Truk Tabrak Bus Tentara di Dekat Markas Mossad, Israel Sudah tidak Aman

Pangkalan ini telah berulang kali menjadi sasaran serangan kelompok Perlawanan Islam.

Tangkapan layar
Truk usai menabrak bus berisi tentara Israel di Tel Aviv, Ahad (27/10/2024).
Rep: Fuji Eka Permana Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Insiden penabrakan kendaraan yang terjadi di pemukiman Glilot, sebelah utara Tel Aviv, bukanlah sebuah kebetulan, demikian laporan Channel 12 Israel pada Ahad (27/10). Laporan itu menekankan bahwa target tersebut telah menjadi simbol perlawanan Hamas, Hizbullah dan Iran.

Baca Juga


Sebelumnya, media Israel melaporkan, seorang pemukim Israel terbunuh sementara lebih dari 30 orang lainnya terluka setelah seorang pengemudi Palestina, yang diidentifikasi sebagai Rami Nasrallah Natour, dari kota Qalansawe, menabrakkan truknya ke arah pemukim di sebuah halte di luar pangkalan militer Israel di Glilot, di pusat wilayah Palestina yang diduduki (dijajah Israel).

Menurut koresponden urusan Arab Channel 12, Ohad Hamou, penargetan Glilot dari berbagai lini didasarkan pada anggapan bahwa mesin perang Israel dioperasikan dari sana, dikutip dari laman Al-Mayadeen, Senin (28/10).

Saluran tersebut mengakui bahwa titik lemah Israel terletak pada operasi yang dilakukan warga al-Quds, terutama warga Palestina dari wilayah yang diduduki pada tahun 1948. Daerah Glilot dekat Herzliya merupakan markas besar Mossad, di samping beberapa unit intelijen Israel, termasuk Unit 8200 yang terkenal yang mengkhususkan diri dalam intelijen sinyal.

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza dan agresi ke Lebanon, pangkalan ini telah berulang kali menjadi sasaran serangan kelompok Perlawanan Islam di Lebanon, Hizbullah. Kelompok ini pertama kali menargetkan pangkalan tersebut pada bulan Agustus selama Operasi Arbaeen yang dilakukan sebagai tanggapan atas pembunuhan komandan senior Hizbullah, martir Fouad Shokor (Sayyed Mohsen).

Pada awal Oktober, pangkalan ini juga menjadi target rudal selama Operasi Janji Sejati II Iran sebagai pembalasan atas pembunuhan Israel terhadap kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dan Jenderal IRGC Abbas Nilforoushan.

 

 

Para pemukim merasa tidak aman

Saluran televisi Israel KAN melaporkan meningkatnya ketidakpercayaan di kalangan pemukim, terutama di wilayah pendudukan Palestina utara, terhadap kepemimpinan keamanan dan militer Israel sejak 7 Oktober 2023.

Mantan ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, Zvi Hauser, menyarankan bahwa sangat penting untuk terus-menerus menilai kembali peta tantangan yang dihadapi Israel. Dia mengungkapkan, Israel telah mengubur kepalanya di dalam pasir terkait perkembangan di Gaza dan wilayah utara selama beberapa tahun terakhir.

“Kami hidup dalam ilusi sebelum 6 Oktober di front selatan dan utara, dan ilusi itu terus berlanjut di utara hingga beberapa minggu yang lalu, hingga dimulainya serangan darat,” katanya.

Hauser mengakui bahwa Israel telah membayar harganya, yang mengindikasikan sebuah pemahaman bahwa sebuah cincin api kini melingkupi rezim Israel.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler