AS Kerahkan Jet Siluman B-2 Bombardir Houthi, Sinyal Peringatan ke Iran?

Pesawat siluman B-2 untuk kali pertama dikerahkan AS sejak 2017 saat menggempur ISIS.

USAF
Dua jet tempur F-15 E Eagle bersama pesawat pengebom B-2 dalam formasi udara.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Militer AS telah mengerahkan pesawat pengebom siluman B-2 jarak jauhnya untuk melancarkan serangan terhadap lima lokasi penyimpanan senjata bawah tanah di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.

Baca Juga


Pentagon mengatakan fasilitas tersebut menampung berbagai komponen senjata yang digunakan Houthi untuk menargetkan kapal sipil dan militer, sehingga mengacaukan pelayaran komersial di Laut Merah.

“Ini adalah demonstrasi unik dari kemampuan Amerika Serikat untuk menargetkan fasilitas-fasilitas yang berusaha dijauhkan oleh musuh-musuh kita, tidak peduli seberapa dalam terkubur di bawah tanah, dikeraskan, atau dibentengi,” kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan.

B-2 terbang menuju sasarannya dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri. Ini menandai pertama kalinya sejak Januari 2017 pengebom siluman berbentuk sayap tersebut melakukan misi tempur. Demikian dilaporkan Bloomberg seperti dilansir dari laman the Guardian,

Pada 2017, dua pesawat B-2 terbang dalam misi pulang pergi selama 30 jam untuk mengebom kamp pelatihan ISIS di Libya.

Serangan tersebut, menurut Associated Press, juga tampaknya merupakan peringatan tidak langsung kepada Iran, pendukung utama kelompok Houthi, yang telah menargetkan Israel dengan serangan rudal balistik sebanyak dua kali selama setahun terakhir.

 

B-2 dapat digunakan dalam setiap serangan Amerika terhadap fasilitas nuklir Iran seperti Natanz atau Fordo. Ini mengingat pesawat ini adalah satu-satunya jet yang dapat menjatuhkan GBU-57, yang dikenal sebagai 'Penetrator Persenjataan Besar-besaran.'

Setiap B-2 mampu membawa sebanyak 20 ton bom, termasuk 80 amunisi berpemandu GPS seberat 500 pon.

Laut Merah telah menjadi medan perang bagi pengirim barang sejak Houthi memulai kampanye mereka dengan menargetkan kapal-kapal yang melintasi jalur air tersebut.

Menurut AP, Houthi telah menargetkan lebih dari 80 kapal dagang dengan rudal dan drone sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Mereka telah menyita satu kapal dan menenggelamkan dua kapal dalam kampanye yang juga menewaskan empat pelaut.

Rudal dan drone lainnya telah dicegat oleh koalisi pimpinan AS di Laut Merah atau gagal mencapai sasaran mereka, termasuk kapal militer barat.

Para pemberontak menyatakan bahwa mereka menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel, Amerika Serikat atau Inggris untuk memaksa diakhirinya kampanye Israel melawan Hamas di Gaza.

Namun, banyak kapal yang diserang tidak ada hubungannya dengan konflik tersebut, termasuk beberapa kapal yang berlayar menuju Iran. Meskipun sebelumnya ada serangan terhadap kelompok tersebut, AS dan sekutunya sejauh ini tidak mampu menghentikan serangan Houthi.

Dalam penilaian bulan Juni, para pejabat intelijen Amerika mengatakan serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah menyebabkan penurunan 90% dalam pengiriman kontainer melalui wilayah tersebut antara bulan Desember dan Februari. Demikian menurut Bloomberg.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler