapi ketika sudah berkaitan dengan Israel dan kekejamannya maka saya perlu mengambil garis tegas dan jelas. Dengan penjajah apalagi penjajahan atas bumi suci Al-Quds tidak akan saya tolerir. Sebagian tokoh Yahudi di Amerika paham posisi saya ini. Sehingga pada saat peluncuran Buku saya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di Dubai, saya tidak hadir. Karena saya tahu Emirat dan Israel membangun kedekatan dan hubungan diplomasi,"ujar Shamsi Ali yang pernah menjadi Muslim Jewis Advisory Council American Jewish Committe (MJA-AJC) lewat keterangan tertulis kepada Republika, Selasa (17/7/2024).
Dia mengingatkan, umat Islam harus memiliki pembatas yang jelas dalam menyikapi mana Dialog antar agama, termasuk dengan Yahudi, dan mana yang sesungguhnya yang menjadi kepentingan Israel. Dalam hal ini, Shamsi Ali mengatakan bahwa American Jewish Committe (AJC) adalah satu dari banyak organisasi yang membawa kepentingan Israel atas nama dialog antar agama.
"Maka jangan naif, apalagi karena didorong oleh penyakit “wahan” (inferiority complex) demi kepentingan duniawi,"kata dia.
"Saya sekali lagi mengingatkan semua organisasi Islam dan tokoh-tokohnya untuk lebih jeli dan berhati-hati. Tidak perlu over self confident, merasa mampu membujuk Israel. Who are you? Kepala-kepala negara saja jika tidak sesuai kepentingannya tidak dipedulikan. Bahkan organisasi-organisasi internasional termasuk PBB seolah direndahkan. Israel merasa menguasai segala hal di dunia ini. Apalagi kalau hanya guru agama yang belum tentu juga mampu mengkomunikasikan idenya secara baik."
"Hentikan semua hal yang dapat dijadikan Israel sebagai pembenaran dalam aksi kejahatan kemanusiaan dan genosida yang dilakukannya. Istafti qalbak… tanya diri anda baik sebagai manusia, apalagi sebagai orang yang beriman. Benarkah langkah anda?"
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf meminta maaf atas adanya pertemuan lima kader NU yang menemui Presiden Israel Isaac Herzog di tengah genosida Israel di jalur Gaza.
“Sepatutnya saya mohon maaf kepada mayarakat luas seluruhnya bahwa ada beberapa orang dari kalangan Nahdlatul Ulama yang tempo hari pergi ke israel melakukan engagement disana,”ujar kiai yang akrab disapa Gus Yahya tersebut saat konferensi pers di gedung PBNU, Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Gus Yahya menegaskan, PBNU memahami jika ada keresahan di masyarakat karena kunjungan tersebut tidak patut mengingat konteks suasana saat ini. Dia pun menjelaskan, PBNU sudah mendapatkan konfirmasi dari lembaga-lembaga terkait NU yang menjadi tempat beberapa orang personel tersebut berorganisasi.
"Lembaga-lembaga ini yang personelnya berangkat ke Israel sama sekali tidak tahu menahu, tidak ada mandat kelembagaan dan pembicaraan kelembagaan. Apa yang dilakukan adalah tanggung jawab mereka pribadi dan tidak terkait dengan lembaga,"ujar Gus Yahya.
Lebih jauh, Gus Yahya memperinci mereka yang berangkat berasal dari dosen UNUSIA (satu orang), Pagar Nusa (satu orang), PWNU DKI Jakarta (satu orang) dan Fatayat (satu orang).
Di tengah genosida oleh Zionis Israel terhadap warga Gaza Palestina, sejumlah intelektual muda Nahdliyin diam-diam berkunjung ke negara pendudukan Israel.
Dalam foto yang diterima Republika.co.id, para intelektual muda tersebut bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Tidak diketahui persis kapan kunjungan para intelektual muda Nahdliyin tersebut. Informasi yang diperoleh Republika.co.id, mereka berada di Israel selama pekan lalu.
Republika.co.id, pada Ahad (14/7/2024) mencoba menghubungi salah satu peserta rombongan kunjungan tersebut Gus Syukron Makmun. Namun, dia enggan berkomentar lebih jauh tentang kunjungannya ke Israel.
Selain Gus Syukron, tampak dalam foto itu sejumlah tokoh muda lainnya yaitu Dr Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.
Diketahui, Indonesia memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Kunjungan semacam ini, menurut informasi, dilakukan secara diam-diam melalui perantara yang bisa menghubungkan layatan semacam ini dengan pemerintah Israel langsung.
- american jewish committe
- israel
- agen israel di indonesia
- kunjungan 5 cendikiawan NU
- 5 cendikiawan nu sowan ke presiden israel
- lima cendikiawan nu berdialog
- isaac herzog
- komunitas yahudi amerika
- lobi yahudi
- lobi israel
- shamsi ali
- dialog 5 cendikiawan nu dengan presiden israel
- presiden israel isaac herzog
- nu dan israel