Tak Hanya Putri Norwegia, Ini 5 Sosok yang Rela 'Pergi' dari Kerajaan demi Cinta

Mereka memutuskan mundur dari tugas kerajaan demi pasangan yang bukan bangsawan.

AP
Putri Mako (kanan) memandang tunangannya Kei Komuro. Selain Putri Mako, ada beberapa putri dan pangeran kerajaan yang rela meninggalkan istana demi cinta kepada pasangannya.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua anggota keluarga kerajaan memilih untuk menjalani kehidupan sebagai bangsawan sepanjang hidup mereka. Beberapa dari mereka ada yang memutuskan untuk mundur dari tugas kerajaan hingga melepaskan gelar kerajaan demi pasangan yang bukan berasal dari bangsawan.

Baca Juga


Berikut adalah beberapa daftar anggota keluarga kerajaan yang mengundurkan diri demi pasangan seperti dilansir People, Kamis (5/9/2024):

1. Putri Martha Louise

Putri Norwegia Martha Louise (kiri) dan suaminya Durek Verret. Pernikahan keduanya mendapat sorotan publik. - (Dok. Instagram/@iam_marthaluise)

 

Putri Martha Louise tengah menjadi perbincangan hangat setelah melakukan pernikahan bersama seorang dukun asal AS, Durek Verret, pada Sabtu (2/9/2024). Ia menikah setelah menjalin romansa sejak 2019 dan bertunangan pada Juni 2022.

Rupanya, sejak 2019, Putri Norwegia ini sepakat untuk berhenti menggunakan gelarnya dalam kegiatan bisnisnya setelah keluarga kerajaan Norwegia menolak penggunaan gelar dalam tur ceramahnya bersama Verret bertajuk “Princess and the Shaman”. Meski demikian, ia masih mempertahan gelar tersebut dalam kapasitas resmi sebagai anggota kerajaan. Pada 2022, ia mengambil langkah lebih jauh dengan melepaskan seluruh perlindungan kerajaannya dan mundur dari tugas sebagai anggota keluarga kerajaan, demi menciptakan batas yang lebih jelas antara kegiatan bisnis spiritualnya dan peran kerajaan.

2. Putri Mako

Putri Mako Jepang dan tunangannya Kei Komuro saling memandang selama konferensi pers di Akasaka East Residence di Tokyo. - (AP/Shizuo Kambayashi)

 

Putri Mako, keponakan Kaisar Jepang Naruhito, menikahi kekasih lamanya Kei Komuro dalam sebuah upacara sederhana di kantor catatan sipil pada tanggal 26 Oktober 2021. Dengan menikahi Komuro, yang bukan keturunan bangsawan, Putri Mako rela melepaskan gelar kerajaan dan segala fasilitas yang menyertainya.

Selain itu, Putri Mako menolak dana kompensasi sebesar 1,3 juta dolar AS, yang biasanya diberikan kepada anggota perempuan keluarga kerajaan Jepang yang meninggalkan status mereka setelah menikah. Pernikahan ini sempat tertunda selama empat tahun akibat sentimen negatif publik, dan Mako mengungkapkan bahwa tekanan media menyebabkan dirinya mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

3. Pangeran Harry

Pangeran Harry dan Meghan Markle. - (EPA-EFE/JASON SZENES)

 

Pangeran Harry bersama istrinya, Meghan Markle, mengumumkan keputusan mengejutkan untuk mundur sebagai anggota senior keluarga kerajaan Inggris pada awal 2020. Salah satu alasan Pangeran Harry mundur adalah ingin melindungi Meghan dari tekanan yang dialami dari media dan kehidupan sebagai anggota keluarga kerajaan.

Pasangan ini juga memutuskan keluar sebagai anggota kerajaan agar dapat menjalani kehidupan yang lebih mandiri di luar sorotan karir di bidang lain. Keputusan ini berdampak besar pada hubungan mereka dengan kerajaan, terutama terkait tanggung jawab resmi dan hak istimewa yang sebelumnya mereka nikmati.

4. Putri Ayako

Putri Ayako dan Kei Moriya. - (DOK. EPA-EFE/KOJI SASAHARA / POOL)

 

Putri Ayako dari Jepang juga memilih cinta di atas status bangsawan ketika ia menikahi seorang eksekutif perkapalan. Dengan pernikahan tersebut, ia kehilangan gelar dan hak-hak kerajaannya, serta berganti nama menjadi Ayako Moriya.

Meskipun begitu, Putri Ayako mengaku sangat bahagia dengan pilihan hidupnya. Ia pun berharap bisa membangun keluarga yang harmonis seperti orang tuanya.

5. Pangeran Michael dari Kent

Pangeran Michael dari Kent dan Baroness Marie Christine von Reibnitz. - (DOK. EPA-EFE/ISABEL INFANTES EDITORIAL USE O)

 

Ketika Pangeran Michael dari Kent menikahi Baroness Marie Christine von Reibnitz, seorang Katolik, ia harus kehilangan tempatnya dalam garis suksesi tahta Inggris karena aturan dalam Undang-Undang Penetapan (Act of Settlement) 1701. Undang-undang ini secara tegas melarang siapapun yang beragama Katolik atau menikah dengan seorang Katolik untuk duduk di takhta Inggris. Namun, dengan perubahan hukum pada 2013, ia kembali mendapatkan tempatnya dalam garis suksesi, meski posisi ini hanya bersifat seremonial.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler