Tak Disangka, Begini Peran PCI Nahdlatul Ulama di Luar Negeri

Rais Amm PBNU: PCI Nahdlatul Ulama di luar negeri ibarat duta bangsa.

Dok. Republika
Rais Syuriyah PBNU Mohammad Nuh.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Rais Amm Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan keberadaan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di luar negeri ibarat perwakilan, delegasi atau duta yang sangat membantu bangsa dan NU di Tanah Air.

Baca Juga


KH Miftachul Akhyar dalam sambutan Maulidur Rasul PCINU Malaysia di Kuala Lumpur, Selasa (2/10) malam, mengatakan meski jauh di luar negeri tapi tetap berjuang menghidupkan NU, yang tentu lebih berat dan lebih sukar berjuang di negeri orang dibanding di negeri sendiri.

“Semua dilakukan, tapi tidak dapat 'tepuk tangan’ di negaranya, ‘tepuk tangan’nya di sini hari ini. Tapi pahalanya tidak kurang dibanding dengan yang melakukannya di Jakarta atau Surabaya. Bagaimana tidak, (berada) di negeri orang untuk mengubah nasib mencari penghidupan yang lebih baik, tapi juga berjuang dan tidak lupa jamiah sebagai bentuk kewajiban kita,” kata dia.

NU, lanjutnya, adalah kumpulan yang memiliki tata tertib, aturan, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) sendiri menuju organisasi yang sistemik yang nantinya dapat menjadi kebanggaan.

“Termasuk Dubes (Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono) juga bangga dengan panjenengan (karena) tugas beliau terbantu. Ini luar biasa,” ujar Miftachul Akhyar dalam sambutannya yang diikuti secara daring.

Ia mengatakan meski berada di luar negeri, namun di hati warga Nahdiyin di Malaysia tetap ingat tanah kelahiran, selalu rindu untuk kembali, untuk memakmurkan negeri kelahiran. Hal itu seperti juga disebutkan dalam Al Quran, kata dia, terjadi pada Rasulullah SAW saat ada di Madinah, yang selalu ada keinginan untuk kembali ke tempat kelahiran.

“Pertanyaannya apakah panjenengan rindu rumah selama di sini? Rasanya kalau sudah sukses kembali ya. Allahuma Aamiin,” kata Miftachul Akhyar.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan penghargaan terhadap Rasulullah yang selalu menghabiskan waktu untuk memikirkan umatnya. Karenanya, ia mengatakan semua perlu mempelajari dan mempertebal lagi keimanan, melihat bagaimana perjuangan dakwah Nabi yang tidak mudah, melalui ancaman pembunuhan, pengusiran, yang semuanya dilewati dengan tidak mudah.

Sebagai utusan akhir zaman untuk menyempurnakan agama samawi, ia mengatakan, Nabi Muhammad SAW tentu telah dibekali. Namun demikian tetap menghadapi masalah dan berjuang setahap demi setahap sehingga sukses seperti yang diharapkan.

Nabi Muhammad tidak sendirian dalam perjuangannya karena Nabi-nabi pendahulunya pun juga tentu menghadapi permasalahan. Artinya, kata Miftachul Akhyar, mendengarkan kisah-kisah pendahulu penting, karena itu ada haul atau juga peringatan Maulid Nabi.

Selain dihadiri keluarga besar NU di Malaysia, kegiatan Maulidur Rasul di Kuala Lumpur itu juga dihadiri oleh Rais Syuriyah PBNU Mohammad Nuh, Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono, Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Kuala Lumpur Wisnu Krisnamurthi, Rais Syuryiah PCINU Malaysia Kyai Abdul Bari.

KH Miftachul Akhyar melakukan kunjungan resmi ke Malaysia pada 30 September dan 1 Oktober 2024 dan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, untuk membahas berbagai isu strategis yang melibatkan hubungan antara kedua negara. Selain itu juga menjadi pembicara kunci di Forum Serantau Yapiem, yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi madani melalui sinergi antara negara-negara serantau.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler