Menlu AS Menuju ke Arab Saudi Usai dari Israel, Ini Agendanya
Blinken menuju Saudi setelah bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi rezim Zionis.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, pada Rabu (23/10/2024), meninggalkan Israel menuju Arab Saudi. Blinken menuju Saudi setelah bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi rezim Zionis termasuk PM Benjamin Netanyahu untuk mendiskusikan kemungkinan diakhirinya perang di Gaza.
Menurut laporan media, Blinken mengatakan kepada wartawan saat bersiap berangkat ke Arab Saudi bahwa ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu membawa pulang para sandera dan mengakhiri perang dengan pemahaman tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Namun, sembari mengutip langkah-langkah Israel yang diambil untuk memastikan penyaluran bantuan kepada warga Palestina di Gaza, Blinken mengatakan bahwa Israel perlu berbuat lebih banyak untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.
Saat mengomentari rencana Israel untuk mengosongkan warga Palestina dari Gaza utara, dia menekankan bahwa AS menolak pendudukan kembali Jalur Gaza.
Pada 5 Oktober, tentara Israel meningkatkan serangan gencarnya di Gaza utara, di tengah pengepungan yang menyebabkan puluhan ribu warga tak berdosa di wilayah kantong Palestina itu hidup tanpa stok makanan dan air.
Upaya mediasi yang dipimpin AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas gagal dilakukan karena penolakan Netanyahu untuk menghentikan perang.
Ketegangan regional telah meningkat akibat serangan genosida Israel di Jalur Gaza, yang telah membuat lebih dari 42.700 orang wafat. Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas Hamas tahun lalu.
Saat konflik meluas ke Lebanon dengan serangan mematikan Israel ke seluruh negara itu, hampir 2.500 orang telah tewas dan lebih dari 11.500 lainnya luka-luka dalam serangan Israel sejak tahun lalu, kata otoritas kesehatan Lebanon.
Meski mendapat peringatan internasional bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan gencar Israel di Gaza dan Lebanon, Tel Aviv justru memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat pada 1 Oktober ke Lebanon selatan.