Teliti Perjuangan Tokoh Bela Palestina, Penulis Ini Beli Dokumen Hingga Rp 32 Juta

Palestina akan terus mempertahankan kawasannya.

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka dalam pemboman Israel terhadap sekolah UNRWA di kamp pengungsi Nusseirat, di depan kamar mayat rumah sakit Martir al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Kamis pagi, 6 Juni 2024. (AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nusantara Palestina Center (NPC) meluncurkan buku berjudul "Degup Cita Para Pendiri Bangsa untuk Palestina" di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2024). Penulisan buku ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena penulis mencari harus mencari data-data yang berada di kolektor dan menelusuri rak-rak perpusatakaan.

Baca Juga


Buku ini ditulis oleh aktivis Persatuan Islam (Persis), Hadi Nur Ramadhan dan Pizaro Gozali Idrus yang merupakan mantan wartawan Anadolu Agency. Dalam proses penelitian, rekannya bahkan harus membeli sebuah dokumen yang harganya Rp 32 juta dari seorang kolektor.

"Terakhir beli dokumen 32 juta. Ya, seperti itu. Karena kami merasa, ini mandat dalam konstitusi kita. Ini mandat yang diamanahkan sejarah kepada kita untuk melanjutkan perjuangan pembebasan Palestina," ujar Pizzaro.

Menurut Pizzaro, dokumen tersebut dibeli oleh Hadi untuk menemukan data-data perjuangan para pendiri bangsa untuk Palestina. "Itu yang beli Ustadz Hadi. Kalau saya sendiri kemarin beli dokumen yang dua jutaan saja," ucap dia.

Menurut Pizzaro, buku ini diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober agar bisa mengambil inspirasi dari perjuangan-perjuangan kaum muda zaman dulu. Melalui buku ini, dia pun berharap bisa mengembalikan semangat diplomasi tokoh-tokoh Indonesia untuk pembebasan Palestina dari penjajahan.

 

"Dengan hadirnya buku ini adalah upaya kita untuk membangun dan kembali semangat perjuangan dan diplomasi yang luar biasa," kata Pizzaro.

Sementara itu, Hadi Nur Ramadhan mengatakan, penerbitan buku ini merupakan bagian proyek besar untuk pembebasan Palestina. Karena itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Penerbit Al Kautsar dalam menerbitkan komik-komik tentang pahlawan perjuangan Indonesia untuk Palestina.

Dia berharap, buku-buku tentang perjuangan Palestina tersebut bisa diketahui oleh generasi muda bangsa ini. "Jadi ini adalah kerja-kerja besar, bukan kami berdua, Ini adalah kerja-kerja besar kita semua. Karena kita punya ikatan sejarah yang panjang," ucap Hadi.

Buku setebal 380 halaman ini diterbitkan NPC bekerjasama dengan Rumah Literasi Publishing dan Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamadun. Buku ini berisi dokumentasi pemikiran dan perjalanan para pendiri bangsa dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Baitul Maqdis dan Palestina.

Dalam kata pengantar buku ini dijelaskan bahwa sebelum Republik Indonesia berdiri, para pendiri bangsa Indonesia yang terlibat dalam ormas Islam dan gerakan dakwah telah menyuarakan kemerdekaan bagi bangsa Palestina.

Melihat kebiadaban penjajahan kaum Zionis terhadap rakyat dan bangsa Palestina, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di bawah pimpinan komando KH Mahfudz Shiddiq pada 12 November 1938 misalnya telah mengedarkan seruan akbar kepada seluruh ormas dan gerakan dakwah Islam di Indonesia.

Seruan yang dipelopori NU itu mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk mengambil sikap tegas atas apa yang dilakukan oleh Zionisme Yahudi. NU menyerukan kepada umat Islam agar bahu-membahu dengan rakyat Palestina dalam memperjuangkan agama dan kemerdekaan tanah air mereka dari cengkeraman kaum penjajah dan komplotan zionisme.

 

Selain dari tokoh NU, Tokoh Persatuan Islam (Persis), M. Natsir juga sudah berjuang melawan penindasan global untuk mewujudkan perdamaian dunia: sebuah prinsip yang sangat melekat dengan fondasi politik bebas aktif Indonesia. Tak heran bila Natsir disebut sebagai tokoh dunia Islam karena perjuangannya di kancah internasional.

Bahkan pada 1941, Natsir yang saat itu baru berusia 33 tahun, sudah menulis mengenai penindasan Israel terhadap Baitul Maqdis dengan perspektif hukum internasional.

Natsir saat itu mengkritik sikap perdana menteri Afrika Selatan periode 1919-1924 dan 1939-1948 Jan Smuts yang menyebut Balfour Declaration telah sesuai dengan hukum internasional. Natsir menegaskan bahwa hukum internasional tidak dapat dipakai untuk melegitimasi penjajahan dan pelanggaran terhadap kedaulatan suatu bangsa.

Selain itu, masih banyak lagi kisah-kisah perjuangan tokoh-tokoh Indonesia dalam membela Palestina yang terdapat dalam buku ini. "Kita berharap perjuangan tokoh-tokoh bangsa dalam kemerdekaan bangsa Palestina dapat terus tetwariskan kepada generasi selanjutnya," kata Hadi dan Pizzaro. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler