Hal-Hal yang Menyebabkan Bolehnya Meninggalkan Sholat Berjamaah
Sholat berjamaah memiliki sangat banyak keutamaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sholat berjamaah memiliki sangat banyak keutamaan. Bahkan, ada mazhab yang berpendapat sholat wajib berjamaah hukumnya wajib.
Namun, ada beberapa alasan atau halangan yang membolehkan umat Islam tidak melaksanakan sholat berjamaah. Dikutip dari Fiqih Islam oleh H Sulaiman Rasjid, ini hal-hal yang membolehkan kita tidak sholat berjamaah.
1. Hujan yang menyusahkan perjalanan ke tempat sholat berjamaah.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَمُطِرْنَا فَقَالَ « لِيُصَلِّ مَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فِى رَحْلِهِ ».
Dari Jabir, beliau berkata,”Kami keluar untuk bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian ketika hujan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau, silakan mengerjakan shalat di rihal (kendaraannya masing-masing)” (HR Ahmad dan Muslim)
2. Karena angin yang kuat.
حَدَّثَنِى نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ نَادَى بِالصَّلاَةِ فِى لَيْلَةٍ ذَاتِ بَرْدٍ وَرِيحٍ وَمَطَرٍ فَقَالَ فِى آخِرِ نِدَائِهِ أَلاَ صَلُّوا فِى رِحَالِكُمْ أَلاَ صَلُّوا فِى الرِّحَالِ. ثُمَّ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ بَارِدَةٌ أَوْ ذَاتُ مَطَرٍ فِى السَّفَرِ أَنْ يَقُولَ أَلاَ صَلُّوا فِى رِحَالِكُمْ.
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya dia pernah beradzan untuk sholat di malam yang dingin, berangin kencang dan hujan, kemudian dia mengatakan di akhir adzan, ’Alaa shollu fi rihaalikum, alaa shollu fir rihaal’ (Hendaklah shalat di rumah kalian, hendaklah sholat di rumah kalian). Kemudian beliau mengatakan: ”Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasa menyuruh muadzin, apabila cuaca malam dingin dan berhujan ketika beliau bersafar (perjalanan jauh) untuk mengucapkan, ’Alaa shollu fi rihaalikum’ (Hendaklah sholat di kendaraan kalian masing-masing)’. (HR. Ahmad)
3. Sakit yang menyulitkan berjalan ke tempat sholat berjamaah.
لَمَّا مَرِضَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَرَضَهُ الَّذِى مَاتَ فِيهِ ، فَحَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَأُذِّنَ ، فَقَالَ « مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ »
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit menjelang meninggal dunia, waktu shalat tiba, lalu dikumandangkan azan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan, ‘Perintahkanlah Abu Bakr, hendaklah ia mengimami para jamaah’.” (HR. Bukhari)
4. Karena lapar dan haus sementara makanan sudah siap tersaji.
إِذَا قُدِّمَ الْعَشَاءُ فَابْدَءُوا بِهِ قَبْلَ أَنْ تُصَلُّوا صَلاَةَ الْمَغْرِبِ ، وَلاَ تَعْجَلُوا عَنْ عَشَائِكُمْ
“Apabila makan malam sudah tersaji, maka dahulukanlah makan malam tersebut dari shalat Maghrib. Janganlah kalian tergesa-gesa dari makan kalian .” (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Makan sesuatu yang menimbulkan bau yang mengganggu jamaah lainnya
Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَنْ أَكَلَ ثُومًا أَوْ بَصَلاً فَلْيَعْتَزِلْنَا – أَوْ قَالَ – فَلْيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا ، وَلْيَقْعُدْ فِى بَيْتِهِ
“Siapa makan bawang merah atau bawang putih, hendaklah ia menjauh dari kami atau hendaknya ia menyingkir dari masjid kami, dan duduk di rumah saja.” (HR. Bukhari)