Kemenag Minta Majelis Taklim Gerakkan Umat untuk Berwakaf
Pentingnya wakaf sebagai bentuk ibadah sosial yang strategis.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Islam Kemenag), Kamaruddin Amin, meminta seluruh majelis taklim di Indonesia berperan aktif dalam menggerakkan umat Islam untuk berwakaf. Dia menekankan pentingnya wakaf sebagai bentuk ibadah sosial yang strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia.
"Saya membayangkan kalau majelis taklim di Indonesia bersama-sama menggerakkan umat, masyarakat, untuk berwakaf sesuai dengan kemampuannya. Wakaf uang, seberapa pun itu, akan berfungsi sangat instrumental dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia," ujar Kamaruddin dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/8/2024).
Kamaruddin juga menekankan, pengentasan kemiskinan bukan hanya menjadi tanggung jawab negara, tetapi tanggung jawab bersama. "Kemiskinan bukan hanya tugas negara, tapi tugas kita semua, kalau kita mampu. Mari kita berwakaf," ucap dia dalam acara Silaturahim Nasional Pokja Majelis Taklim di Jakarta, Jumat (2/8/2024) malam.
Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam (Penais), Ahmad Zayadi menjelaskan, majelis taklim tidak hanya menjadi gerakan besar untuk memperkuat sinergi dalam implementasi moderasi beragama. Lebih dari itu, Zayadi meminta majelis taklim juga memperluas program pada aspek sosial hingga pemberdayaan ekonomi umat.
“Beragama tidak hanya pada aspek spiritual, tetapi bagaimana beragama itu kita bumikan pada aspek sosial kemasyarakatan. Tidak ada jarak agama dengan isu pendidikan, kesehatan, dan semua aspek dimensi kehidupan,” kata Zayadi.
Zayadi mengatakan, silaturahmi ini bukan hanya untuk menyamakan persepsi visi peradaban, tetapi menjadi ajang untuk silatul afkar dan juga silatul 'amal. Menurut dia, selain isu-isu agama, silatul afkar juga isu-isu aktual terkait pemberdayaan sosial kemasyarakatan dan ekonomi umat.
“Topik yang diangkat pun akan relevan dengan kebutuhan seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan, dengan tujuan menghasilkan solusi konkret yang dapat diimplementasikan,” jelas Zayadi.
Sementara, lanjutnya, silatul 'amal akan diwujudkan aksi nyata melalui langkah-langkah kolaboratif dengan lembaga-lembaga mitra. Zayadi mencontohkan seperti lembaga filantropi, lembaga keuangan syariah, lembaga kesehatan, lembaga pelestarian lingkungan, dan lainnya.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk pengembangan dan penguatan majelis taklim, serta menciptakan sinergi yang kuat dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan penyebaran nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif,” ujar Zayadi.
Zayadi juga mengapresiasi Pokja karena melibatkan Majelis Dai Kebangsaan (MDK) dan Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) sebagai mitra strategisnya. “Saya membayangkan kalau tiga entitas ini berkolaborasi dengan sangat baik, maka kita optimis dakwah Islam ke depan bisa dilakukan pemberdayaan potensi ekonomi berbasis umat, berbasis masjid, dan berbasis majelis taklim,” ucap dia.
Zayadi menambahkan, silaturrahim, silatul afkar, dan silatul ‘amal ini akan menghasilkan kesatuan visi dan aksi dalam membangun peradaban umat. “Dengan mempererat hubungan, bertukar pemikiran, dan melaksanakan langkah-langkah nyata, kita dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi kemajuan masyarakat,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pokja Majelis Taklim Sururin menyampaikan, formula sukses Pokja Majelis Taklim 4-5-3, yaitu empat bidang garapan, lima program prioritas, dan tiga output yang diharapkan. “Empat bidang yakni, kelembagaan, manajemen, Sumber Daya Manusia (SDM), dan kurikulum,” jelas Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah ini.
Kemudian, lanjut dia, lima program prioritas yakni, pemberdayaan ekonomi berbasis majelis taklim, pelestarian budaya Islam nusantara, penurunan angka stunting, peningkatan kapasitas pengurus Pokja majelis taklim se-Indonesia, serta pengembangan materi ajaran majelis taklim.
“Selanjutnya, tiga output unggulan yang kami targetkan bisa terealisasi, yaitu pertama membuat Direktori Majelis Taklim Indonesia berbasis data yang merangkung semua data dan informasi. Kedua, apresiasi untuk majelis taklim unggulan yang bisa menjadi role model,” kata Sururin.
Output yang ketiga adalah Ensiklopedia Majelis Taklim Indonesia. Ia berharap, Ensiklopedia itu tidak hanya menjadi referensi bangsa Indonesia, tapi juga dunia. “Karena semua kerja-kerja dan pengabdian majelis taklim ini bukan hanya untuk umat, tapi menjadi life long learning education,” jelas perempuan kelahiran Bojonegoro ini.