Risma Menguat di Jatim, Andika Perkasa 'Bertarung' di Jateng? Begini Bocoran Bambang Pacul

Andika Perkasa dikabarkan akan menjadi cagub Jateng dari PDIP.

Republika/Bowo Pribadi
Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul.
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Wacana menjadikan mantan wali kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai calon gubernur (cagub) di Pilkada Jawa Timur (Jatim) terus menguat. Di sisi lain, mantan panglima TNI sekaligus kader PDIP Jenderal Purn Andika Perkasa dikabarkan akan menjadi cagub yang diusung partai banteng di Jawa Tengah (Jateng).

Baca Juga


Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengakui ada banyak usulan di tingkat elite agar Andika Perkasa maju pada Pilkada Jateng 2024. "Ya, di pusat sana memang ada usulan seperti itu. Akan tetapi, penetapannya tentu oleh Ibu Ketua Umum. Sampai hari ini belum ditetapkan," kata sosok yang akrab disapa Bambang Pacul itu usai rapat koordinasi pilkada di Panti Marhen, Semarang, Selasa (24/7/2024).

BACA JUGA: Perubahan Bentuk Gunung Gede Saat Hari Kiamat Diungkap Alquran?

 

Namun, kata dia, memang sudah beredar rumor di kalangan DPP PDI Perjuangan mengenai kemungkinan Andika untuk dicalonkan di Jateng. Munculnya nama Andika, menurut dia, sebenarnya bukan bermaksud untuk diadu dengan kandidat lain yang kebetulan juga jenderal, yakni Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi, melainkan lebih karena sosok dan pengalamannya. "Bukan berarti kami ingin mengadu atau membenturkan, sama sekali tidak," katanya.

Bambang Pacul menilai, Andika merupakan sosok yang mumpuni untuk memimpin Jateng ke depan dengan segudang pengalamannya, termasuk sebagai panglima TNI. "Pak Andika Perkasa adalah sosok yang bisa membikin kami, kawan-kawan PDI Perjuangan, mungkin ada rasa sedikit aman dan nyaman, begitulah kira-kira," katanya.

Ia melanjutkan, "Iya lah. Sosok Pak Andika, di samping bintang empat (jenderal), mantan panglima, orangnya juga simpatik. Kami senang lah."

Pilkada Serentak 2024, termasuk di Jateng, dijadwalkan berlangsung pada tanggal 27 November mendatang. Beberapa nama sebelumnya juga sudah muncul meramaikan bursa Pilkada Jateng seperti Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi, Hendrar Prihadi (mantan Wali Kota Semarang), kemudian Sudaryono (Ketua DPD Partai Gerindra Jateng), hingga Bupati Kendal Dico Ganinduto.

Namun, belakangan Sudaryono dikabarkan tak meneruskan pencalonannya pada Pilkada Jateng setelah menjadi Wakil Menteri Pertanian. Sementara itu, Dico juga memutuskan beralih ke Pilkada Kota Semarang 2024.

Jadwal Pilkada Serentak 2024 - (Infografis Republika)

PDIP 'merayu' PKB untuk Jatim dan Jateng.. baca di halaman selanjutnya.

 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa Megawati Soekarnoputri telah mengutus Ahmad Basarah untuk menjalin komunikasi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Komunikasi itu dilakukan terkait potensi koalisi pada pilkada di beberapa daerah.

"Hari ini ada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKB dan Hari Lahir (Harlah) dari PKB, karena kami juga Pak Baskara (Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah) ditugaskan oleh Ibu Mega di situ, sekaligus melakukan komunikasi politik dengan PKB," kata Hasto di Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/7/2024).

Pria asal Yogyakarta itu menjelaskan PDIP terbuka untuk menjalin kerja sama dengan PKB di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Riau, karena itu komunikasi yang intens harus terus dilakukan.

Menurut Hasto, sosok yang akan diusung untuk Pilkada DKI Jakarta juga sudah mulai mengerucut. Megawati pun akan mengumumkan nama-nama yang akan maju di pilkada secara serentak.

"Namanya Jakarta ini kan sangat penting dan strategis, sehingga terkait dengan siapa yang akan dicalonkan, nanti akan diumumkan secara serentak oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, termasuk gubernur di Jawa dan di luar Jawa, seperti Pilkada Sumatra Utara," jelasnya.

Selain itu, dia mengungkapkan sosok yang akan maju sebagai calon gubernur Sumatra Utara juga sudah mengerucut. Namun, masih menyisakan sosok calon wakil gubernur yang masih harus dikomunikasikan. "Cagubnya sudah jelas, sudah cetho welo-welo," ujar Hasto.

Selanjutnya, petunjuk terkait pengumuman sosok yang akan maju di Pilkada Jawa Tengah dan Jawa Timur akan diberikan pada saat pengumuman tersebut. "Tahap pertama nanti ibu akan memberikan clue untuk daerah-daerah yang lain," katanya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (ilustrasi) - (republika)

Dua orang diutus Megawati khusus untuk Pilkada Jatim.. baca di halaman selanjutnya.

Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak diketahui hampir pasti akan kembali berkompetisi pada Pilgub Jatim 2024. Kandidat dengan status incumbent atau pejawat ini sudah memborong tujuh rekomendasi partai politik parlemen dan satu parpol non-parlemen yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, dan terakhir adalah PKS, serta parpol non-parlemen Perindo.

Yang menarik, partai penguasa di Jatim, yakni PKB belum menentukan sikap. PKB memperoleh 27 kursi atau bisa mengusung satu pasang cagub-cawagub tanpa harus berkoalisi dengan parpol lain. Sedangkan PDIP di urutan kedua yang memperoleh 21 kursi di DPRD Jatim. Belakangan, muncul wacana mengusung kader PDIP yang juga Tri Rismaharini sebagai kandidat cagub Jatim.

Hasto mengatakan, elektabilitas Risma berada pada urutan kedua terkait Pilkada Jawa Timur meski belum melakukan safari politik. Pernyataan ini sekaligus mengisyaratkan kemungkinan PDIP mengusung perempuan asal Surabaya itu pada Pilgub Jatim.

"Ibu Risma itu nomor dua (karena) belum bergerak. Sama dengan survei Pak Andika (Perkasa) di Jawa Tengah belum bergerak. Artinya mereka-mereka itu mengandung harapan dari rakyat," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, akhir pekan kemarin.

Pria asal Yogyakarta itu mengaku saat ini partainya masih menjaring sosok yang layak untuk diusung dalam Pilkada Jatim. Namun, dia mengatakan, Risma menjadi salah satu kandidat yang dicermati. Hasto pun meyakini elektabilitas Risma berpotensi terus naik dan bahkan bersaing ketat dengan pejawat Khofifah.

"Ibu Mega sudah menugaskan salah satu fungsionaris DPP Pak Said Abdullah, juga Pak Pramono Anung untuk membantu proses konsolidasi di Jawa Timur," katanya.

 

Hitungan pengamat.. baca di halaman selanjutnya.

Pengamat politik Universitas Jember, Muhammad Iqbal mengatakan, pasangan bakal calon Risma-Marzuki dapat membuka peluang besar mengubah permainan politik karena dijiwai oleh spirit untuk menyelamatkan masa depan demokrasi. Iqbal menilai, sosok Tri Rismaharini yang diduetkan dengan KH Marzuki Mustamar bisa mengubah peta politik Pilkada Jatim. Duet tersebut diyakini menjadi lawan tanding seimbang untuk Khofifah-Emil.

"Bila konstelasi pasangan bakal calon Tri Rismaharini-Marzuki Mustamar (Risma-Marzuki) terbentuk, bukan mustahil pasangan itu bisa mengubah peta politik Jatim," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (22/7/2024).

Dia mengatakan, konstelasi Pilkada Jatim 2024 sejauh ini masih menyisakan tiga partai politik yang belum menentukan arah dukungan atau kepastian berkoalisi. Ketiganya yakni PKB yang menguasai 27 kursi DPRD Jatim, PDIP memiliki 21 kursi, dan Partai Nasdem memiliki 10 kursi.

Iqbal mengatakan, sejauh ini PKB mewacanakan kiai kharismatik NU asal Malang KH Marzuki Mustamar yang diduetkan dengan politisi Senayan dari PKB Arzeti Bilbina. Sedangkan elite PDIP menegaskan tidak akan membiarkan Pilkada Jatim diwarnai pertarungan melawan "kotak kosong". "Kami tentu sangat mengapresiasi antusiasme dan heroisme PKB dan PDIP, tentu juga Nasdem sebagai tiga parpol yang masih ketat mengalkulasi secara taktis pasangan bakal calon di Pilkada Jatim," ucap pengajar FISIP Unej itu.

Menurutnya, sudah semestinya ketiga parpol itu mengedepankan pilihan rasional. PKB mungkin bisa berbesar hati tidak memaksakan KH Marzuki sebagai bakal cagub, tapi bisa jadi bakal cawagub mendampingi Risma. "Kendati tiket istimewa PKB memang berhak atas posisi bakal cagub, namun elektabilitas Kiai Marzuki harus diakui masih jauh di bawah Risma, sehingga yang paling rasional ya Risma-Marzuki atau 'Riski' dapat membuka peluang dalam Pilkada Jatim," tuturnya.

Iqbal menilai, duet Risma-Marzuki bisa menjadi antitesis dari kekuatan populisme, karena merepresentasikan sosok birokratik dan ulama kharismatik. "Keduanya bisa menjadi alternatif yang rasional buat figur pemimpin teknokratik dan penjunjung nilai moral, tanpa dinodai kasus hukum yang banal," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler