Hancurnya Hati Abeer: Tiap Sudut Rumah Punya Kenangan, Kini Tinggal Puing Berserakan
Jurnalis CNN memvisualisasikan kerusakan di rumah Abeer dalam konteks Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID,Aktivis perempuan asal Palestina, sekaligus dosen University College of Applied Sciences di Gaza, Abeer Barakat membagikan kisahnya saat rumahnya hancur menjadi puing-puing setelah diserang oleh bom yang dilancarkan militer Israel pada 9 Oktober 2023 lalu. Abeer harus mengungsi bersama warga Gaza lainnya yang mengalami nasib serupa.
Rumah keluarga Barakat di Al Rimal, Gaza utara, memiliki dinding kuning yang dipenuhi foto-foto bayi. Di sinilah Abeer Barakat tinggal bersama suaminya dan keempat anak remaja mereka.
Pada 7 Oktober 2023, ketika militer Israel melancarkan serangannya ke Gaza, sirene serangan udara mulai berbunyi saat bom jatuh di lingkungan sebelah barat Kota Gaza. Dua hari kemudian, rumah mereka terkena puing-puing yang beterbangan.
"Rumah saya menjadi sasaran pada malam hari tanggal 9 Oktober, dan saya mengungsi pada pagi hari tanggal 10 Oktober," ujar Abeer kepada Republika melalui WhatsApp, Rabu (9/10/2024).
Setelah setahun rumahnya hancur menjadi puing-puing, seorang jurnalis CNN, Sana Noor lalu memvisualisasikan kerusakan yang terjadi di rumah Abeer dalam konteks kota Gaza yang lebih luas. "Artikel visualisasi yang brilian ini akan memberi Anda gambaran tentang bagaimana kami semua di Gaza kehilangan rumah kami," kata Abeer.
Seperti diberitakan CNN Internasional, tidak ada seorang pun di Gaza yang tidak tersentuh oleh serangan Israel selama setahun, yang telah memaksa sekitar 1,9 juta orang meninggalkan rumah mereka.
Warga Gaza hampir tidak dapat bertahan hidup, apalagi mampu membangun kembali, di bawah pemboman dan pengepungan Israel, yang telah menghancurkan sistem pelayanam kesehatan, merusak situs budaya, menghancurkan lembaga pendidikan, dan menimbulkan krisis kemanusiaan berupa kelaparan, pengungsian, dan penyakit.
Kehidupan dan mata pencaharian warga Gaza kini telah hancur, termasuk dokter, pemilik toko, pekerja bantuan, dan pendidik. Warga Gaza Utara berjuang untuk memberi makan keluarga mereka, sementara banyak pengungsi di Gaza tengah tinggal di tenda-tenda tipis. Lebih jauh ke selatan, beberapa orang terpaksa tinggal di reruntuhan rumah mereka yang hancur.
Mencari perlindungan..
Abeer Barakat, seperti banyak orang lainnya, telah mencari perlindungan di rumah kerabatnya di tempat lain di Kota Gaza. Namun, beberapa kali ia masih mengunjungi kembali rumahnya yang sudah menjadi puing-puing. Ia mencoba menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan.
"Sangat melelahkan. Setiap kali saya masuk ke kamar, saya akan menangis, karena rasanya seperti mimpi buruk. Saya tidak dapat mempercayainya," kata Abeer kepada CNN.
"Setiap perabot, setiap sudut rumah saya... Itu adalah hasil kerja keras kami," katanya. "Bukan hanya dinding. Itu emosi kami. Kenangan, kisah cinta, kisah sedih," ucap Abeer.
Bukan hanya rumahnya yang berantakan dan hancur. Hati Abeer juga hancur. Kehidupannya tidak lagi sama setelah Israel melancarkan serangan militer terhadap Hamas pada 7 Oktober setelah kelompok itu menguasai Gaza, menyerang Israel selatan.
Serangan Israel di Gaza sejak itu telah menewaskan sedikitnya 41.965 warga Palestina dan melukai 97.590 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan di sana.
Banyak serangan Israel telah menghantam infrastruktur sipil . Selama bertahun-tahun Israel mengatakan pejuang Hamas menggunakan masjid, rumah sakit, dan bangunan sipil lainnya untuk bersembunyi dari serangan Israel dan melancarkan serangan mereka sendiri. Namun, Hamas telah berulang kali membantah klaim tersebut.