Israel Klaim Berhasil Bunuh Sekjen Hizbullah Hasan Nasrallah

Hasan Nasrallah telah lama menjadi sasaran penting bagi Israel.

futurodelmundo
Sayed Hasan Nasrallah
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Seorang juru bicara militer Israel pada Sabtu (28/9/2024) memberi keterangan jika Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut.

Baca Juga


Israel mengklaim, Nasrallah tewas  dalam serangan udara intensif dan belum pernah terjadi sebelumnya pada Jumat malam oleh jet F-35 Israel  di lingkungan Haret Hreik, benteng utama Hizbullah di Beirut selatan. Tak lama setelah serangan itu, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan serangan itu menargetkan markas besar Hizbullah, yang ia klaim dibangun di bawah bangunan sipil, lapor Anadolu Ajansi. 

Nasrallah telah lama menjadi sasaran penting bagi Israel karena kepemimpinannya di Hizbullah, salah satu musuh militer utama Hizbullah. Israel telah melakukan beberapa upaya untuk membunuhnya dalam konflik bersenjata sebelumnya, tetapi semuanya gagal. Hingga berita ini diturunkan, Hizbullah belum mengeluarkan pernyataan mengenai keterangan Israel tersebut.

 

Siapakah Hassan Nasrallah?

Hassan Nasrallah lahir pada tanggal 31 Agustus 1960, di desa Bazouriyeh, dekat Tyre di Lebanon selatan. Ia menikah dengan Fatima Yassin, dan mereka memiliki lima orang anak: Hadi, Zeinab, Mohammad Jawad, Mohammad Mahdi, dan Mohammad Ali.

Anak tertuanya, Hadi, tewas dalam bentrokan dengan tentara Israel di Lebanon selatan pada tahun 1997. Nasrallah menerima pendidikan agama di seminari-seminari Muslim Syiah di Lebanon, Irak, dan Iran. Ia bergabung dengan gerakan politik di sekolah menengah atas bernama Amal dan naik jabatan di biro politiknya pada tahun 1979.

Pada tahun 1982, di tengah perselisihan tentang cara melawan invasi Israel ke Lebanon, Nasrallah dan yang lainnya meninggalkan Amal dan bergabung dengan Hizbullah, sebuah kelompok yang baru dibentuk. Ia ditugaskan untuk memobilisasi para pejuang di Lembah Bekaa di negara itu.

Pada tahun 1985, Nasrallah pindah ke ibu kota Beirut dan menjadi wakil kepala daerah tersebut. Kemudian, ia memangku jabatan kepala eksekutif, yang bertugas melaksanakan keputusan Dewan Syura kelompok tersebut.

 

Kepemimpinan Nasrallah di Hizbullah

 

Nasrallah menjadi sekretaris jenderal Hizbullah pada 16 Februari 1992, setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi, terbunuh dalam serangan udara Israel.

Di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah melancarkan serangkaian operasi strategis terhadap Israel, yang berpuncak pada penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000 setelah pendudukan selama 22 tahun.

Pada tahun 2004, ia memainkan peran kunci dalam negosiasi pertukaran tahanan besar-besaran dengan Israel, yang berujung pada pembebasan ratusan tahanan Lebanon dan Arab.

Perannya dalam mengamankan penarikan Israel dari Lebanon selatan secara lokal membuatnya mendapat gelar "pemimpin perlawanan," terutama setelah konfrontasi Hizbullah dengan Israel selama Perang Lebanon 2006.

Pidato-pidatonya yang berapi-api dan komitmennya untuk membalas serangan Israel, khususnya dalam membela warga Palestina, semakin meningkatkan popularitasnya di seluruh dunia Arab dan Islam.

Namun, popularitas Nasrallah menurun karena dukungan Hizbullah terhadap rezim Suriah melawan pasukan oposisi selama perang saudara Suriah yang sedang berlangsung, yang meletus pada tahun 2011.

Ketenarannya bangkit kembali setelah operasi "Badai Al-Aqsa" yang diluncurkan oleh faksi-faksi Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam, terhadap permukiman Israel di dekat Gaza pada 7 Oktober 2023.

Serangan Israel di Gaza, yang kini mendekati ulang tahun pertamanya, telah mengakibatkan lebih dari 137.000 korban Palestina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler