Bukan Pengemis, Siapa Orang Miskin Sesungguhnya Menurut Hadits?
Hadits menerangkan tentang orang miskin yang sesungguhnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, kita kerap melihat banyak pengemis di jalanan yang suka meminta-minta. Ada yang memberi karena rasa kasihan kepada mereka karena kita menyangka mereka miskin.
Padahal, banyak informasi yang memberitakan bahwa banyak di antara pengemis itu ternyata orang yang berpunya. Bahkan ada yang memiliki rumah dan kendaraan yang sangat layak.
Sejumlah lembaga keagamaan dan pemerintah daerah telah membuat aturan tentang larangan memberi uang kepada pengemis. Di antaranya, pada 2021 lalu, MUI Sulawesi Selatan telah mengeluarkan fatwa haram memberi uang kepada pengemis.
Selain itu, Perda Nomor 14 Tahun 2014 Kota Semarang pasal 24 juga menyatakan, setiap orang dilarang memberikan uang dan atau barang dalam bentuk apapun ke anak jalanan, gelandangan, dan pengemis, di jalan-jalan umum dan atau lampu merah.
Lalu, siapa orang miskin sesungguhnya? Terkait hal ini, Rasulullah telah memberikan petunjuk tentang orang miskin sesungguhnya dan layak untuk dibantu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ليسَ المِسْكِينُ الذي يَطُوفُ علَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ واللُّقْمَتَانِ، والتَّمْرَةُ والتَّمْرَتَانِ، ولَكِنِ المِسْكِينُ الذي لا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ، ولَا يُفْطَنُ به، فيُتَصَدَّقُ عليه ولَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ
“Orang miskin bukan hanya yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain lalu mereka diberi makanan sesuap atau dua suap, atau sebiji-dua biji kurma. Namun orang miskin adalah orang yang tidak mendapatkan kecukupan untuk menutupi kebutuhannya. Dan ia tidak menampakkan kemiskinannya sehingga orang-orang bersedekah kepadanya, dan ia juga tidak minta-minta kepada orang lain” (HR Bukhari dan Muslim)
Buya H Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah II menjelaskan orang miskin sesungguhnya adalah orang yang tidak memiliki kecukupan persediaan makanan untuk makan seharian. Tapi dia tidak menunjukkan kemiskinannya dengan tidak suka meminta-minta kepada orang lain.
"Orang miskin seperti inilah yang harus benar-benar dibantu. Karena orang miskin yang tidak menampakkan kemiskinannya bisa kelaparan. Dia tidak punya apa-apa dan tidak ada yang tahu bahwa dia hidup kekurangan," tulis Buya Alfis.
Dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 83, Allah telah memerintahkan kita untuk menolong fakir miskin:
وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ
wa idz akhadznâ mîtsâqa ban isrâ'îla lâ ta‘budûna illallâha wa bil-wâlidaini iḫsânaw wa dzil-qurbâ wal-yatâmâ wal-masâkîni wa qûlû lin-nâsi ḫusnaw wa aqîmush-shalâta wa âtuz-zakâh, tsumma tawallaitum illâ qalîlam mingkum wa antum mu‘ridlûn
Dan (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.