Mogok Massal, Tentara Stres, dan Ekonomi Ambruk: Israel Lebih Rapuh dari Sarang Laba-Laba?
Israel mengalami guncangan internal hebat yang tak digabung-gaungkan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Klaim yang selalu digembor-gemborkan Israel sebagai negara kuat, ternyata tidak sepenuhnya benar, bahkan sebagian besarnya adalah mitos. Serangan 7 Oktober 2023 menjadi kunci pandora yang membuka semua kelemahan negara zionis itu.
Yang paling anyar tentu adalah pemogokan massal yang terjadi di hampir semua sektor layanan publik di Israel.
Pemogokan umum mulai diberlakukan di Israel pada hari Senin (1/9/2024) pagi sebagai bentuk solidaritas terhadap keluarga-keluarga para tahanan yang ditahan di Jalur Gaza dan menentang pemerintah Benjamin Netanyahu yang menghalangi kesepakatan pertukaran tahanan untuk mengembalikan mereka.
Otoritas lokal, kotamadya, universitas, sekolah, transportasi umum dan sejumlah kementerian berpartisipasi dalam aksi mogok kerja, sementara Bandara Ben Gurion mengalami kekacauan setelah para pekerja dan maskapai penerbangan Israel memutuskan untuk melanjutkan aksi mogok kerja.
Radio Angkatan Darat Israel mengutip seorang hakim pengadilan tenaga kerja yang mengatakan bahwa pengadilan menerima proposal federasi serikat buruh Histadrut mengenai pemogokan dan tidak akan mengeluarkan surat perintah penangkapan.
Fenomena kekacauan semacam ini, mengingatkan kita pada pernyataan Abu Ubaidah, juru bicara Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas yang menyatakan bahwa Israel adalah negara yang rapuh, serapuh sarang laba-laba.
Dalam pidatonya yang monumental itu, Abu Ubaidah dengan percaya diri mengatakan dalam televisi resmi Hamas, Al-Aqsa:
الاحتلال أوهن من بيت العنكبوت والنصر صبر ساعة
“Penjajah Zionis Israel, lebih lemah dari rumah laba-laba, kemenangan tinggal menunggu waktu.”
Pernyataan Abu Ubaidah ini tak elak membakar semangat para pejuang sekaligus membuka mata tentang fakta sebenarnya kekuatan Zionis Israel.
BACA JUGA: Protes Keras RS Medistra Soal Jilbab, Siapa Dr Diani? Kakeknya Tokoh Utama Muhammadiyah
Menariknya, kalimat lebih lemah dari rumah laba-laba diadopsi dari surat al-Ankabut ayat ke-41. Allah SWT berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُون
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”
Tak hanya stabilitas...
Tak hanya stabilitas nasional, militer Israel juga demikian. Mitos betapa kuatnya militer Israel terpatahkan. Faktanya banyak tentara Israel yang terkena mental atau sakit jiwa, bahkan tidak sedikit di antaranya yang bunuh diri.
Ribuan tentara Israel yang kembali dari Jalur Gaza menderita gangguan stres pascatrauma. Sejauh ini tercatat lebih dari 10 ribu tentara cadangan telah meminta layanan kesehatan mental.
The Jerusalem Post melaporkan, seorang tentara melakukan bunuh diri setelah menerima perintah untuk kembali bertugas militer di Jalur Gaza.
Sebelumnya, surat kabar Israel Haaretz mengungkapkan bahwa 10 perwira dan tentara Israel telah melakukan bunuh diri sejak 7 Oktober 2023 sampai bulan-bulan awal 2024. Tidak sedikit tentara Israel yang bunuh diri dalam pertempuran di pemukiman sekitar Gaza.
Investigasi media Israel Haaretz menunjukkan, kasus bunuh pada tentara Israel sudah terjadi pada hari-hari awal perang, sebelum invasi darat Israel ke Gaza.
Daftar tersebut, yang tidak diungkapkan oleh pihak militer, mencakup beberapa tentara, termasuk dua perwira, dengan pangkat mayor dan letnan kolonel.
Beberapa di antaranya bunuh diri pada jam-jam pertama pertempuran, ketika pertempuran masih berkecamuk di sekitar Gaza.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan, jajak pendapat internal militer menunjukkan hanya 42 persen perwira Israel yang tetap ingin melanjutkan dinas militer setelah perang di Gaza. Angka tersebut turun dari 49 persen pada Agustus tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Protes Larangan Jilbab, Diani Keluar dari RS Medistra: Insya Allah Rezeki Ada Dimana pun
Selain itu, laporan dari Israel menunjukkan adanya kekurangan tentara di pasukan cadangan saat perang memasuki bulan kesembilan, sehingga mendorong tentara Israel untuk mencari sukarelawan untuk berperang di Gaza, tulis Palestine Chronicle, Senin (9/6/2024).
Pertahanan yang diklaim hebat juga demikian. Kelompok Hizbullah di Lebanon pada Jumat (8/12/2023) mengatakan bahwa mereka berhasil melakukan 8 serangan militer terhadap basis militer Israel di dekat daerah perbatasan selatan Lebanon.
Seorang tentara...
Seorang tentara cadangan pasukan penjajahan Israel tewas dan 10 orang lainnya terluka akibat serangan Hizbullah ke Israel utara pada Rabu (5/6/2024). Pertahanan udara dan sistem peringatan dini Israel tak sempat mengantisipasi serangan tersebut.
The Times of Israel melansir, setidaknya 10 tentara Israel lainnya terluka dalam serangan yang diklaim Hizbullah dengan menggunakan drone bermuatan bahan peledak di Israel utara pada Rabu itu.
Sistem sirene peringatan dini yang tiba-tiba tak berfungsi memungkinkan drone Hizbullah menembus kompleks militer Israel tersebut.
Belum lama ini, Hizbullah mengatakan para pejuangnya melancarkan serangan udara dengan segerombolan drone terhadap posisi artileri milik Batalyon 411 (bagian dari Brigade Pemadam Kebakaran 288) di Neve Ziv, menargetkan titik berkumpul para perwira dan tentara Israel.
Dikatakan bahwa serangan tersebut mencapai sasaran, menyebabkan korban jiwa, dan memicu kebakaran di pihak Israel. Perlawanan mengatakan operasi tersebut merupakan respons terhadap pembunuhan oleh Israel di kota al-Shehabiyeh.
Israel dilaporkan tidak siap menghadapi kerusakan yang akan dialami infrastruktur ketenagalistrikan jika terjadi perang besar-besaran dengan Hizbullah.
Demikian peringatan kepala perusahaan yang bertanggung jawab merencanakan sistem kelistrikan negara tersebut pada Kamis.
“Kami tidak berada dalam situasi yang baik, dan kami tidak siap menghadapi perang sesungguhnya. Saat ini kita hidup dalam khayalan,” kata Shaul Goldstein, yang memimpin Independent System Operator Ltd Israel, yang dikenal dengan inisial Ibrani NOGA dilansir the Times of Israel.
Para pejabat Amerika Serikat memiliki kekhawatiran serius bahwa perang besar antara Israel dan Hizbullah dapat membuat pertahanan udara Israel di utara kewalahan, Sistem pertahanan udara Iron Dome yang dibanggakan Israel disebut tak mampu menahan serangan Hizbullah, kata tiga pejabat Amerika Serikat.
Sementara itu, perekonomian juga tak kalah terpukul semakin menunjukkan betapa rapuhnya Israel. Sebagai contoh, Bisnis Israel telah terpukul keras oleh perang, menurut penelitian tersebut, dengan banyak perusahaan yang tutup dan perdagangan serta investasi yang melambat tajam.
Data semi-resmi menunjukkan bahwa 726 ribu perusahaan Israel telah tutup sejak dimulainya perang, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 800 ribu pada akhir tahun ini.
Angka ini setara dengan sekitar 10 persen dari total jumlah perusahaan yang terdaftar di Israel, dan banyak perusahaan internasional seperti Nestle dan Zara telah menarik diri sebagian atau seluruhnya dari pasar Israel, yang pada gilirannya mempengaruhi perdagangan internal dan eksternal.
Investasi asing langsung turun sebesar 40 persen, dari 25 miliar dolar AS pada 2023 menjadi 15 miliar dolar AS pada paruh pertama 2024, yang mencerminkan menurunnya kepercayaan investor asing terhadap pasar Israel.
Volume ekspor turun 15 persen pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang berdampak negatif pada pendapatan.