Ingin Bangun Kuil di Masjid al-Aqsha, Israel Sembelih Sapi Merah sebelum April 2025?
Kaum Yahudi ekstrem di Israel meyakini pentingnya ritual penyembelihan sapi merah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Temple Institute atau Machon HaMikdash merupakan sebuah lembaga yang menaungi para rabi Yahudi ultra-ortodoks. Institusi yang berdiri sejak 1987 di Israel (wilayah Palestina yang diduduki) ini dibentuk dengan satu tujuan, yakni mempersiapkan segala hal yang perlu demi terwujudnya Haikal Sulaiman III.
Dilansir dari laman resminya, Temple Institute sudah menyelesaikan pelbagai proyek untuk memperlancar rencana pembangunan kuil Yahudi itu. Misalnya, pada Juni 2008 pihaknya telah selesai membuat seragam khusus yang akan dipakai para pendeta Yahudi. Mereka inilah yang nantinya menyembelih sapi merah dan melakukan penyucian orang-orang Israel dengan air campuran abu bangkai hewan itu.
Bahkan, Temple Institute disebut-sebut juga telah menyiapkan berbagai perkakas yang nanti dipakai untuk menyusun satu per satu batu Haikal Sulaiman III. Menurut ajaran Yahudi, kuil ini tidak boleh dibangun dengan alat yang berbahan besi. Selain itu, institut ini membuat macam-macam perabot yang akan mengisi bangunan tempat pemujaan tersebut.
Temple Institute dan seluruh umat Yahudi ultra-ortodoks antusias dengan rencana penyembelihan sapi merah. Sebab, dengan itulah segala persiapan yang telah dilakukan tidak akan sia-sia dan impian membangun Haikal Sulaiman III dapat mulai diwujudkan.
Keyakinan kaum Yahudi heredi ihwal ritual sapi merah berdasarkan pada Kitab Bilangan, salah satu bagian dari Taurat atau Perjanjian Lama. Dalam surat ke-19, ayat ke-18 dan 19, terdapat teks yang dianggapnya sebagai perintah Tuhan kepada orang-orang Israel.
Ayat-ayat itu berbunyi, “Dan orang yang tahir harus mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air, dan memercikkannya ke atas tenda, dan ke semua perkakas, dan ke atas orang-orang yang ada di sana, dan ke atas orang yang menyentuh tulang, atau orang yang terbunuh, atau orang yang terbunuh. mati, atau kuburan.
Dan orang yang tahir harus memerciki orang yang najis pada hari ketiga dan hari ketujuh; dan pada hari ketujuh dia harus menyucikannya; dan dia harus mencuci pakaiannya, dan mandi dengan air, dan menjadi tahir.”
Apa yang dimaksud dengan sapi merah itu?
Sapi merah atau red heifer yang dimaksud, menurut keterangan Temple Institute, mesti sempurna. Dalam arti, lembu-lembu itu haruslah berwarna merah murni. “Tidak ada dua helai bulu pun yang warnanya berbeda (bukan merah), dan tidak ada cacat sedikit pun,” demikian Forward.com melansir dari laman Temple Institute.
Red heifer juga mesti betina; belum pernah melahirkan anak; tidak pernah dipakai untuk bekerja; tidak pernah dipakaikan pelana atau tusukan hidung; serta tidak pernah diambil air susunya.
Rencana penyembelihan sapi merah bukanlah sebuah keinginan yang baru. Kaum Yahudi Heredi sudah berusaha melakukannya setidaknya sejak ribuan tahun silam. Menurut tradisi lisan orang-orang ini, hanya lima sapi merah yang berhasil ditemukan dan kemudian disembelih sejak zaman Nabi Musa hingga hancurnya Haikal Sulaiman II pada era Romawi, sekitar dua ribu tahun lalu.
Ritual ini mengharuskan bahwa sapi merah disembelih pada usia tertentu. Bila Temple Institute benar merencanakan penyembelihan tepat pada hari Idul Fitri 1445 H, berarti hewan ini mesti dikurbankan sebelum April 2025. Artinya, ada jangka waktu sekira satu tahun sejak 10 April 2024.
Temple Institute dan orang-orang Yahudi Heredi di Israel tampaknya sudah percaya diri akan hal ini. Sebab, mereka mengeklaim telah menemukan red heifer yang dimaksud. Binatang berkaki empat itu didatangkan dari Amerika Serikat (AS) ke Israel (wilayah Palestina yang dijajah) pada 2022 lalu.