Media Barat Bungkam Atas Kekejian Israel dan Siasat Keji Sembunyikan Fakta

Media Barat tak mampu membela keadilan untuk Palestina

AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina mencari jenazah dan korban selamat di reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan udara Israel, di Rafah selatan Jalur Gaza, Rabu, 20 Desember 2023. Data Pusat Satelit PBB (UNOSAT), operasi militer Israel di Jalur Gaza merusak atau menghancurkan hampir 66 persen dari total bangunan di wilayah itu dalam tempo setahun.
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Asisten Profesor Psikologi di Universitas Shahid Motahari di Iran mengkritik media massa barat karena menutupi kejahatan Israel, dengan menyatakan bahwa orang-orang tidak boleh bersikap pasif terhadap narasi perang yang menakutkan.

Baca Juga


Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita MEHR News Agency pada Selasa (8/10/2024), Mehrnesa Shahabi mengungkapkan kekhawatirannya tentang kecemasan sosial terkait bagaimana serangan Iran terhadap Israel digambarkan di media barat.

"Saat ini, media global, yang sebagian besar dipengaruhi oleh rezim Zionis dan Amerika Serikat, bertujuan untuk menciptakan keraguan dan kecemasan di antara orang-orang di Iran," kata Mehrnesa Shahabi, dikutip dari laman MEHR News Agency, Selasa (8/10)

Mehrnesa Shahabi menekankan dampak psikologis dari operasi media massa, khususnya narasi Israel tentang ketakutan akan perang dan kemungkinan tanggapan yang keras dan tidak dapat diperbaiki dari rezim Zionis.

Mengacu pada perlunya psikolog untuk menghadapi dampak psikologis media barat, ia menekankan pentingnya psikolog mengambil peran aktif dalam memberikan narasi langsung, misalnya, bagaimana menjelaskan masalah-masalah negara tersebut.

Ia juga menyebutkan bahwa memberikan penjelasan dan menganalisis kepribadian orang-orang di Gaza dan Lebanon dapat membantu meredakan ketakutan dan kecemasan.


"Ketika media asing (Barat) menggambarkan tindakan Israel sebagai hal yang wajar dan menggambarkan mereka sebagai pihak yang tertindas, hal itu dapat meningkatkan ketakutan dan kecemasan di antara masyarakat," katanya.

BACA JUGA: Sadis, Jasad Puluhan Ribu Syuhada Menguap Jadi Pertikel tak Kasat Mata Akibat Bom Israel 

Shahabi menambahkan, media asing sering menggunakan retorika yang menggambarkan semua tindakan Iran sebagai hal yang negatif dan agresif, melabeli mereka sebagai teroris.

"Kita seharusnya tidak membiarkan orang menjadi pasif dan takut karena narasi perang yang menakutkan. Sebaliknya, kita harus mengadopsi mentalitas jihad dan pertahanan untuk secara aktif mengatasi perasaan lemah," ujar Shahabi.

Setelah Iran...

 

Setelah Iran meluncurkan gelombang rudal balistik ke Israel pada Kamis (1/10/2024), dengan rekaman video yang menunjukkan banyak rudal yang mengenai target mereka, Israel menutup beberapa zona militer dan melarang publikasi laporan mengenai lokasi jatuhnya rudal.

Penyensoran dari Israel menyulitkan untuk menilai kerusakan penuh dari serangan Iran, dengan AS dan Israel mengirimkan pesan yang beragam mengenai ukuran dan dampak serangan Teheran.

Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu bahwa penilaian awal Israel atas serangan tersebut menunjukkan kerusakan kecil pada pangkalan militer.

Serangan Iran menghantam pangkalan udara Nevatim di Gurun Negev, di mana Israel menempatkan beberapa jet tempur F-35. Namun militer Israel menolak untuk berbagi dengan Journal mengenai tingkat kerusakan pangkalan udara tersebut.

Militer mengatakan “tidak ingin memberikan informasi kepada Iran” yang dapat membantu Teheran memahami seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh serangannya.

Beberapa rudal juga ditemukan di dekat Laut Mati, dekat dengan lokasi fasilitas nuklir Israel. Tidak jelas apakah rudal-rudal tersebut dicegat oleh Israel atau AS, menurut laporan tersebut.

Satu rudal menghantam sebuah sekolah di sekitar kota Gedera, dengan foto-foto akibatnya menunjukkan sebuah kawah besar di tanah dan kerusakan struktural yang parah pada bangunan-bangunan di dekatnya.

Israel mengatakan bahwa militernya dan koalisi sekutunya termasuk Amerika Serikat dan Inggris berhasil mencegat sebagian besar rudal tersebut.

Namun, rekaman video online menunjukkan sejumlah rudal mendarat di dalam wilayah Israel dan meledak tanpa bisa dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome milik Israel.

Serangan-serangan tersebut menyebabkan dua orang terluka di Israel, sementara satu orang Palestina tewas akibat pecahan peluru di kota Yerikho di Tepi Barat yang diduduki.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, mengatakan dalam sebuah wawancara singkat dengan para wartawan pada hari Selasa bahwa serangan Iran tersebut merupakan eskalasi yang signifikan dari Teheran dan juga “tidak efektif”.

“Singkatnya, berdasarkan apa yang kita ketahui saat ini, serangan ini tampaknya telah dikalahkan dan tidak efektif. Kata 'kabut perang' diciptakan untuk situasi seperti ini. Ini adalah situasi yang berubah-ubah,” katanya.

Sementara itu, Korps Garda Revolusi Islam Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah bahwa 90 persen rudal yang diluncurkannya berhasil mencapai target.


Iran mengatakan pihaknya meluncurkan serangan tersebut sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel, serta pembunuhan yang baru-baru ini terjadi terhadap pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan IRGC Abbas Nilforoushan di selatan Beirut.

BACA JUGA: Terungkap, Keyakinan Agama di Balik Aksi Brutal Israel di Gaza dan Lebanon Bocor di Media

Penyensoran Israel terhadap serangan Iran bukanlah hal baru, dan pemerintah Israel telah meningkatkan penyensorannya selama perang yang sedang berlangsung di Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023 setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan.

Sebuah laporan dari Majalah +972 menemukan bahwa pada tahun 2023, militer Israel melarang 613 artikel untuk diterbitkan oleh media di Israel. Jumlah tersebut merupakan rekor bagi majalah tersebut, yang mulai melacak penyensoran pada tahun 2011.

Majalah ini juga menemukan bahwa 2.703 artikel tambahan telah disunting, yang merupakan jumlah penyuntingan tertinggi sejak tahun 2014, tahun di mana Israel juga melancarkan perang terhadap Gaza.

Militer Israel...

Militer Israel (IDF) pada Kamis (1/10/2024) menyatakan bahwa misil balistik Iran telah dikirim menuju Israel. Dilaporkan the Guardian mengutip Reuters, sirene telah meraung-raung di Tel Aviv dan Yerusalem.

Menurut beberapa saksi kepada Reuters, ledakan bisa terdengar di Tel Aviv dan sirene peringatan terdengar di penjuru kota metropolitan itu. Hal yang sama dikatakan saksi kepada media.

Media Israel melaporkan bahwa Iran setidaknya mengirim 100 misil ke Israel. Belum jelas apakah misil-misil itu menghantam perumahan warga sipil atau bisa diintersep di udara Israel. 

IDF juga mengonfirmasi kiriman misil balistik Iran lewat akun X resmi mereka pada Kamis malam WIB.

 

Beberapa jam sebelum serangan misil Iran ke Israel, Amerika Serikat (AS) sudah merilis informasi yang meyakini Iran sedang bersiap untuk “segera” melancarkan serangan rudal balistik terhadap Israel. Washington pun meminta semua warga AS di Israel untuk segera berlindung.

Rencana Iran tersebut, merujuk Associated Press, disampaikan seorang pejabat senior pemerintah AS pada Selasa ini. Ia juga memperingatkan “konsekuensi parah” jika hal itu terjadi.

Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas masalah ini, mengatakan AS secara aktif mendukung persiapan pertahanan Israel. Hal ini terjadi setelah militer Israel pada hari Selasa memperingatkan warganya untuk mengevakuasi lebih dari dua puluh komunitas perbatasan Lebanon beberapa jam setelah mengumumkan apa yang dikatakannya sebagai operasi darat terbatas terhadap Hizbullah.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Israel juga mengeluarkan pernyataan yang mengarahkan semua “pegawai pemerintah AS dan anggota keluarga mereka untuk berlindung di tempat sampai pemberitahuan lebih lanjut”.

Usai meluncurkan ratusan misil ke Israel, Iran lewat utusannya di PBB memberikan pesan peringatan ke Israel. Iran berjanji serangan selanjutnya akan sangat menghancurkan jika Israel melancarkan respons balasan.

"Respons Iran yang sah secara hukum, rasional, dan bertanggung jawab atas aksi terorisme rejim Zionis telah dilaksanakan. Jika rejim Zionis berani merespons atau melancarkan aksi keji lanjutan, maka balasan beruntun yang menghancurkan akan terjadi. Negara kawasan dan pendukung Zionis disarankan untuk memutus hubungan dengan rejim," demikian pernyataan resmi perwakilan Iran di PBB lewat akun resmi mereka di X, @Iran_UN dikutip Rabu (2/10/2024).

Sumber: Middleasteye

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler