Abu Ubaida Ungkap Ulah Netanyahu di Balik Tewasnya Enam Sandera Israel
Diantara enam mayat tersebut merupakan tentara Israel-Amerika
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Pembantaian Israel di kamp Nuseirat yang dianggap sebagai operasi pembebasan sandera telah membuat pihak perlawanan Palestina mempunyai cara baru terhadap sandera. Juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaida menegaskan, para pejuang Palestina telah diberi instruksi baru tentang bagaimana “menangani” tawanan jika tentara pendudukan Israel mendekati tempat penahanan mereka di Gaza.
Penemuan enam mayat tawanan, yang diantaranya merupakan tentara Israel-Amerika Hirsch Goldberg-Polin diungkap Tentara Penjajah Israel (IDF). Menurut Abu Ubaida, Perdana Menteri Israel Netanyahu dan tentara penjajah memikul tanggung jawab penuh atas kematian para tawanan.
Mereka dengan sengaja menghalangi kesepakatan pertukaran tawanan demi kepentingan politik, dan dengan sengaja membunuh puluhan tawanan melalui serangan udara langsung.“Kami (mengumumkan keputusan ini) kepada semua orang, dengan jelas dan eksplisit,” kata Abu Ubaida.
“Sudah jelas bahwa desakan Netanyahu untuk membebaskan para tawanan melalui tekanan militer, daripada menegosiasikan kesepakatan, dapat mengakibatkan kembalinya para tawanan ke keluarga mereka dalam peti mati, membuat keluarga harus memilih antara menerima mereka dalam keadaan hidup atau mati,” kata juru bicara tersebut.
Pembantaian berdarah di Nuseirat
Sebuah video yang dirilis pada Ahad oleh Brigade al-Qassam mengonfirmasi laporan sebelumnya bahwa keenam tawanan tersebut seharusnya dibebaskan pada tahap pertama dari kesepakatan pertukaran tawanan yang sedang dibahas selama perundingan gencatan senjata yang dimediasi, yang kemudian disabotase oleh Israel.
Halaman selanjutnya ➡️
“Netanyahu memilih Koridor Philadelpia daripada pembebasan tawanan Anda,” kata pihak Perlawanan dalam video tersebut.
Pasukan pendudukan Israel pada Juni lalu melancarkan serangkaian serangan udara berat di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Serangan tersebut menyebabkan lebih dari 200 orang Palestina gugur dan melukai lebih dari 400 orang dalam apa yang digambarkan sebagai salah satu pembantaian paling berdarah sejak perang di Gaza dimulai.
Israel mengatakan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari operasi yang bertujuan mengambil tawanan. Meski IDF menemukan dan membawa kembali empat tawanan, serangan tersebut menewaskan beberapa tawanan lainnya, demikian pengumuman pihak Perlawanan.
Dalam podcast Haaretz pada Ahad, analis senior Amos Harel berpendapat bahwa kematian para tawanan baru-baru ini telah mengungkapkan kepada publik Israel bahwa kepercayaan Netanyahu terhadap tekanan militer sebagai satu-satunya cara untuk mengamankan pembebasan para tawanan adalah salah.
“Hasilnya jelas bagi semua orang: Jika dalam operasi-operasi ini, terutama terowongan, kita kehilangan elemen kejutan, ada kemungkinan besar akan ada lebih banyak sandera yang tewas dalam situasi yang sama,” ujar Harel.