Nabi Menegur Ahli Ibadah yang Enggan Bekerja

Pahala si ahli ibadah tidak sebanding dengan orang yang bekerja mencari nafkah.

MgIt03
Ilustrasi Nabi menegur ahli ibadah yang enggan bekerja
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama yang bergelar Hujjatul Islam (Pembela Islam), Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum ad-Din meriwayatkan kisah pertemuan Nabi Isa 'alaihissalam dengan ahli ibadah. Si 'abid itu, sayangnya, enggan bekerja mencari rezeki dan hanya mengandalkan belas kasihan orang lain.

Baca Juga


Nabi Isa bertanya kepada laki-laki itu, "Apa pekerjaanmu?"

Laki-laki itu menjawab, "Aku hanya beribadah kepada Allah SWT saja."

Nabi Isa bertanya kembali, "Siapa yang menanggung kebutuhan hidupmu sehari-hari?"

Laki-laki itu pun menjawab, "Saudaraku."

Kemudian, Nabi Isa bersabda, "Saudaramu itu lebih banyak ibadahnya dalam penilaian Allah SWT daripada apa yang sudah dirimu lakukan."

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah karena ditundanya waktu perolehan dan hasil yang sedikit dalam mencari rezeki itu menjadikan kalian tidak sabar hingga terdorong untuk melakukan usaha yang mudah dengan cara-cara haram yang terlarang. Sebab, melanggar ketentuan Allah SWT justru akan membawa pelakunya kepada dosa dan kehinaan atas diri sendiri.

Di samping itu, tidak tersedia keberkahan dari sisi Allah SWT atas hasil yang didapat dengan cara-cara melanggar aturan yang telah ditetapkan-Nya." (Diriwayatkan Imam Abu Ibnu Abu Al Dunya dan Imam Al Hakim dari hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahuanhu).

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seseorang yang mencari penghidupan dengan mengumpulkan kayu bakar, lalu diikatkan pada punggungnya untuk kemudian di jual di pasar, jauh lebih baik daripada mengemis (minta-minta) kepada orang lain, baik diberi maupun tidak." (Diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Luqman Al Hakim pernah berpesan kepada putranya, "Wahai anakku, hendaklah engkau merasa kaya dengan usaha yang halal atas kemiskinan yang tengah menderamu. Sesungguhnya kemiskinan akan menimpa pada tiga perkara, yaitu karena tipisnya keimanan atau lemahnya pengetahuan agama, disebabkan lemah akalnya, dan menjadi hilang kehormatan diri karenanya.

Di samping itu, kemiskinan yang terbesar dari ketiga perkara tersebut adalah, manusia yang memandang tidak berarti (tidak benar-benar memperhatikan) terhadap tiga perkara yang dimaksud."

Sayidina Umar bin Khattab Radhyialahu anhu pernah mengatakan, "Janganlah kalian duduk berpangku tangan dari mencari rezeki yang halal, dan hanya berdoa, 'Ya Allah, berilah aku rezeki.' Ketahuilah bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas maupun perak."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler