Apakah Nabi-Nabi Sebelum Nabi Muhammad Beragama Islam?
Nabi Muhammad SAW memiliki hubungan yang kuat dengan semua Nabi.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW memiliki hubungan yang kuat dengan semua Nabi yang diutus sebelumnya. Beliau menyampaikan pesan yang sama dan memimpin jalan yang sama seperti nabi sebelumnya, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Isa.
Beliau adalah mata rantai terakhir dalam rantai para Nabi yang diberkahi. Hubungan ini sangat ditekankan baik dalam Alquran maupun biografi Nabi sebagai ikatan misi bersama, cinta, dan rasa hormat.
Alquran menjelaskan dengan jelas bahwa pesan Nabi bukanlah hal baru bagi umat manusia:
Allah SWT berfirman:
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara para rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat (Allah) kepadaku dan kepadamu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” (QS Al-Ahqaf [46]:9)
Di sini, menurut Imam Ar-Razi, Nabi bersabda: “Aku hanyalah seorang manusia seperti halnya semua pembawa pesan Tuhan yang mendahuluiku”.
Artinya, inti pesan semua Nabi sejak Adam sampai Muhammad SAW adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Keesaan Tuhan. Pesan ini pun secara efektif dirangkum dalam kata bahasa Arab, yaitu “Islam”, yang secara harfiah berarti penyerahan diri.
Alquran juga menyatakan bahwa satu-satunya jalan hidup yang diterima dan diridhai Allah adalah 'berserah diri kepada-Nya':
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ
Artinya: "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam." (Ali Imran [3]:19)
Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Islam adalah jalan hidup yang diterima Allah dari umat-Nya. Dalam ayat-ayat lain, Alquran menegaskan bahwa Islam adalah risalah yang dibawa oleh setiap Nabi.
Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ
Artinya: "Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku". (QS Al-Anbiya' [21]:25)
Nabi Nuh, misalnya, berkata:
يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (hari Kiamat). (QS Al-A‘raf [7]:59)
Nabi Nuh juga dengan lugas menyatakan bahwa dia adalah seorang Muslim:
فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَاَلْتُكُمْ مِّنْ اَجْرٍۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ ۙوَاُمِرْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: "Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta imbalan sedikit pun darimu. Imbalanku tidak lain hanyalah dari Allah dan aku diperintah agar aku masuk ke dalam golongan orang-orang muslim.” (QS Yunus [10]:72)
Bapak para Nabi, Ibrahim As, juga mengemban misi menjadi seorang Muslim:
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Artinua: "Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang hanif98) lagi berserah diri (muslim). Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik." (QS Ali Imran [3]:67)
Demikian pula anak-anak Nabi Yaqub meyakinkan ayah mereka bahwa mereka akan terus tunduk dan menyembah Tuhan yang Esa, yaitu Tuhan Ibrahim, Ismail dan Ishaq:
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Artinya: "Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (QS Al-Baqarah [2]:133)
Senada dengan itu, Nabi Musa juga meminta kaumnya untuk menyembah Satu Tuhan:
وَقَالَ مُوْسٰى يٰقَوْمِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّسْلِمِيْنَ
Artinya: "Musa berkata, “Wahai kaumku, jika kamu sungguh-sungguh beriman kepada Allah, bertawakallah hanya kepada-Nya apabila kamu benar-benar orang-orang muslim (yang berserah diri kepada Allah).” (QS Yunus [10]:84)
Nabi Isa tidak berbeda dengan Musa sebagaimana dijelaskan dalam Alquran. Allah SWT berfirman:
۞ فَلَمَّآ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَاشْهَدْ بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Artinya: "Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim". (QS Ali Imran [3]:52)
Hal ini tentu saja menjelaskan bahwa ikatan antara Nabi Muhammad SAW dengan para Nabi sebelumnya adalah ikatan yang memiliki misi yang sama, yakni Lailaha illallah: Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.