Pasien Kecanduan Judi Online pada 2024 Meningkat Tajam, Dokter Jiwa Ungkap Faktor Pemicu

Pasien kecanduan judi online yang dirawat di RSCM saat ini mencapai 100 orang.

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Warga berjalan di depan spanduk sosialisasi larangan judi online di Kantor Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/7/2024). Spanduk tersebut dipasang di sejumlah titik jalan dan kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Selatan karena berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebutkan bahwa di kecamatan tersebut tercatat menjadi wilayah dengan nilai total transaksi judi online paling tinggi di Indonesia dengan pelaku judi online mencapai 3.720 orang dan perputaran uang sebanyak Rp349 miliar.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis jiwa konsultan dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menyampaikan bahwa keinginan untuk memperoleh uang dan kesenangan segera mendorong orang mengakses layanan peminjaman uang dan judi online. Dalam acara diskusi yang diikuti secara daring dari Jakarta, Jumat, Dr. dr. Kristiana Siste Sp.K.J Subsp. AD(K) mengemukakan bahwa pinjaman online maupun judi online sama-sama bisa mendatangkan uang dan kesenangan segera.

Baca Juga


"Yang mendasari kebutuhan secara instan, yang ingin mendapatkan uang secara segera dan mendapatkan kesenangan secara segera," kata Siste, dokter pendidik di Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Awalnya, bisa saja judi online dianggap sebagai jalan memperoleh uang secara instan untuk melunasi utang. Namun, perasaan senang saat menang dan mendapat uang selanjutnya dapat membuat orang jadi ingin terus melakukannya.

"'Kalau aku sudah menang sekali, aku bisa berhenti', namun kenyataannya ketika menang atau kalah dia tidak akan berhenti bermain judi, sehingga ini membawa kita pada suatu ranah tentang adiksi," kata Siste.

Siste menjelaskan, bahwa kecanduan terjadi karena interaksi kompleks yang melibatkan faktor perilaku, genetik, dan sirkuit otak. Otak bagian depan yang belum matang, ia mengatakan, membuat orang berusia remaja dan dewasa muda berisiko tinggi melakukan perilaku impulsif yang selanjutnya dapat membuat mereka mengalami adiksi.

"Ketika emosinya labil, tapi otak bagian depannya belum mature, maka terjadi perilaku-perilaku impulsif yang dia gunakan untuk memperbaiki emosinya, salah satunya ke judi online," katanya.

Siste memandang kecanduan judi online sebagai masalah kesehatan jiwa serius yang penanganannya membutuhkan dukungan dari tenaga profesional. "Memang masalahnya bukan masalah yang kecil untuk kecanduan judi ini," katanya.

"Kalau kita lihat, dua persen dari populasi Indonesia itu jumlahnya sangat banyak. Jadi, ini benar adalah masalah serius, bahkan saya bisa mengatakan sebagai bencana nasional dalam hal ini," ia menambahkan.

Jumlah kasus kecanduan judi online di Indonesia tercatat terus meningkat pada 2024. Kristiana Siste, mengatakan jumlah pasien kecanduan judi online yang melakukan perawatan ke klinik adiksi meningkat tajam hingga dua kali lipat dibandingkan pada 2023.

Dokter Kristiana mencatat, pasien kecanduan judi online yang telah dirawat inap di RSCM jumlahnya hampir mencapai 100 orang. Sementara pasien rawat jalannya, kata dia, bisa menyentuh angka 200 orang.

“Kalau dibandingkan dengan tahun 2023, peningkatan itu terjadi sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan 2023 untuk jumlah pasien yang berobat di RSCM. Artinya, kasus ini meningkat dua kali lipat dan awareness untuk berobat ke layanan juga meningkat,” kata dokter Kristiana dalam diskusi media pada Jumat (26/7/2024).

Kristiana menjelaskan pasien kecanduan judi online yang berobat di klinik adiksi RSCM rata-rata berusia 29 tahun dan berasal dari berbagai kalangan ekonomi. Adapun jika merujuk pada penelitian yang dilakukan Kristiana pada 2021, ditemukan bahwa mayoritas orang mengalami kecanduan judi online berusia antara 18-25 tahun.

Komik Si Calus : Bukan Judi - (Daan Yahya/Republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler