Sudah 2 Kali dalam Sepekan, Korut Kirim Ratusan Balon Berisi Sampah ke Korsel

Korut luncurkan 3 ribu balon berisi sampah sejak akhir Mei

EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Balon pengangkut sampah yang diterbangkan oleh Korea Utara mendarat di sawah di daerah perbatasan barat laut Ganghwa, Korea Selatan, 10 Juni 2024.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL—Korea Utara (Korut) pada Rabu kembali mengirimkan ratusan balon berisi sampah ke Korea Selatan (Korsel), dengan beberapa di antaranya mendarat di kompleks kantor kepresidenan di Seoul, kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel.

Baca Juga


Pengiriman yang kedua kalinya pada pekan ini, terjadi saat militer Korsel fokus menyiarkan siaran anti-Pyongyang melalui pengeras suara di perbatasan untuk hari keempat guna menanggapi peluncuran balon udara yang terus berlanjut dari Korut.

Sebelumnya pada hari yang sama tersebut, Dinas Keamanan Presiden menemukan sampah-sampah yang berjatuhan di halaman kompleks di pusat Seoul, saat Korut mengirim lebih banyak balon yang membawa potongan kertas bekas dan sampah lainnya.

Analisis terhadap benda-benda yang jatuh itu menunjukkan bahwa benda-benda itu tidak berbahaya. Namun, militer menahan diri untuk tidak menembak jatuh balon-balon itu karena khawatir isinya bisa menyebar lebih jauh dan menyebabkan kerusakan lebih parah.

JCS mengatakan pihaknya telah mendeteksi sekitar 300 balon hingga pukul 4 sore, dan jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah karena balon-balon lain masih melayang di udara.

Sekitar 250 balon telah jatuh, sebagian besar di Seoul dan wilayah utara Provinsi Gyeonggi, kata JCS.

Korut telah meluncurkan lebih dari 3 ribu balon berisi sampah sejak akhir Mei, termasuk sekitar 500 balon serupa pada Minggu, dalam upaya balasan terhadap penyebaran selebaran anti-Pyongyang yang dikirim oleh sejumlah pembelot dan aktivis Korut di Korsel.

Sebagai balasan, Korsel melanjutkan siaran propaganda skala penuh melalui pengeras suara di wilayah perbatasannya dengan Korut.

Sejak Ahad, militer telah melakukan siaran dengan pengeras suara setiap hari di semua garis depan di perbatasan antar-Korea yang panjangnya sekitar 250 kilometer.

 

Militer Korsel sempat menyiarkan siaran tersebut pada 9 Juni untuk pertama kalinya dalam enam bulan, sebelum mematikannya untuk mencegah situasi menjadi tak terkendali.

Siaran harian dengan pengeras suara sebagian telah dimulai kembali pekan lalu untuk merespons pengiriman balon oleh Pyongyang.

Korut juga mulai menyiarkan suara berderak melalui pengeras suara di perbatasannya pada Sabtu, menurut pejabat militer itu.

Militer Korsel menduga kebisingan tersebut mungkin dimaksudkan agar warga Korut di wilayah perbatasan tidak mendengar siaran dari Korsel, kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa dampak kebisingan itu tampaknya terbatas.

"Dari sisi Korut, siaran pengeras suara kami dan suara dari pengeras suara mereka kemungkinan akan terdengar bersamaan," kata pejabat itu.

Korut disebut berang terhadap kampanye pengeras suara dan selebaran anti-Pyongyang yang dikirimkan para aktivis Korsel karena khawatir masuknya informasi dari luar bisa menimbulkan ancaman bagi rezim Kim Jong-un.

Pada pekan lalu, Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korut, memperingatkan tentang konsekuensi yang "mengerikan dan menyakitkan" atas penyebaran selebaran yang terus berlanjut.

Pada 2014, kedua negara Korea terlibat baku tembak dengan senjata mesin di sepanjang perbatasan setelah Korut tampaknya mencoba menembak jatuh balon yang membawa selebaran propaganda yang mengkritik Korut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler