Takut Putranya diincar Iran, Netanyahu Minta Perlindungan dari AS

Yair Lapid tinggal di Miami dengan biaya pengamanan 680 ribu dolar AS per tahun.

Aleksey Nikolskyi/Sputnik Kremlin Pool Photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, kedua dari kiri, dan putranya Yair, kiri, berpose untuk foto di Tel Aviv, Israel, 23 Januari 2020.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta peningkatan keamanan untuk putranya Yair Netanyahu, yang tinggal di Amerika Serikat. Pemimpin zionis itu takut akan pembalasan yang diantisipasi oleh Iran, media lokal melaporkan pada Selasa (27/8/2024),setelah pembunuhan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran bulan lalu.

Baca Juga


Yair yang berusia 33 tahun itu telah tinggal di Miami, Florida sejak April 2023. Dia tinggal di bawah perlindungan dinas keamanan internal rezim, Shin Bet, dengan biaya sekitar 680.000 dolar AS per tahun, demikian dilaporkan situs berita Israel, Walla.

Outlet berita online tersebut mengutip sumber anonim yang dekat dengan perdana menteri, yang menyatakan bahwa Yossi Shelley, direktur jenderal kantor perdana menteri, baru-baru ini didekati oleh Komite Penasihat Shin Bet untuk Security Service. Mereka ingin meninjau keamanan Yair atas permintaan Netanyahu, karena beberapa pihak berspekulasi bahwa tokoh dan aset Israel di luar negeri akan menjadi sasaran sebagai bagian dari pembalasan Iran.

Komite penasihat tersebut meminta materi intelijen untuk menjustifikasi peningkatan keamanan, sumber tersebut menambahkan. Amerika Serikat siap untuk membela “Israel” jika terjadi serangan Iran, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada Selasa. Kirby mengacu pada operasi pembalasan Iran yang bersumpah untuk menanggapi pembunuhan martir Ismail Haniyeh di Teheran bulan lalu.

 

Berbicara dengan Israel Channel 12, Kirby mengatakan bahwa Washington menanggapi retorika Iran dengan serius. Meski demikian, Kirby mengungkapkan, sulit untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya pembalasan.

US National Security Council spokesperson John Kirby speaks about Israels intensifying attack on northern Gaza from the press briefing room of the White House in Washington, DC, USA, 30 October 2023. More than 8,000 Palestinians and at least 1,400 Israelis have been killed, according to the Israel Defense Forces (IDF) and the Palestinian health authority, since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October 2023 and the Israeli operations in Gaza and the West Bank that followed it. - ( EPA-EFE/JIM LO SCALZO)

“Kami percaya bahwa [Iran] masih memiliki postur dan siap untuk melancarkan serangan jika mereka ingin melakukannya, itulah sebabnya kami memiliki kekuatan yang ditingkatkan di wilayah tersebut,” katanya kepada outlet berita tersebut.

Menyusul pembunuhan Haniyeh oleh Israel selama kunjungan resminya ke Teheran, Washington tidak mengutuk serangan tersebut atau mengkritik pelanggaran kedaulatan dan keamanan Republik Islam.

“Pesan kami kepada Iran konsisten, telah dan akan tetap konsisten. Pertama, jangan lakukan itu. Tidak ada alasan untuk meningkatkan hal ini,” kata Kirby tanpa menyebutkan agresi Israel.“Tidak ada alasan untuk memulai semacam perang regional habis-habisan. Dan nomor dua, kami akan siap untuk membela Israel jika hal itu terjadi,” lanjutnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, militer AS telah meningkatkan kehadirannya di Timur Tengah dalam upaya untuk menghalangi serangan baru yang besar oleh Iran atau sekutunya, mengirimkan kelompok serangan kapal induk Abraham Lincoln untuk menggantikan kelompok serangan kapal induk Theodore Roosevelt.

Hizbullah pada Ahad lalu melakukan “respon awal” terhadap pembunuhan komandan militer seniornya, Sayyed Fouad Shokor, oleh Israel bulan lalu di Beirut.

Jerman dan Inggris pada Rabu (28/8/2024), berharap ada kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Dua negara ini mendesak otoritas Israel mengizinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza.

Dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Berlin, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa mereka berdua sangat “khawatir” dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Dia menambahkan bahwa penderitaan warga Gaza kian meningkat, begitu pula risiko terjadinya konfrontasi.

"Kami mendesak semua pihak untuk segera melanjutkan negosiasi guna mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera,” kata Scholz.

Dia juga meminta otoritas Israel untuk mengambil langkah-langkah guna menghindari korban jiwa di Gaza dan mengizinkan pengiriman lebih banyak bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Palestina itu. “Saya sangat prihatin dengan situasi kemanusiaan yang sedemikian buruk di Gaza, dan kurangnya perlindungan untuk warga sipil serta pekerja bantuan kemanusiaan,” kata Scholz.

"Pada tahap ini, Israel harus lebih banyak berbuat." Sementara itu, Starmer menegaskan bahwa kedua negara perlu memiliki pandangan yang sama mengenai penyelesaian konflik Timur Tengah, dan mereka akan terus bekerja sama mencari penyelesaian politik.

Dia menyerukan pembukaan akses kemanusiaan tidak terbatas ke Gaza dan menekankan pentingnya upaya bersama untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah serta mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Starmer mengatakan bahwa pembentukan negara Palestina yang berdampingan dengan Israel akan menjadi “satu-satunya cara” untuk mencapai perdamaian dan keamanan jangka panjang bagi warga kedua negara. “

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler