Netizen Malaysia Sindir Perolehan Medali Indonesia, Ketahui Adab Mengkritik dalam Islam

Ulama terdahulu telah memberi nasihat tentang rambu-rambu dalam menyampaikan kritik.

MGIT4
Ilustrasi. Netizen Malaysia Sindir Perolehan Medali Indonesia, Ketahui Adab Mengkritik dalam Islam
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jagad X ramai gara-gara ulah sindiran netizen Malaysia terkait perolehan medali Indonesia dalam Olimpiade Paris 2024.

Warganet itu merespons cicitan akun parodi presiden Korea Utara Kim Jong-un, @unmagnetism, yang meminta pengikutnya di X menyebutkan negara yang belum mendapatkan medali emas Olimpiade Paris dan seharusnya malu.

Seperti terpantik dengan cuitan @unmagnetism, warganet Malaysia itu menimpali, "Lagi malu ada 275 juta penduduk tapi ada dua emas je (saja). Betul-betul tak pandai cari talent (bakat) ke apa?"

Sontak cuitan warganet Malaysia itu memantik kegaduhan di X pada Ahad (11/8/2024) lalu. Ramai-ramai warganet Indonesia menggeruduk akun warganet Malaysia tadi seraya mengingatkan bahwa, selama 70 tahun Malaysia merdeka, belum sekalipun negara jiran itu meraih emas di olimpiade.

Dalam Islam, seseorang perlu memperhatikan adab saat mengkritik. Ulama-ulama terdahulu telah memberi nasihat tentang rambu-rambu dalam menyampaikan kritik. Mereka menggunakan bobot yang adil dalam mengeluarkan penilaian, dan mereka mempunyai aturan umum untuk mengkritik orang lain dan suatu pernyataan.

Baca Juga


Adab Menyampaikan Kritik dalam Islam

1. Tinggalkan Jika tidak Paham

Tinggalkan bidang yang tidak dipahami atau tidak menjadi fokusnya, sebab lebih baik menyerahkan urusan tersebut kepada orang yang memang ahlinya.

 2. Tidak Berpura-pura Paham

Tidak menjadi orang yang memalsukan diri menjadi sosok yang paham pada apa yang dibicarakan. Juga tidak menyampaikan kritik palsu karena ketidaktahuannya atas kebenaran atau karena ketidakmampuannya membela kebenaran.

Halaman selanjutnya ➡️


3. Sadari Ketidaktahuan Diri

Perlu ada kesadaran bahwa tidak semua orang memenuhi syarat untuk melakukan dialog yang sehat dan tepat, yang menghasilkan sesuatu yang baik dan matang. Orang yang tidak tahu itu tidak sama dengan orang yang mengetahuinya. Maka, orang yang tidak tahu sebaiknya tidak mengkritik orang yang tahu.

Kisah Nabi Ibrahim dan ayahnya dapat menjadi contoh, yang diabadikan dalam Surat Maryam ayat 43:

يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

"Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus."

4. Tidak Mencela

Seseorang yang tidak tahu apa-apa atau tidak mengerti, sejatinya tidak boleh mencela orang yang tahu. Orang yang tidak tahu justru wajib bertanya dan memahami suatu perkara terlebih dulu. Bukan malah menolak dan mengkritik.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir bisa menjadi contoh untuk selalu belajar jika tidak tahu. Nabi Musa menyampaikan keinginannya untuk belajar kepada Nabi Khidir tentang hal yang tidak diketahuinya. Ini diabadikan dalam Alquran surat Al Kahfi ayat 66.

قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

"Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler