Terungkap Penyiksaan Para Terpidana Kasus Vina: Mata Dibalsem, Dipaksa Minum Air Kencing
Aldi bahkan sampai menangis saat menceritakan penyiksaan yang dialaminya.
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Kejinya penyiksaan yang dialami para terpidana kasus Vina pada 2016 diungkap Aldi (25 tahun) saat bersaksi di sidang Peninjauan Kembali (PK) Saka Tatal. Ia bahkan sampai menangis saat menceritakan penyiksaan yang dialaminya dan beberapa orang yang kini jadi terpidana seumur hidup kasus tersebut.
Hal itu disampaikannya di ruangan sidang Pengadilan Negeri (PN) Cirebon, Selasa (30/7/2024). Aldi yang kala itu berusia 17 tahun menceritakan, awalnya disuruh membeli bensin oleh kakaknya, Eka Sandi (salah satu terpidana kasus Vina). Pembelian bensin itu dilakukannya bersama Saka Tatal.
BACA JUGA: Pemerintah Hapus Sunat Perempuan, Ini Bunyi Fatwa MUI Soal Pelarangan Khitan Perempuan
Namun, usai membeli bensin dan mengantarkan sepeda motor di sekitar SMP 11 Kota Cirebon, tiba-tiba Aldi dan Saka Tatal ditangkap polisi. Dia menyebutkan, ditangkap oleh Rudiana dan tiga orang rekan Rudiana.
Saat penangkapan itu, menurut Aldi, polisi tidak menunjukkan surat penangkapan dan langsung menangkap mereka begitu saja. Mereka kemudian dibawa ke kantor polisi dengan menggunakan mobil.
Salah satu kuasa hukum Saka Tatal, Farhat Abbas, lantas menanyakan kepada Aldi apa yang terjadi setibanya di kantor polisi.
‘’Langsung dipukulin. Nyampe mobil udah dipukulin. Turun dari mobil udah jalan bebek. Banyak polisi pada baris di situ, ngadang kita, yang delapan (terpidana) itu. Ada yang ditendang, ada yang dipukul, diinjak. Ya udah diperlakukan kayak binatang kita tuh di sana,’’ jawab Aldi.
Aldi mengatakan, dia dan para terpidana sampai di kantor polisi sekitar pukul 17.30 WIB. Tindakan kekerasan itu mereka alami bahkan hingga tengah malam.
‘’Ada yang diinjak, ada yang dibalsem muka tuh, ada yang mata dibalsem, semuanya juga dibalsem. Jadi mata tuh gak kelihatan. Polisi ganti shift, ganti shift, semua mukul,’’ ucap Aldi sambil menangis.
Aldi ingin terpidana dibebaskan.. baca di halaman selanjutnya.
Menurut Aldi, saat melakukan tindakan kekerasan, polisi menyuruh dia dan para terpidana lainnya untuk mengaku. ‘’Suruh ngaku. Wong saya gak tahu apa-apa, (saya) jawab gak tahu, gak tahu. (Berapa lama?) Sore ketemu sore. Saya terus bilang gak tahu,’’ ucap Aldi.
Aldi mengaku mengalami penyiksaan itu bersama para terpidana lainnya, termasuk kakaknya, Eka Sandi (terpidana) maupun Saka Tatal. Saat itu, kakaknya terus membelanya dengan mengatakan dia masih kecil dan tidak tahu apa-apa.
Akibat penyiksaan itu, lanjut Aldi, dia dan para terpidana lainnya bersimbah darah dan tak kuat jalan hingga harus ngesot saat masuk ke dalam ruang tahanan. Dia dan para terpidana juga dipaksa untuk meminum air kencing.
Farhat Abbas lantas memastikan lagi apakah tindakan penyiksaan yang diterima Aldi juga dialami oleh Saka Tatal. Aldi membenarkannya. Tak hanya dirinya dan Saka Tatal, tindakan penyiksaan itu dialami oleh semua terpidana kasus Vina.
‘’Ya saya juga di situ pak. Saya juga sama di situ, disiksa, minum air kencing satu gelas, Saka satu gelas, semuanya satu gelas,’’ ungkap Aldi.
Aldi mengungkapkan, setelah 24 jam di kantor polisi, dia kemudian diperbolehkan pulang. Akibat penyiksaan itu, dia mengaku sakit parah selama satu bulan. Dia juga harus wajib lapor setiap Senin dan Kamis selama satu bulan.
‘’Keluar dari kantor polisi udah ngesot. Orang pada ngomong, itu maling. Saya bukan maling. Satu bulan baru saya bisa jalan, bisa makan,’’ tutur Aldi.
Tidak hanya Aldi, Farhat Abbas dan sejumlah kuasa hukum Saka Tatal lainnya juga turut menangis saat mendengar keterangan dari Aldi. Sejumlah pengunjung juga turut menyeka air mata mereka.
Aldi berharap, para terpidana yang kini masih mendekam di penjara bisa segera bebas. Dia yakin, mereka tidak bersalah dalam kasus kematian Vina dan Eky.
‘’Maunya semua pulang, itu nggak tahu apa-apa. Orang baik semuanya,’’ ucapnya.
Pengakuan Iptu Rudiana di konferensi pers Hotman Paris.. baca di halaman selanjutnya.
Iptu Rudiana, ayah kandung dari Muhammad Rizky atau Eky, mengaku mengamankan para pelaku yang menyebabkan kematian anaknya, Eky dan temannya, Vina, di Cirebon, pada 2016 silam, karena didorong oleh perasaannya sebagai orang tua korban.
Hal itu disampaikan Rudiana, yang ikut hadir saat Hotman Paris, selaku kuasa hukum keluarga Vina, mengadakan konferensi pers di Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Selasa (30/7/2024) sore.
Dalam kesempatan itu, Hotman menanyakan alasan Rudiana menangkap para pelaku. Padahal, Rudiana bertugas di bagian Satuan Narkoba. "Tolong jawab apa adanya. Bapak bagian narkoba, tapi kenapa bapak yang menangkap pelaku?" tanya Hotman.
"Saya adalah orang tua dari korban, yang mana saya punya kewajiban untuk menjaga hak hidup dari pada anak saya. Dan ketika terjadi hal seperti itu, anak saya meninggal, dengan keadaan yang memang perlu mungkin saya ambil langkah untuk mencari penyebab meninggalnya, karena luka-lukanya yang saya lihat seperti ada hal-hal atau mungkin ada perbuatan lain, sehingga hati saya terketuk sebagai orang tua untuk mencari penyebabnya,’’ kata Rudiana.
Rudiana mengatakan, bersama tiga orang rekannya, dia kemudian menelusuri lokasi dan mencari CCTV. Setelah itu, dia melihat Aep dan Dede sedang nongkrong di depan cuci mobil.
"Kita samperin. Semua orang yang ada di situ kita tanya, cuma Aep dan Dede-lah yang memberi informasi,’’ terang Rudiana.
Rudiana mengaku sebelumnya tidak mengenal Aep maupun Dede. Baru saat itulah, dia bertemu dengan keduanya.
Menurut Rudiana, Aep memberi tahunya bahwa dia melihat peristiwa yang terjadi pada 27 Agustus 2016 dan hafal dengan pelakunya. Saat itu, dia bertukar nomor handphone dengan Aep sekitar pukul 14.00 WIB.
Rudiana membantah dituding menyiksa.. baca di halaman selanjutnya.
Selanjutnya, kata Rudiana, sekitar pukul 16.00 WIB, Aep meneleponnya dan memberi tahu bahwa orang-orang yang terlibat keributan pada malam Ahad itu sedang berkumpul di depan SMP 11.
Rudiana kemudian datang ke lokasi yang disebutkan oleh Aep dan menemukan sejumlah pemuda. Dia mengaku selanjutnya mengajak para pemuda itu, yang kini menjadi terpidana, untuk ikut ke kantor polisi secara baik-baik.
Setelah tiba di kantor polisi, selang beberapa menit kemudian, para terpidana mengakui kalau mereka yang melakukannya. Mendengar penjelasan Rudiana, Hotman langsung mengajukan pertanyaan.
"Bagaimana orang baru ditanya, langsung mengaku?" ucap Hotman.
"Tentunya ada upaya-upaya kami,"tutur Rudiana.
"Apa benar disiksa?," tanya Hotman.
"Tidak ada. Saat saya nyerahkan ke Reskrim, posisi masih utuh dan kami foto, ada dokumentasinya," jelas Rudiana.
"Para pelaku ini apa benar disiksa makanya mau mengaku?" lanjut Hotman.
"Tidak ada. Mukanya utuh, tidak ada penganiayaan," jawab Rudiana.
- sidang saka tatal
- saksi aldi pk saka tatal
- sidang peninjuan kembali saka tatal
- kasus pembunuhan vina
- polisi siksa terpidana kasus vina
- vina cirebon
- pembunuhan vina dan eky
- sidang lanjutan pk saka tatal
- iptu rudiana muncul
- iptu rudiana ayah eky
- iptu rudiana mencul ke publik
- iptu rudiana saksi pk saka tatal
- kesaksian iptu rudiana
- hotman paris
- aldi saksi kasus vina
- aldi korban salah tangkap
- terpidana vina dibalsem
- sidang pk saka tatal
- peninjauan kembali saka tatal
- kasus vina cirebon
- bukti percakapan vina
- vina kecelakaan
- terpidana vina disiksa seperti binatang
- delapan terpidana kasus vina
- iptu rudiana siksa terpidana
- kasus pembunuhan vina cirebon
- penyiksaan terpidana kasus vina
- terpidana dibalsem
- terpidana vina dipaksa minum air kencing
- penyiksaan saka tatal
- terpidana vina disiksa
- iptu rudiana siksa terpidana kasus vina
- kasus penaganiayaan terpidana vina